CHAPTER 7 - HALTER

15.9K 852 4
                                    

CHAPTER SEVEN – HALTER

 

Dogs do speak, but only to those who know how to listen – Orhan Pamuk, My Name Is Red

 

***

Anne mengunci pintu kamarnya sesaat setelah ia menghindari tetangga baru itu.

Ah! Bagaimana caranya agar dia bisa bersikap layaknya seperti seorang tetangga yang baik sedangkan bertemu lelaki itu saja dia sudah langsung bergetar ketakutan. Anne menggelengkan kepala. Ternyata memiliki memori mengerikan tentang masalalu itu menimbulkan dampak buruk dimasa depan. Terutama sekarang dan Anne seakan baru menyadarinya.

Dengan cepat gadis itu mengeluarkan ponsel dari saku lalu meletakan benda mungil itu diatas tempat tidur.  Dia ingin segera mandi dan membebaskan diri dari segala ketidaknyamanan ini.

Menyalakan shower dengan suhu yang dipikir sudah cukup hangat Anne berdiri dibawahnya. Merasakan setiap tetes air membuatnya sedikit merileks. Setelah merasa tangannya mulai berkerut Anne mematikan shower bergegas mengambil handuk digantungan.

Dia memilih piyama biru muda untuk temannya tidur malam ini. Merasa segar, gadis itu berjalan menuju tempat tidur siap untuk melepaskan segala beban yang ada dipikiran dan dalam dirinya. Terkadang Anne berpikir dia ingin dalam keadaan tidur selamanya. Seperti Aurora yang tertidur bertahun tahun dan terbangun karena sebuah ciuman dari seorang pangeran.

Berbicara tentang ciuman, senyuman tipis tergores dibibirnya yang pucat. Teringat tentang ciuman dari Jack yang begitu membuat jantung nya ingin melompat.

Kemudian dering ponsel menghapus jejak senyum dibibir gadis itu. Jake

" Hallo," Anne menjawab panggilan dengan parau. Ia tidak siap berbicara dengan laki laki yang baru saja ada didalam pikirannya.

" Hai kupikir kau  sudah tertidur, " Jake menjawab dari seberang panggilan.

" Aku siap untuk tidur saat kau menelponku, "  Anne menjawab dengan dengusan pura pura kesal, walaupun sebenarnya dia tidak merasa kesal sama sekali.  Anne menyandarkan punggung pada kepala kasur.

" Oh. Maafkan aku, aku hanya ingin memastikan apakah sibuk? Besok? " Pertanyaan Jake membuat otak Anne berspekulasi kemana mana.

" Ya. Aku harus bekerja pagi dan dua kelas siang.  Kenapa? " Jantungnya berdegup tidak karuan.

" Well, Aku akan menjemputmu besok, " Ujar Jake tanpa basa basi. Kening Anne segera mengkerut heran.

" Kau selalu melakukan itu Jake dan sekarang ada apa denganmu? Menelponku hanya untuk mengatakan ingin menjemput?" Anne bertanya sedikit sarkatis. Kenapa harus sarkatis? Apakah Anne berharap Jake menelpon untuk mengajaknya berkencan? Tentu saja tidak. Berhenti berharap.

" Sebenarnya bukan hanya sekedar menjemput," Jawab Jake diseberang sana.

" Lalu?"

" Kita lihat saja besok," Dia berkata lagi. Seolah dari nada suaranya Anne tahu Jake sedang meyeringai.

" Jake! " Anne membentak kesal .Entah terlalu bersemangat pada besok hari atau gugup akan apa yang akan terjadi.  "Berhentilah membuat rahasia bodoh seperti ini kau terlalu sering melakukannya, "  kemudian terdengar kekehan geli diseberang sana.

" Sudah kukatakan. Aku suka melihat wajahmu yang penasaran. Oke sampai bertemu besok cantik. Mimpikan aku, " Ucap Jake sebelum memutuskan sambungan teleponnya.

My BackbonesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang