CHAPTER - 16

7.5K 519 4
                                    

CHAPTER SIXTEEN

 

First they ignore you, then they ridicule you, then they fight you, and then you win.
― 
Mahatma Gandhi

 

***

Jake mencium pipi ketika kami bertemu didalam. "Hai." Katanya

"Hallo, kau terlihat begitu berseri." Jake terkekeh.

"Ya, karena kau terlihat begitu cantik dan pasang sabuk pengamanmu,"  Katanya. Dengan segera aku melakukan apa yang dia katakana. Kemudian aku memalingkan wajah menghadap jendela mobil untuk menstabilkan apapun getaran yang ada didadaku.

Aku mendengar suara tawa Jake kemudian mobil mulai berjalan. SUV melaju kejalan besar yang dipenuh mobil dan taksi yang saling melaju dijalan bebas hambatan. Tentu aku menikmati pemandangan kota yang ramai ini, sementara Jake melaju semakin menjauhinya

 " Kita kerumah ibumu bukan?" aku bertanya ketika tahu bahwa Jake membawa mobilnya semakin menjauh memasuki kawasan hutan yang terawat. Pohon pohon yang menari tertiup oleh angin tidak membuat rasa bingungku tersamarkan.

"Ya, tapi tidak sekarang." Jawabnya misterius tanpa menolehku, jutsru semakin membawa SUVnya kearah yang tidak kukenali.

Kemudian Jake meghentikan mobilnyadipinggir jalan. Disebelah kiriku berupa bukit tinggi yang indah dan disebelah kananku justru sebuah pemandangan seluruh kota yang benar benar mengagumkan.

Gedung gedung tinggi itu bahkan terlihat bisa kusentuh dari atas sini. Jalan beraspal yang sunyi serta desiran angin yang menggoyangkan  pohon pohon dibukit semakin membuatku ingin beranjak keluar dari mobil. Aku ingin merentangkan tanganku dipinggir sana dan berteriak sekencang mungkin.Ketika aku hendak membuka pintu, Jake justru menahan tanganku dan menggelengkan kepala. Aku mengerutkan kening.

" Kenapa?" Aku menoleh kearahnya yang masih menggenggam tanganku dengan erat.

" Tidak sekarang."

" Kenapa?" Aku kembali membeo pertanyaan awalku seperti orang bodoh.

" Aku ingin memelukmu disini." Dia menarikku, dengan kata lain tersirat dari tingkahnya yang menyuruhku untuk bangkit dari jok dan duduk dipangkuannya. Aku melakukan itu dengan senang hati. Melompat kearah Jake dan melayangkan tanganku pada lehernya.

Jake menunduk menciumi leherku. Setiap jengkal wajahku berulang ulang tapi dia melewatkan bibirku. Aku tidak mengerti apakah itu dilakukannya dengan sengaja atau tidak. Setiap kecupan yang diberikan Jake membuatku gelisah.

" Jake." Aku menarik kepalanya agar berhenti.

" Ada apa?" Aku mengusap pipinya lembut.

" Kau tahu Annabelleku sayang. Aku sangat sangat sayang padamu lebih dari pada yang pernah kau pikirkan dikepalamu ini? " Dia menyentuhkan keningku dengan jempolnya. "Aku bahkan tidak yakin kata sayang cukup untuk mengungkapkan semuanya. Aku jatuh cinta padamu Annabelle Aku ingin menjagamu sampai aku mati dan ingin membuatmu bahagia selamanya. Aku mencintaimu." Dia berbisik. Suaranya yang parau dan itu membuatku ingin menangis dan berteriak diwaktu yang sama. Dia mencintaiku. Aku bahkan tidak tahu kalimat itu akan keluar dari mulutnya dan menjadi bom kebahagiaan didadaku. Namun ketika aku menatapnya, aku tidak menyadari jika didalam mata itu tersimpan sebuah beban kasat mata yang dia tahan sendirian. Jake terlalu pandai menyimpan apapun yang dia simpan.

 " Jake ceritakan padaku, apapun yang kau simpan. Apapun yang kau sembunyikan." Kataku dengan pelan.

 " Tidak sekarang. Tidak saat ini. Aku tidak siap dan kau juga." dia menggeleng.

My BackbonesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang