CHAPTER 19

10.2K 640 2
                                    

CHAPTER SEVENTEEN  –  NUMB

I am nothing but novocaine. I am numb, a world of nothing, all feeling and emotion gone forever. I am a whisper that never was.― Tahereh MafiShatter Me

 

***

Aku terbangun, kali ini benar benar terbangun dari dunia gelap yang entah sudah berapa lama aku disana. Mataku langsung mentap sosok Jake yang tengah berdiri ditepi tempat tidur dengan raut wajah berbinar.

 “Hai.“  Dia menyapa seraya menarik tanganku lalu mengecupnya dengan lembut, mengambil kursi tanpa melepaskan pandangan kemudian duduk disampingku. Aku hanya bisa terdiam menatapnya, kebingungan yang meledak ledak diotakku membuat aku tidak bisa bicara.

Lidahku terasa menjadi ikut kaku tetapi hatiku masih berfungsi dengan sangat normal pada perlakuan Jake. Aku tidak mampu membohongi diri sendiri jika aku masih tetap merasa nyaman dengan perlakuan manisnya yang terlihat begitu tulus, tetapi dengan keegoisan pikiranku justru membantah keras. Tidak ingatkah jika ibunya yang berada dibalik setiap penderitaan yang aku alami? Jake tidak akan jauh berbeda dari wanita itu, dia akan menambah rasa sakit hidupku.

Aku langsung menutup mata merasa lelah dengan perasaanku sendiri. Aku tidak bisa mengambil suatu keputusan yang baik untuk diri sendiri. Hidup dipenuhi ketakutan dan kecemasan.

“ Jangan melamun.“ suara Jake membuat mataku mebuka,  melirik wajahnya sekilas dengan sudut mataku. Jake tidak melepas kan jemariku yang dia pegang dengat erat, seolah olah aku akan pergi jauh untuk meninggalkannya. Aku tidak akan kemana mana untuk sekarang.

“ Kau merasa baik ? “  Jake bertanya. Aku merasa kepalaku berat dan pusing. Aku lapar, haus , lelah. Aku tidak bisa mengatakan seberapa banyak hal buruk yang aku rasakan sekarang. Semuanya seperti menyerang tubuhku secara bertubi tubi. Jadi aku menjawab dengan gelengan pelan.

Jake mencium tanganku lagi, tentu saja masih menimbulkan efek yang sama padaku. Kali ini  ia membiarkan telapak tanganku berada diwajahnya yang mulai ditumbuhi rambut halus . Aku merasakan kupu kupu dan getaran gugup menyenangkan didada saat menyentuh wajahnya yang tampan ini. Dia masih memesonaku walau dengan seribu rahasia kebohongan yang tersimpan dibalik bola mata emas miliknya.

Pintu berderit terbuka. Aku segera melayangkan pandanganku pada sumber suara yang mengejutkan, tetapi Jake justru nampak tidak perduli dengan hal itu, dia tetap memandang lurus kearahku tanpa memperdulikan siapa yang datang. Seorang wanita dengan pakaian khas kedokteran. Dia berambut hitam pekat, menatapku sambil memberikan senyumannya yang manis.

“ Selamat datang kembali Anne.“ Wanita itu berkata dengan halus dan lembut. Aku menyukai aksen nya yang terdengar unik itu. Dia jelas bukan orang Amerika. Wanita ini terlihat seperti orang Asia. Dia memiliki kelopak mata sipit dan kulit yang putih cemerlang. Berbeda dengan orang Amerika kebanyakan, mereka memiliki warna kulit putih yang disertai dengan bintik bintik merah.

“ Merasa baik? “ Dia bertanya, dengan segera aku menggeleng. Kenapa semua orang menanyakan hal yang sama? Aku disini terbaring seperti orang lumpuh dan tentu saja aku merasa tidak baik.

“ Aku mengerti. Jika kau merasa pusing atau merasakan sakit pada tubuh, kau bisa memberitahukan kami, oke? “ Dia berkata padaku dengan ramah.
“ Perawat akan kesini sebentar lagi, kau perlu makan.“ Tambah dokter wanita itu.

Aku sudah merasa kelaparan sebelum ia mengatakan tentang makanan dan lapar, tapi tiba tiba aku teringat kembali jika makanan dirumah sakit itu mengerikan. Bubur putih hambar yang terlihat seperti muntahan sapi. Membayangkan itu membuat perutku menjadi mual.

My BackbonesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang