CHAPTER 9 - YOURS NOW

15.5K 784 8
                                    

CHAPTER NINE – YOURS NOW


**


One half of me is yours, the other half is yours. Mine own I would say: But if mine then yours and also all yours – William Shakespeare, The Merchant of Venice


***

Jake dan Anne berada dibar makan bersama Halter yang sedang berjalan mondar mandir didekat mereka. Mencari perhatian dari majikannya.

" Halter," Jake bersuara menatap kebawah memandang anjing besar itu. " Duduk." Perintah Jake. Si anjing langsung bersimpuh didekat kaki Anne.

" Apa kau sudah memberinya makan?" Tanya Gadis itu memandang kearah Halter dan Jake bergantian.

"Belum." Sahut Jake kemudian turun dari tempat dimana ia duduk.

"Cmon Boy," Ucap Jake lagi. Halter langsung berdiri dengan semangat mengikuti Jake kearah dapur. Mengambil wadah beserta sekotak besar makanan anjing. Sementara Anne mengikuti setiap gerak gerik Jake dan Halter

Anne duduk dibar makan sendirian. Kembali menatap piring sarapan yang berisi pancake dengan sirup maple dan segelas susu yang diantar oleh pelayan apartement.

Dia mulai memakan pancakenya dengan pelan. Pikiran liar mulai berkeliaran kembali didalam kepalanya. Kejadian beberapa waktu tadi membuat perubahan besar pada Anne. Seperti ada sesuatu yang mengganjal didada kemudian hilang tidak berbekas. Namun, tiba tiba Anne kembali berpikiran berlebihan tentang dirinya sendiri. Jake sudah tahu.  Dia sudah mengetahuinya. Mengetahui masa kelam pada diri Anne. Apakah Jake merasa kasihan padanya? Atau justru merasa jijik? Tidak. Anne menggelengkan kepala. Jika Jake merasakan kejijikan pada diri Anne maka laki laki itu sudah meninggalkannya, atau Anne tidak mungkin duduk manis dikursi bar makan sekarang. Mungkin dia sudah berada dikasur, menangis sambil merutuki takdir.

Anne menarik nafasnya dengan panjang, mengisi palung paru parunya dengan oksigen agar dadanya berhenti merasa sesak. Kenapa dia merasa takut jika Jake meninggalkannya? Anne tidak pernah merasakan perasaan seperti ini. Perasaan yang datang dan tidak bisa diucapkan dengan kalimat. Ini membingungkan.

" Apa kau ada kelas hari ini?" Jake muncul dengan tiba tiba membuat Anne terlonjak dari pikiran pikirannya. Kemudian menatap kepada Jake yang mulai duduk kembali, menyeruput kopi dan menaikan alis pada Anne.

" Tidak, tapi aku harus bekerja," Anne menjawab dengan senyuman memastikan.

"Jake, " Panggil Anne lagi dengan pelan kali ini.

" Ya? " Laki laki itu menoleh padanya. Anne menggeliat tidak nyaman.

" Em.. uh.. Boleh aku memcicipi rotimu? " Anne berbisik ragu ragu dengan sedikit rona merah diwajahnya. Entah kenapa Anne merasa roti panggang diatas piring Jake itu terlihat menggiurkan.

Jake tertawa dengan suara tawa yang begitu merdu ditelinga Anne. Tawanya lembut. "Tentu saja. Milikku itu milikmu," Jake menjawab sambil menggeser piringnya.

" Terima kasih, " Anne menjawab, mulai melahap roti panggang yang sudah dipotong potong oleh Jake.

" Sama sama. Kau boleh menghabiskannya," Laki laki itu terkekeh menatap Anne yang sedang melahap roti panggang dengan cepat, sambil terus memperhatikan gadis itu Jake sesekali tersenyum.

Sosok Anne yang ada didepannya ini benar benar membuat diri Jake berantakan, entah dengan cara bagaimana ia melakukannya dan itu berhasil. Jake tidak pernah merasa seperti ini pada gadis gadis yang pernah ada padanya dahulu. Perasaan memiliki yang kuat. Keinginan untuk membuat Anne bahagia begitu meledak ledak dalam dadanya. Juga perasaan familiar yang sering menyentuh bagian dalam hatinya. Seperti dia sudah mengenal Anne seumur hidup.

My BackbonesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang