CHAPTER - 12

9.6K 637 8
                                    

CHAPTER TWELVE – LIFE

 

**

 

Sometimes  the questions are complicated and the answers are simple.
― 
Dr.Seuss

***

Jake langsung menatap kearahku dengan mata berbinar binar. Aku bisa melihat sinar rasa senang yang menari nari dimata emasnya yang indah itu. Gelombang bahagia merasukiku. Aku senang mengetahui nahwa akulah orang yang membuat sinar dimata Jake begitu terlihat.Dia bahagia karena aku.

" Ya? " Dia mengulang kalimatku dengan senyuman sumringah yang lebar. Tangannya dipinggangku mengalirkan getaran hangat keseluruh tubuh.

" Ya, " Aku menyakinkanya dengan tertawa.

" Oh sayang, " Jake langsung mengangkat tubuh kecilku dan berputar putar ditempat. Tawakue semakin keras, kupikir reaksinya terlalu berlebihan tapi kemudian jika kuputar ulang, aku juga merasa bahagia.
Jake perlahan menurunkan kakiku ketanah. Menatap tepat dimataku sambil tersenyum. Dia benar benar memiliki mata yang indah.

Aku menggigit bibir bawahku ketika Jake menatap lagi dengan seringaiannya dan tanpa pernah aku pikir dia mendaratkan bibirnya yang lembut dipipi kiriku. Aku yakin warna merah sudah berada disana secara langsung. Itu adalah efek yang Jake berikan padaku.

" Terimakasih, " Dia berbisik dipipiku dengan hembusan nafasnya yang langsung memberikan sentuhan hangat didada. Aku mengangguk lemah.

" Kau melakukan apapun agar aku mengatakan ya, " Aku berkomentar, lagipula itu memang benar. Dia adalah tipikal laki laki yang akan melakukan apapun yang diinginkannya.

" Kau tahu aku  " Jake dengan tangannya menyentuh pipi kananku dengan lembut.
" Well. Ayo kita ketempat lain untuk makan." Dia melirik kearah meja makan kami yang kosong dan diterangi lampu lentera. " Tidak ada makanan disini,"  Lagi lagi aku mengangguk.

Matahari sudah menghilang diganti dengan beberapa bintang yang mulai nampak. Gelap terasa menyenangkan. Tentu saja apapun jika bersama Jake akan terasa menyenangkan.

" Aku tidak lapar, " Bisikku diwajahnya. Raut muka Jake langsung muram, buru buru aku melanjutkan kalimatku.
" Aku ingin kerumah. Aku memiliki sesuatu untuk Halter dan aku harus mengatakan pada Brooke jika aku menyetujui untuk tinggal denganmu walaupun dia akan memojokanku habis habisan setelah itu, " Aku mendesah

" Mungkin kita akan memesan makanan saat tiba dirumah, " Dia mencoba mengusulkan hal lain.

" Tidak. " Aku menggelengkan kepala " Aku benar benar tidak berafsu dengan makanan mungin kita bisa membeli cake. Aku tahu tempat penjual cake yang luar biasa, " Aku mencoba berkompromi dengannya.

" Oke ," Dia mengangguk sekali" Aku. Tunjukan arah jalan ke Cake yang luar biasa itu, sweetheart," Jake berkedip jahil kemudian aku terkekeh geli.

 " Tentu. Ayo kita kembali sekarang. Tempat ini mulai semakin dingin," Tangan Jake langsung meregup bahuku agar menempel pada tubuhnya. Sebenarnya aku suasana dingin tapi Brooke selalu memarahiku jika aku tidak bisa mengtaur control terhadap kesehatanku sendiri.

Kami sampai pada SUV yang terparkir sembarang ditengah rumput ilalang  pada jalan tanpa aspal. Tempat ini sepi, suasana gelap tanpa lampu lentera seperti dimeja makan tadi membuatnya terlihat mencekam. Aku sebisa mungkin menyingkirkan  rasa panik yang mulai menggerogoti. Disini ada Jake, semua akan baik baik saja. Aku meyakinkan diriku sendiri.

My BackbonesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang