CHAPTER - 24

8.9K 566 3
                                    

CHAPTER TWENTY FOUR  –  THE TRUTH

 

 "It's not me who can't keep a secret. It's the people I tell that can't." 
― 
Abraham Lincoln

 

***

 

Aku bermimpi melihatnya bersama orang lain berjalan didepanku. Tidak menyapa. Menganggap aku seolah olah tidak ada, rasanya seperti ada tikaman tajam menghantam jantungku hingga berdarah.

Aku mencoba untuk mengejarnya tetapi sia sia. Dia semakin menjauh dengan wanita yang digandengnya dengan erat. Wanita itu tersenyum penuh kemenangan padaku, hingga aku terbangun sendirian didalam kamar temaram dengann keringat yang membasahi wajah. Aku seperti habis berlari sejauuh sepuluh kilometer dengan nafas yang tidak bisa dikendalikan.

Pikiran tentang Jake meninggalkan aku setelah perbuatan yang dia lakukan terus saja menbayangi hari. Dia akan menikah dengan gadis lain, dengan gadis yang jauh lebih sempurna daripada aku. Pertanyaanya masih sama, kenapa aku dengan mudahnya jatuh cinta pada Jake? Dengan mudah merasa terlindungi sementara dia berpura pura menjadi pelindung untukku.

Aku tidak merasakan hal yang sama secara cepat pada Brad , Adam, Neil. Mereka semua melalui proses mengerikan agar aku bisa merasa nyaman dan mengendalikan takutku dengan mereka tetapi Jake justru sebaliknya.

Perasaan aneh menghantarkanku pada suatu pemikiran jika kami memiliki perasaan batin yang terikat kuat. Bukan sebagai seorang pasangan tapi entahlah, aku tidak memikirkan hal itu, yang aku tahu, aku mencintainya sebagai seorang laki laki baik sekaligus brengsek.

Melamun didalam bath up sebelum menghadiri acara pertunangan Jake dan kekasih barunya tentang mimpiku kemarin malam. Aku gadis sembilan belas tahun yang seharusnya berpesta pora, bersenang senang menikmati masa remaja , berkencan dengan banyak laki laki –walau aku tidak melakukan itu karena semua orang tahu mengapa–, justru hasil mengalami kenyataan yang sebaliknya. Hamil? Menjaga seorang anak, merawat bayi bukan sama sekali keahlianku. Aku justru tidak menyukai anak kecil dan aku tidak bisa menjaga diriku sendiri jadi bagaimana bisa aku menjaga anakku nanti?

Aku masih ingat kemarahan Brooke yan mengerikan itu berlanjut setelah Neil pulang dari rumah kami pagi itu. Brooke menamparku dengan kemarahan yang membabi buta. Dia marah padaku, pada dirinya sendiri dan pada Jake.
Brooke berpikir aku tidak seharusnya mengalami ini jika aku tidak bertindak bodoh dan waspada. Aku tahu dia benar.

Aku hanya gadis yang tidak tahu apa apa saat Jake mengajakku tidur dengannya, aku tidak memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya yang aku tahu saat itu hanya bagaimana cara membuat dia merasa nyaman dan senang padaku, agar dia tetap berada disampingku selamanya, tapi pemikiran itu justru membawa Jake pergi dan bersama orang lain.

Ketukan pintu tiba tiba membuyarkan lamunan tentang Jake dan kebodohan yang aku lakukan.
" Baby girl, Neil ada diluar."   Suara Brad memberitahu.

" Aku akan keluar sebentar lagi." Aku menjawabnya kemudian keluar dari bath up dan meraih handuk. Aku sudah mempersiapkan gaun terbaik milikku namun tetap menjadi yang terburuk dihadapan orang orang yang berada disana nanti.

Dress panjang berwarna cream itu melekat pas ditubuhku. Aku menggalung rambut hingga membentuk bun diatas. Wajah pucatku tertutupi oleh bedak tipis dan lipglos merah muda. Aku terlihat sempurna jika berdiri didepan cermin dengan sendirian seperti ini tetapi mungkin akan menjadi upik abu ketika bergabung dengan segelintir teman teman wanita Jessica.

My BackbonesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang