MENGELAK l15l

11.8K 250 8
                                    

Natasya balik ke sekolah untuk mencari Kevin, siapa tau perkataan Angel dan Rani ada benernya kalo Kevin telat. Natasya berdiri di depan gerbang sekolah yang ditutup.

"Pak bukain gerbangnya" teriak Natasya. Pak Edi langsung berlari menuju gerbang.

"Lho kok kamu di luar? Telat?" tanya Pak Edi curiga.

"Ish Pak Edi, saya lagi disuru foto copy sama Bu Tresna" kata Natasya sambil menunjukkan lembaran kertasnya.

"Anak jaman sekarang kalo disuru ngibulin pinter bener" jawab Pak Edi yang ingin berbalik.

"Lho pak pak saya beneran ini, ntar bapak saya aduin mau?" tantang Natasya. Pak Edi memberhentikan langkahnya dan berbalik.

"Kalo saya bohong pak, kenapa saya ga gendong tas" jawab Natasya yang langsung membuat Pak Edi cengo.

"Oh iya ya. Yaudah masuk" Pak Edi membuka gerbang sekolah lebar. Natasya langsung masuk.

"Mau aja gue kibulin" kata Natasya bangga dan berjalan menuju kantin. Karena ini jam istirahat.

Natasya mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok pria yang selama ini hilang tanpa kabar. Tapi ia tidak menemukan Kevin disana, dirinya malah menemukan Rasta dan Aril makan berdua.

Natasya langsung menghampiri meja Rasta "Ras Kevin mana?"

Rasta langsung memberhentikan kunyahannya saat ada yang mengajaknya berbicara, ternyata Natasya "gue gatau juga Sya. Sampe sekarang masih gaada kabar"

"Oh..yauda" kata Natasya berbalik ingin meninggalkan kantin, tapi justru ia malah menghampiri Rasta lagi.

"O iya Ras, jangan bilang ya kalo gue dua hari ini nyariin dia" setelah itu Natasya langsung meninggalkan kantin menuju taman yang lumayan sepi untuk menenangkan pikirannya.

Natasya tidak mau jika Kevin sampai mengetahui bahwa dirinya kawatir dengan keberadaanya, dirinya masih tidak mau mengakui jika sebenarnya hatinya sudah milik Kevin seutuhnya.

"Kamu kemana si Vin, hilang tanpa kabar. Terus kamu anggep aku itu apa? Cadangan? Setidaknya kasi kabar lewat sms singkat, gapapa. Daripada kamu gak ngasi kabar kaya gini" gumam Natasya sambil menumpahkan seluruh emosinya kepada rerumputan yang tumbuh disana.

Ia memukul mukul rumput yang ada di hadapannya, hingga membuat tangannya sedikit merah, tapi Natasya tidak peduli. Dirinya hanya ingin Kevin berada di sampingnya sekarang. Egois? Tidak. Karena Natasya adalah kekasih Kevin bukan hanya sekedar teman. Dan dirinya butuh kabar.

Natasya padahal sudah rela relain begadang cuma hanya memikirkan kata kata yang pas untuk ditanyakan kepada kekasihnya itu, tapi nyatanya apa sekarang? Kevin tidak memunculkan batang hidungnya. Juga tidak mengabari Natasya sama sekali.

Sedangkan Rasta langsung memberhentikan kunyahannya lagi saat dering ponselnya berbunyi "shit. Apalagi" umpat Rasta karna acara makannya ditunda untuk kedua kalinya.

Rasta langsung mengernyitkan dahinya saat sebuah nomor tidak dikenal menelelfonnya. Langsung saja Rasta menggeser tombol hijau dan tersambung.

"Iya" jawab Rasta

"..."

"Apa? Oke gue langsung kesana"

Panggilan pun terputus tanpa pikir panjang Rasta berdiri dari duduknya dan menarik tangan Aril yang masih sibuk makan.

"Apa si Ras ganggu banget lo"

"Ke..kevin dirumah sakit, tapi untungnya sudah sadar dari koma" kata Rasta yang membuat Aril membulatkan matanya.

"Buruan Ras kita harus kesana" Aril sudah jalan duluan, meninggalkan Rasta yang masih cengo karna ulah sahabatnya itu.

"Tungguin bego" teriak Rasta yang tak didengar oleh Aril.

🐻🐻🐻

Ruangan Kevin yang semula sepi langsung rame karna kedatangan Aril dan Rasta. Suara tertawa Rasta dan Aril yang mendominasi dibandingkan Kevin. Hanya mereka berdua yang sedang berada disana.

Flashback on

Mereka berdua telah sampai dimana ruang Kevin dirawat. Langsung saja mereka berdua masuk tanpa mengetok pintu terlebih dahulu.

Tapi pandangan di hadapannya sungguh membuat Rasta dan Aril terkejut, bagaimana tidak terkejut di depannya sebuah jenazah yang sudah ditutupi kain terbaring di atas kasur.

"Vin lo jangan tinggalin kita" kata Aril sambil menggoncang goncangkan.

"Vin lo masih punya utang sama Pak Bejo--penjual kantin" kata Rasta yang masih sempat sempatnya bercanda di situasi seperti ini.

Pintu ruangan itu terbuka "kalian siapa?" teriak pria yang baru saja membuka pintu.

"Seharusnya kita yang nanya sama bapak. Bapak siapa seenaknya masuk tanpa permisi"

"Saya bapaknya" jawaban dari bapak bapak itu membuat Aril dan Rasta melihat kembali ke jenazah dan langsung membukanya.

Dan benar seperti dugaan jenazah itu bukan Kevin, sahabatnya. Mereka berdua lantas mengelus dada. "Alhamdulillah"

"Apa kata kalian? Alhamdulillah? Kalian seneng anak saya mati" teriak bapak bapak itu lagi.

"Eh bukan gitu pak. Ternyata saya salah orang" jawab Aril dengan cengiran khasnya.

Mereka berdua langsung lari yang diteriaki oleh bapak bapak itu, tapi mereka menghiraukannya saja.

Flashback off

Lalu mereka bertiga terus bercerita dengan diselingi canda tawa. Ketiganya berhenti saat pintu ruangan Kevin terbuka.

"Kok dia bisa disini Vin?" tanya Rasta dengan menatap kearah pintu, dimana Siska sedang berdiri.

"Kan seharusnya yang sekarang ada disini itu Natasya bukan Siska" jawab Aril.

Lalu Kevin melirik kearah Siska yang menunduk, dirinya jadi merasa bersalah. Karna yang membawanya kesini adalah Siska, ia berhutang dengannya.

"Sis" Kevin memanggil Siska pelan. Siska langsung mendongak dan menyadari tatapan Kevin yang mengisyaratkan kalau dia harus keluar.

Tanpa mengucap sepatah lagi Siska langsung keluar. Ketiga pria itu saling diam, saat suara Kevin membuyarkan semuanya.

"Gini, gue dijebak sama Raja, dia bilang Natasya ada sama dia. Tapi nyatanya enggak"

"Kok lo gak ngabarin sini Vin. Kita itu sahabat" kata Rasta sedikit emosi.

"Bukan gue gak berniat mau ngasi tau lo. Tapi waktu itu gue gak kepikiran sampe sana"

"Jadi lo langsung mutusin pergi kesana sendiri?" Kevin mengangguk.

"Kalo gue masih hubungin kalian, minta pertolongan. Gue gabakal bisa ngelindungi Natasya" kata Kevin membayangkan yang tidak tidak.

"Jadi?"

"Gue gamau Natasya kenapa napa" Rasta dan Aril menatap Kevin "dan satu lagi. Jangan kasi tau Natasya kalo gue masuk RS karna berantem"

"Gabisa gitu dong Vin, Natasya itu pacar lo. Lo harus kasi tau dia"

"Nggak Ras. Gue gamau dia kawatir sama keadaan gue"

"Bodoh! Kalo lo ga ngasi tau Natasya, dia bakal lebih kecewa sama lo" kata Aril ikut terbawa emosi.

"Biarin keadaan tetep kaya gini" pinta Kevin yang akhirnya diangguki oleh keduanya.

"Lo cinta dia Vin" satu kalimat yang Rasta ucapkan mampu membuat bibir Kevin terkatup rapat.

Tidak. Kevin tidak mencintai Natasya. Walaupun hatinya ingin menolak, tapi pikiran Kevin meyakinkan, bahwa hubungannya hanya status saja, tidak lebih.

"Jangan menolak kenyataan" Aril juga ikut angkat bicara.


Bad Boy mesum VS Bad Girl lENDlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang