CHAPTER 11

26 13 0
                                    

Track

"Just a Stranger?"
__________________________

Aku tau aku hanyalah orang asing yang tidak berarti apa-apa untukmu.

][

Bjorkya; Chapter 11《

Rayhan tidur terlentang di atas ranjangnya seraya menatap atap-atap langit kamarnya dengan gusar. Ia tidak tenang. Ia marah, kecewa, khawatir, dan sedikit takut.

"Arghhh, gadis bodoh itu datang lagi." Ia menjambak rambutnya frustasi. Ia menoleh menghadap cermin. Ia melihat wajahnya, menatap manik matanya sendiri melalui pantulan cermin.

"Kamu pengecut Rayhan." Pria itu tersenyum kecut. Tak lama, ia mulai terisak. Seorang Rayhan menangis. Jangan beranggapan jika seorang pria yang menangis adalah pria lemah, itu salah besar. Menanggis itu memang perlu, agar beban yang dirasakan sedikit menghilang.

Beberapa menit ia menangis, keadaannya kacau. Baju yang berantakan, rambut yang acak-acakan, dan wajah yang masih basah akan air matanya sendiri.

Ia mengambil ponselnya, ia membuka-buka menu galeri di sana. Ia mengeser satu demi satu foto yang ada di sana. Ia menatap foto-foto itu dengan tatapan sendu. Ia kembali menggeser fotonya. Kemudian dia menatap foto seseorang, seseorang yang berpengaruh dalam hidupnya. Ia kembali terisak.

"Kenapa? Kenapa harus kamu?!" Ia tidak tahan. Ia luapkan semua perasaannya. Ia terlalu lelah untuk ini, tak lama ia terlelap. Ia terlelap setelah menangis.

》Bjorkya《

Pagi ini Kya memikirkan hal kemarin. Rayhan. Nama itu yang ia pikirkan sejak kemarin malam. Masalah Elitha dan Rayhan. Apa yang terjadi.

"Apa jangan-jangan Elitha dulu adalah pacar Rayhan, kemudian dia mengkhianatinya?" pikirnya.

Tetapi pemikirannya itu segera ia tepis. Ia tidak mau ikut campur dalam urusan orang lain. Ia takut itu akan membuat masalah untuknya. Apalagi Rayhan, pria yang baru ia kenal beberapa hari yang lalu tetapi ia sudah bisa membuatnya lebih ramah dari sebelumnya.

Bjorkya memang sedikit tertutup, ia lebih suka menyendiri. Ia tidak suka diganggu, terutama saat dia sedang mencoba fokus akan sesuatu.

Bjorkya bukannya tidak suka keramaian di lingkungan sekitar, ia hanya kurang percaya diri. Karena ia pikir dirinya berbeda dari yang lainnya. Ia merasa dirinya menjijikan. Namun, itu semua mulai luntur sedikit demi sedikit.

Pola pikirnya yang enggan membawa tongkat karena dia tidak mau menunjukan kelemahannya pada orang lain sudah berganti. Tidak sepenuhnya karena ibunya seperti yang ia katakan tempo hari. Beberapa persen itu berkat Rayhan. Ia selalu menyuruhnya membawa tongkatnya, tapi ia selalu berlagak tidak mau.

Bjorkya tidak sabar menunggu malam. Ia harus mengajar Gladis. Ia juga ingin bertemu Rayhan dan menanyakan satu hal yang sejak kemarin malam mengganjal di benaknya.

》Bjorkya《

Sepanjang hari Rayhan tetap sama setelah kedatangan Elitha beberapa hari yang lalu. Ia sangat bertolak belakang bak sebuah kutub magnet.

Bjorkya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang