CHAPTER 18

11 4 0
                                    

Track

"A love."
______________________

"Yang kamu anggap sebagai cinta bukanlah cinta, melainkan hanya obsesi belaka."

-Valentina-

》Bjorkya; Chapter 18《


Rayhan berangkat ke kampus setelah mengantar Gladis. Dia nampak sumringah saat memikirkan jika dia mencintai Bjorkya. Tapi ia juga cemas jika Bjorkya tidak mencintainya dan justru akan menjauhinya.

Dia masuk ke dalam ruang kelas yang masih sepi. Tidak seperti biasanya, dia tidak terlambat kali ini.

"Apa yang harus aku lakukan?" Dia bertanya pada dirinya sendiri. "Lakukan sebisamu." Seseorang menjawab pertanyaan Rayhan, membuat Rayhan tersentak. Dia menengok ke samping. Ternyata ada Albert yang berdiri di samping kursinya.

"Mengagetkanku saja." Dia memutar mata malas. "Katakan apa yang akan kamu lakukan?" Albert ingin tahu.

"Apa?" Bukannya menjawab, Rayhan justru membalikan pertanyaan. "Bukankah tadi kamu bertanya apa yang harus kamu lakukan? Jadi aku menjawab lakukan sebisamu untuk itu." Albert menarik sebuah kursi untuk duduk di samping Rayhan.

"Aku mencintai seseorang." Albert terkejut, dia melebarkan matanya.

"APA?! SIAPA?! DAN JUGA KENAPA?! KOK BISA?" Rayhan segera menutup mulut Albert dengan tangannya. Memukulnya pelan.

"Berisik." Albert diam. Dia masih mengerjapkan matanya berkali-kali tanda dia belum percaya.

"Jawab pertanyaanku tadi bangsul." Rayhan menatap Albert, "apa tadi, 'bangsul'? Dia menepuk pundak Albert berkali-kali dengan keras.

"Tidak-tidak," ucap Albert seraya menyengir.

"Berani mengatakan aku bangsul lagi akan aku cincang dagingmu." Albert melotot.

"Menantang ya?" Albert spontan menutup kedua matanya dengan telapak tanganya.

"Phsyco sekali." Albert mendengus. "Katakan siapa dia?" Albert memaksa Ray untuk mengatakan siapa yang dia cintai.

"Aku tidak ingin memberi tahumu." Ray melengos. "Salah sendiri berisik," lanjutnya.

"Katakan, jangan nanggung, aku ngak suka!" Albert merengek, "katakan Rayhan!" Dia memasang wajah memelas di depan Rayhan.

"Menjijikan. Mau lihat wajahmu? Bercerminlah. Wajahmu itu seperti semut sedang flu." Rayhan menahan tawanya yang hampir meledak.

"Apa kamu pernah lihat semut sedang flu?" Rayhan menggeleng. "Lalu kenapa kamu mengatakan wajahku seperti semut sedang sakit flu, hah?" Tawa yang sedari tadi Rayhan tahan, akhirnya meledak.

"Katakan atau aku tidak ingin bicara apapun padamu," ancam Albert seraya memasang wajah sok imut.

"Apa? Berani padaku? Lalu darimana kamu belajar wajah alay seperti itu?"

"Dari Glad...eh Gladian." Albert hampir saja lepas kendali menyebutkan nama Gladis. Jika saja ia salah bicara, bisa-bisa Rayhan bertanya panjang lebar tentangnya dan Gladis. Dia tidak ingin Rayhan mengetahui apapun tentang pertemuannya tempo hari dengan Gladis.

"Siapa itu 'Gladian'?" Ray merasa aneh dengan ekspresi wajah Albert yang sepertinya menyembunyikan sesuatu.

"Ah itu, dia tetanggaku." Albert menyengir ragu. "Oh." Rayhan mengangguk-nganggukan kepala tanda ia paham.

Bjorkya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang