Berkali kali kutegaskan bahwa aku bahagia pernah mengenalnya dihidupku. Jika kalian merasa biasa saja, mungkin kalian belum pernah merasakan dicintai sepenuh hati.
Author POV
Melody menatap jam tangan dipergelangan tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 16.20 tetapi jemputannya belum juga datang.
Hari semakin petang, Melody lupa tak membawa ponsel hari ini. Dan dia bingung harus bagaimana untuk pulang, memang baginya hari ini sungguh membuatnya stres.
"Gimana nih pulangnya? Makin sore juga" ucap Melody berbicara dengan dirinya sendiri.
Kini dia berdiri didepan sekolah sendirian, semua sudah pulang dengan jemputannya. Hanya tinggal beberapa anak yang masih sibuk dengan Ekstrakulikuler disekolah.
Sekali lagi ia melirik jam ditangannya, ah sudah setengah lima. Semakin lama semakin membuatnya takut, ia takut jika tiba tiba ada penjahat atau perampok yang berbuat jahat padanya.
"Kenapa belum pulang?"
Suara itu mengagetkan Melody, ia menoleh sekejap lalu terpatung melihat laki laki didepannya. Entah apa yang ia mimpikan semalam? Benar benar imbas dihari ini, dibalik segala sialnya kini ia merasa Tuhan sedang berpihak kepadanya. Bryan, kini ada dihadapannya.
Melody tersenyum sumringah menatap Bryan, kesekian waktu ia harus menahan rindu pada laki laki yang ia cintai diam diam ini. Sungguh, Kali ini Melody tak bisa mengelak dengan perasaannya.
"Iya nih, belum dijemput sampek sekarang. Gak bawa hp juga jadi gak bisa komunikasi sama orang rumah" ucap Melody gugup
"Bareng aku aja, aku anterin kamu pulang" ucap Bryan ramah
Melody mengangguk dengan senyum manisnya, keberuntungan memang sedang dihadapannya. Kali ini ia tak akan marah pada supirnya, tapi ia justru bahagia karena dengan tak ada jemputan ini, Melody bisa pulang bersama Bryan.
Tak heran memang, Bryan selalu punya cara untuk dekat dengan orang lain. Karena Bryan adalah tipe lelaki yang peduli dengan semua orang. Melody sangat menyukai Bryan, Sangat!
°°°°°
Saat dalam perjalanan pulang mereka tak membicarakan apa apa. Semuanya hanya hening, Entah mengapa ada canggung diantara mereka.
Kali ini sedikit membuat pikiran Bryan heran, mengapa ia bisa secanggung ini dengan orang lain padahal ia dan Melody sering bertemu juga. Bryan terkenal peduli dan akrab pada orang lain, tapi kali ini ada hal lain yang mengganjal dihatinya.
Bryan menerka nerka apa yang ada dalam hatinya. Mengapa saat melihat Melody hatinya merasa teduh? Mengapa saat bertemu Melody ia merasa gugup? Mengapa ia selalu ingin melindungi Melody? Mengapa ia bisa sepeduli ini padanya?
Pertanyaan demi pertanyaan kini muncul dibenaknya, ia tak menemukan jawaban sama sekali. Justru ia malah pusing memikirkan ini.
****
Hari ini adalah hari libur, hari yang sangat menyenangkan bagi semua siswa. Seperti Mentari, ia sudah membuat jadwal kegiatan hari ini. Seperti ia tak ingin ada yang mengganggu hari liburnya, maka ia harus melakukan kegiatan ini sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAKSI MENTARI (TAMAT)
Teen Fiction!!BELUM SEMPAT REVISI!! "Hendak mengelak sekalipun kalau semesta maunya aku denganmu bagaimana?" Galaksi "Kita hanyalah masa lalu yang dipaksa untuk pergi dan terlupakan" Mentari