29. Masalah

3.5K 152 4
                                    

JANGAN LUPA VOTE DULU YA :)

******

Sudah dua hari ini Mentari seakan menjauh dari Galaksi. Entahlah, mungkin ia kecewa karena Galaksi ingkar terhadapnya.

"Mau sampek kapan diemin Galaksi?" tanya Kirana yang kini duduk disamping Mentari

"Sampai luka itu siap buat kembali lagi. Ketika satu masalah datang, berarti akan ada masalah masalah lain nantinya" ucap Mentari menghela napasnya kasar

"Kalau terus terusan gini masalahnya juga gak akan selesai Mentari. Bukannya kunci dalam hubungan itu saling percaya kan? Semakin kamu dan Galaksi jauh maka Mela akan semakin gencar deketin Galaksi. Kamu gak boleh kalah sama Mela" ucap Melody memberi pendapat

Melody sendiri sedang banyak masalah, tapi ia selalu berusaha tegar dihadapan orang lain. Orang bijak sebagian besar bisa memberi solusi untuk masalah orang lain tapi tidak dengan masalahnya sendiri.

Melody benar, Mentari tak boleh egois dalam hubungan ini. Yang terpenting adalah hubungannya dan Galaksi harus baik baik saja.

Orang ketiga akan mudah masuk ketika hubungan sedang batas renggang.

Orang ketiga gak akan masuk kalau tuan rumah gak bukain pintu. Haduh kalau dibukain pintu gimana :'(

"Samperin Galaksi sekarang, sebelum Galaksi belum berubah pikiran" suruh Kirana

Mentari mengangguk, ia segera mencari keberadaan Galaksi. Kali ini egonya harus kalah. Ia tak mau lama lama berdiam diri dari laki laki yang ia sayangi itu.

"Tristan, lihat Galaksi gak?" tanya Mentari yang bertemu Tristan lorong kelas

"Dia dikelas" ucap Tristan

"Oke makasih" ucap Mentari tersenyum singkat

"Eh eh mau kemana?" sambar Angga yang tiba tiba mendekati mereka

"Mau nyamperin Galaksi" ucap Mentari senang

"Gak usah, Doi lagi sibuk. Lagi gak mau diganggu" ucap Angga bingung

"Ya gak pa pa kan. Aku cuma mau ngomong bentar sama dia" ucap Mentari memaksa

"Biarin lah, dia kan mau ketemu pacarnya. Kok lo yang nglarang sih" bela Tristan

"Diem lu bangsul. Gak usah ikut campur" Ejek Angga

"Eh buset, Es campur enak juga" ucap Tristan terkekeh.

Mentari tak ingin ikut berdebat lebih lama dengan dua laki laki itu. Tujuannya hanya satu yaitu bertemu Galaksi.

Angga kaget melihat Mentari yang kini tak ada disampingnya.

"Gara gara lo nih Mentari kabur" ucap Angga

"Emang kenapa sih bukannya wajar kalau Mentari mau ketemu Galaksi. Biar selesai juga tuh masalah mereka. Risih gue lihat Galaksi kayak gak punya harapan hidup gitu" ucap Tristan meggelengkan kepalanya heran

"Lo malah bikin masalah makin runyam Suripto. Galaksi lagi dikelas sama Mela. Perang kedua bentar lagi mulai nih" ucap Angga khawatir

"Astaga Cuy? Lo beneran? Kenapa gak ngomong dari tadi Mulyono. Tau gitu gue gak suruh Mentari nyusul Galaksi dong" ucap Tristan merasa bersalah

"Diem lu. Telat goblok. Mending kita kabur aja, gue gak mau kena amukannya Galaksi nanti" ajak Angga yang kini mengarah kekantin, tempat paling berkesan disekolah ini.

---

Mentari berjalan kekelas Galaksi, senyumnya tak luntur sejak tadi. Ia sangat merindukan laki laki itu, semoga kali ini semesta sedang berpihak baik padanya.

Mentari masuk ke kelas Galaksi, senyum yang semula merekah itu perlahan pudar. Apa yang kini ia lihat dengan kedua matanya benar benar membuat hatinya hancur.

Air mata itu refleks terjatuh dari pelupuk matanya, ketika melihat Mela sedang tertawa bahagia dengan Galaksi.

Kemana laki laki yang ia cintai saat ini?

Ini bukanlah Galaksi-nya. Bukan sama sekali.

"Galaksi.." panggil Mentari lirih ketika mereka berdua tak sadar jika sekarang sudah jadi tontonan baginya.

Galaksi menoleh kesumber suara itu, ia begitu kaget melihat Mentari menangis.

Mentari beranjak meninggalkan kelas itu, hatinya benar benar hancur. Kedua kalinya disuasana yang sama hatinya dipatahkan oleh laki laki yang ia cintai itu.

Semesta, kau kali ini tak adil.

Mengapa malah sebalikanya?

Tolong! Aku ingin Galaksiku kembali.

Galaksi langsung mengejar Mentari, tak peduli dengan Mela yang sedari tadi memanggilnya. Ia salah, seharusnya ia tak berbuat diluar nalar seperti saat ini. Galaksi membuat hati Gadisnya itu hancur.

---

Satu satunya tujuan Mentari saat ini adalah Taman, ia memberanikan diri untuk bolos pada jam pelajaran. Pikirannya sudah tidak karuan lagi, berada dikelas dengan pelajaran sekalipun tak akan sampai dipikirannya.

Kini ia hanya ingin menangis, benar kata orang orang bahwa menangis kadang membuat beban terasa sedikit berkurang.

Untuk apa datang kebahagiaan jika akhirnya akan datang lagi air mata?

Sudah satu jam, tapi tangis Mentari seakan abadi. Entahlah bagaimana wajahnya saat ini. Yang pasti akan terlihat sangat jelek.

Sebuah tangan menyodorkan Sapu tangan didepan Mentari. Mentari mendongak, semesta jahat padanya hari ini. Disaat ia tak ingin bertemu laki laki ini. Malah tiba tiba ia datang.

"Jangan nangis lagi. Apalagi karena aku. Aku akan marah sama diri aku sendiri kalau misalnya kamu terluka karena aku" mohon Galaksi yang kini duduk disamping Mentari.

"Aku udah terluka dari kemarin kemarin kali, masih aja ngulangin kesalahan yang sama. Dasar cowok!" umpat Mentari dalam hati.

Mentari diam, tak merespon ucapan Galaksi. Menunggu laki laki itu menjelaskan semuanya.

Bukankah penjelasan itu penting sebelum semua terlambat?

Jika iya, semoga tindakan Mentari kali ini tepat.

"Maaf untuk kisah kita yang terlupakan beberapa hari ini" ucap Galaksi merasa bersalah.

Kisah? Kisah kita? Terlupakan?

Hanya terhitung dua hari saling berjarak tapi semua seakan - akan telah pergi? Semua seakan sudah terlupakan bahkan kisah ini belum sepenuhnya selesai.

Mentari ingin marah, ia kecewa. Namun menatap mata Galaksi membuatnya luluh. Ini hanya tentang keadaan yang harusnya bisa diperbaiki bukan untuk ditinggalkan.

----

GIMANA? SEMOGA ADA FEELNYA YA :)

JANGAN LUPA VOTE, KOMENT DAN FOLLOW AKU YA.

SPAM KOMENT JUGA BOLEH

MAKASIH UNTUK PEMBACA SETIA AKU .

UNTUK SILENT READERS SEMOGA BISA SADAR DAN KASIH VOTE / KOMENT YA. KALIAN MENIKMATI KARYA AKU DAN AKU MERASA BAHAGIA KARENA KALIAN MENGAPRESIASI KARYAKU.

TERIMAKASIH :)

Salam,

Kiki Ardila

GALAKSI MENTARI (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang