Tentang Dendi Paramayoga yang mencoba menjalani hidup dengan luka yang masih terbuka dan masih menyimpan rasa pada mantannya yang sudah menikah.
Tentang Dyvette Pastika yang menyimpan rasa sejak lama pada Dendi.
Tentang keduanya yang mengisi hidup m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ngga menghargai usaha orang banget, sih!
-Dyvette
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lima hari sudah Dendi lalui di kantornya. Sejak hari pertama ia kembali bekerja, bos besarnya yang selalu datang siang itu sudah menugaskan dirinya untuk membimbing Dyvette. Kata si bos, Dendi lah yang paling berilmu daripada yang lain.
Dendi sih seneng-seneng aja ya bisa ngajarin anaknya bos besar, lumayan buat cuci mata setiap hari gitu. Tapi, mengajarkan Dyvette itu membuat kerjaannya semakin bertambah. Dia juga harus mengerjakan tugas-tugas kantor seperti biasa. Sejak hari pertama dia bekerja pun, ia sudah dan selalu lembur karena Dyvette selalu nanya-nanya sampe-sampe dia ngga bisa fokus ngerjain kerjaannya.
Hmm, bukan gagal fokus karena itu-nya Dyvette ya, tapi karena keseringan nanya ngebuat Dendi malah lebih sibuk ngurusin kerjaan itu anak magang.
Tangan Dendi sedang sibuk menari-menari di atas keyboard laptopnya. Matanya bergantian memerhatikan layar sekaligus berkas yang dikerjakan. Jam sudah menunjukkan hampir sepuluh malam sekarang. Kerjaannya masih banyak. Seharian ini dia benar-benar ngga bisa menyelesaikkan berkasnya sama sekali. Dyvette diberi pekerjaan. Dendi diminta untuk menemani –duduk disebelahnya, mengajari—sampai pekerjaan itu selesai.
"Mas, kopinya."
Dendi menoleh sedetik dengan alis terangkat. Lalu kembali fokus ke pekerjaannya lagi. Masih ada dua tumpuk berkas yang harus diselesaikan malam ini. Sebenarnya, deadline-nya masih senin depan. Tapi, Mamanya melarang membawa kerjaan ke rumah. Jadi, ya harus lembur untuk menuntaskan semua. Lagipula, dalam kamus hidup Dendi: sabtu itu hidupnya dikuasi Kanjeng Ratu di rumah dan minggu adalah harinya.
Setiap minggu dia sama sekali ngga mau diganggu sama hal apa pun. Entah itu kumpul keluarga atau kumpul-kumpul sama temen. Pasti akan dengan penuh semangat ditolak kalau ada acara hari minggu.