Tentang Dendi Paramayoga yang mencoba menjalani hidup dengan luka yang masih terbuka dan masih menyimpan rasa pada mantannya yang sudah menikah.
Tentang Dyvette Pastika yang menyimpan rasa sejak lama pada Dendi.
Tentang keduanya yang mengisi hidup m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku ngga mau cemburu sama masa lalu, aku mau buktiin kalo aku lebih baik dari mantan kamu.
-Dyvette-
Hari ini cukup ramai yang datang. Tadi siang kan udah ada Pak Bos dan Bu Bos. Dan malam senior dan junior Dendi yang rumahnya di sekitaran Bandung datang.
Dendi minta Caesar buat jangan pulang dulu. Kasian sama tunangannya yang ngga kenal sama siapa-siapa. Ya, mau ngga mau sahabatnya nurut.
Sakitnya pun kini jadi ajang reuni Dendi dan teman-temannya yang dulu lomba bersama. Pernah ada yang bilang salah satu dari mereka, kalo ada yang meninggalpun kayanya mereka ngga akan bisa ngumpul full-team. Ya karena kesibukan masing-masing.
Dendi cukup senang hampir semua teman-teman lombanya datang. Cuma kurang satu, Dinda, tapi entah kenapa dia baik-baik aja tanpa kehadiran perempuan itu. Justru dia takut kalau mantannya itu datang. Takut reaksi yang ia tampilkan beda dari seharusnya.
Teman-temannya sudah hampir setengah jam berkumpul, mereka juga udah kenalan sama Dyvette.
"Jadi kapan sebar undangannya, Den?" Itu suara Noge – ketua delegasinya dulu.
Dendi tertawa. "Secepatnya ya, jangan sibuk-sibuk kalian."
Dendi bisa melihat senyum terukir di wajah tunangannya. Iya, dia bertekad setelah keluar dari rumah sakit ini bakal langsung siapin pernikahan mereka. Ngga mau nunda lagi.
"Kok mau sih pacaran sama Dendi?" Itu Garen.
Dendi melotot. Kenapa sih semua orang nanya kaya gitu ke tunangannya. Ngga kakak-kakaknya, ngga temennya. Emang dia sejelek, sejahat atau se-ngga pantes itu pacaran sama cewek secantik Dyvette.
Eit, tapi Dendi bukan pacaran sama Dyvette karena cantik mukanya – apalagi kalo ada yang mikir cuma karena bosen jadi kacung korporat dan mau hartanya aja. Engga! Dia beneran suka, sayang, cinta dan ngga mau kehilangan.
"Mas Dendi baik."
"Cailah, Mas loh manggilnya." Tawa menggema di kamar itu.
Dendi mendelik sebal.
"Klasik banget alesannya, ngga ada yang lain?" Kali ini Faradiba yang bersuara.
"Mas Dendi bisa bikin aku nurut."
Dendi tertawa. Menertawakan dirinya. Bisa bikin nurut apanya? Bohong pasti. Buktinya dilarang pake baju aneh-aneh, tetep make baju begitu. Ya, walaupun itu cuma buat narik perhatian tapi kan bisa pake cara lain.
"Terus nanti kalo jadi nikah, kamu mau ngerawat Dendi yang sakit-sakitan?" Itu Abe, orangnya nyebelin. Emang suka ngeremehin orang lain dan kalo ngomong ngga pernah diayak. Daridulu sifatnya ngga berubah.