Chapter 22

13 4 0
                                    

"Oh sudah sama Fahri ya, pantes akhir-akhir ini engga pernah Whatsapp Katya lagi"

"Yeee Katya juga engga Whatsapp Nia kan" Aku membela diri

"Loh kok nyalahin Katya, kan Nia yang pindah ke lain hati" Katya tak mau kalah

"Pindah ke siapa? Fahri? Nia mah engga ada hubungan apa-apa sama dia. Nia sama Fahri Cuma teman biasa"

"Bohong. Nia engga mau jujur sama Katya"

"Jujur soal apa? Soal hubungan Nia sama Fahri. Sudah dibilang Nia engga ada hubungan apa-apa sama Fahri, lagi juga Katya engga cemburu kan Katya punya pacar diluar sana!" kali ini aku terus terang

"Kalau engga cemburu, engga mungkin Katya tanya"

Aku rasa diwaktu jam kerja seperti sekarang ini bukanlah waktu yang tepat untuk membahasnya lebih lanjut, jadi kuacuhkan Katya bermaksud meminta dia keluar dari ruanganku.

"Katya sadar engga sih kalau dirinya hampir nyakitin aku bahkan nyakitin hati pacarnya. Dia engga mau membuang perasaan untuk wanita lain atau dia memilih satu tapi dengan tegas. Dari sini aku bisa menilai tentang kesetiaan seorang laki-laki" Fikirku bersamaan dengan sekembalinya Puri keruangan kerja kami.

***

"Dasar, giliran mau dipepet orang aja! Soulmate mah engga kaya becak yang duduknya bisa bertiga haha" Ucap Puri seolah menyindir Katya yang baru saja keluar dari ruangan
"Fahri juga aneh, jadi cowok itu harus gentle. Kalo suka bilang suka, to the point tapi jangan meragukan. Satu engga mau move on dari mantan, satu lagi engga mau putus dari tunangannya" Tambah Puri sesaat duduk dibangku kerjanya

"Gue jahat engga sih? Dari awal kenal dan suka sama Katya, terus tau kalau dia ada pacar, terus makin dekat karena satu kantor, terus Katya dinas keluar kota, kita Whatsapp-an meskipun dibelakang gue tau Katya pasti Whatsapp-an juga sama pacarnya. Lama lama jadi jarang Whatsapp sama Katya terus mulai dekat sama Fahri yang gue tau waktu itu habis putus dari mantan pacarnya dan gue pun tau dia belum move on dari masa lalunya. Dari sana gue mulai bisa memahami bagaimana rasanya punya pacar yang dibelakang kita menyukai orang lain tanpa kita tau, dan disitu pula gue sadar engga baik jadi orang ketiga dihubungan orang lain walaupun gue sama Katya sebenernya engga berpacaran tapi saling tau saling suka, barulah gue mulai membuka hati lagi untuk Fahri..."

"Stop deh bilang gue jahat atau engga!" Puri memotong pembicaraanku seolah merasa kesal oleh sikap Katya pada Nia "dia saja keterlaluan. Dia laki-laki Ni, aduh Nii harus berapa kali gue bilang. Open your eyes! Kalau tabiat dia bagus dalam hal kesetiaan gue engga masalah lah dia sama lu juga, selain itu dia harus tegas. Kalau dari awal dia mulai suka sama lu, dia dengan tegas memutuskan untuk sudahan sama pacarnya yang disana dan punya komitmen sama lu. Kuncinya ada di keseriusan seseorang dan tabiat baik dia. Dan lu justru berkorban jaga jarak dengan Katya artinya lu lebih tegas dari Katya karena lu engga mau menyakiti pacarnya karena kalau lu pertahankan perasaan lu, malah akan menyakiti perasaan orang lain"

"Thank you so much Riii buat masukannya yang panjang dan detail bahkan blak-blak-an"

"Iya sama-sama Nii. Gue sengaja blak-blak-an, karena gue engga bisa biarkan lu terus menerus merasa engga enak hati, merasa menyakiti. Jujur saja gue engga suka seolah-olah Katya yang tersakiti karena lu. Menurut gue lu itu engga nyakitin dia kok Nii! Kalau katanya dia nyakitin lu itu baru benar. Kenapa pula dia deketin lu kalo ternyata masih punya pacar?! Awal yang salah itu dimulai dari dia. Kalau dia engga ada rasa sama lu, walaupun lu ada rasa pun pasti engga akan ada gosip dan lain-lain sampai sejauh ini. Anyway tentang Fahri dia masih sama pacarnya yang baru engga sih?"

Prince DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang