Chapter 18

27 5 0
                                    

Tok...Tok...Tok...
Baru saja ku akan menyendok sesuap nasi ke mulutku, terdengar ketukan pintu dari luar yang kuduga Puri
"Baru kelar Ri?" Ya dugaanku kali ini engga salah lagi
"Iya nih. Anyway tas gue udah dibawain ya?"
"Iya tuh" Ujarku sambil menunjuk ke arah tas Puri yang sedari sore tadi kuletakkan di sofa ruang tamu
"Makasih ya. Oh iya udah pada makan?" Tanya Puri seolah merasa bersalah karena terlambat pulang kerja hingga belum membuatkan makan malam untuk kedua temannya.
"Ini gue baru mau makan. Sebentar gue ambil makan punya lu dulu" Balasku kemudian sigap berjalan ke dapur mengambil sepiring nasi goreng yang sudah kusiapkan
"Wah udah bisa masak lu Ni?" Ucap Puri saat menerima sepiring makanan yang kusodorkan
"Bukan gua tapi Martha yang masak"
"Wah tumbenan dia masak sore-sore, terus orangnya kemana?"
"Ada tuh. Lagi mandi. Dia udah makan duluan sebelum mandi"

Setelah selesai makan, giliranku yang bertugas mencuci piring ke dapur.

Sementara itu diruang tamu
"Ah dasar si Katya, padahal gue lebih suka Tania sama Fahri ketimbang dia" Gumam Puri sesaat mengetahui handphone yang ditinggalkan Tania bergetar dimeja, terlebih saat tau ternyata panggilan masuk Videocall dari Katya. Makin bete lah Puri secara Katya dianggapnya bukan lelaki baik untuk mendekati Tania.
"Lu kenapa Ri? Muka bete gitu?" Setelah selesai mandi Martha menghampiri dengan mengibaskan muka dan rambutnya ke depan mimik wajah Puri yang tak seperti biasa
"Ini lagi anak satu. Dua kali aja lu kaya Kunti Tha, muncul tiba-tiba"
"Iya iya maaf. Kenapa sih kok tiba-tiba kesel gitu?"
"Itu si Katya Videocall Tania, dia kurang kasih sayang apa sih dari pacarnya yang udah dipacarin 5 tahun. Bahkan mau tunangan loh, engga move on dari Tania" Terang Puri yang justru makin sebal karena handphone Tania masih bergetar akibat Katya yang berulang kali menghubungi Tania
"Sudah biarin aja, lagipula Tania sama Fahri keliatannya sudah makin dekat. Tadi aja pas jam pulang Fahri jemput Tania loh ke ruangannya." Tanggap Martha yang juga memahami bahwa Puri mendukung Tania dengan Fahri ketimbang Katya dengan Tania
"So sweet ya"

***

"Ni, sudah move on dari Katya belum sih?" Tanya Puri mengagetkanku saat kembali ke ruang tengah kemudian meraih handphone yang sejak tadi kutinggalkan
"Aku sih udah. Engga tau kalo Katya. Haha" Jawabku santai dan terdengar optimis "Anyway kenapa tiba-tiba nanyain Katya sih?" Tambahku heran sekaligus bete karena yang mereka tanyakan soal Katya bukan Fahri. Ya rasanya aku ingin pensiun saja dari membicarakan Katya
"Itu tadi Katya bolak balik nelpon video ke lu"
"Kenapa deh Katya sampe 3 kali nelpon, giliran gua nyariin Fahri malah Katya yang nongol. Huhu"
"Cie lu suka sama Fahri ya? Ngaku! Fahri sekarang udah rapi, engga kaya dulu acak-acakan rambutnya haha. Terus Katya gimana?"
"Ya engga gimana-gimana. Sama Katya juga engga jadian kok. Cuma tau saling suka" Terangku
"Tapi jangan bales chat mesra Katya lagi di grup, ntar Fahri jadi baper" Pinta Puri
"Iya engga lagi-lagi kok. Gue juga lama-lama mikir sebagai perempuan dan sama-sama perempuan gua memposisikan diri gua sebagai pacarnya dia yang pacarnya dibelakang dia menyukai orang lain itu gimana rasanya jelas engga rela tapi engga pengen putus juga, apalagi udah dipacarin 5 tahun loh" Jelasku panjang lebar tanpa titik koma, untunglah Puri dan Martha mengerti apa yang kumaksud ~Hoho
"Iyalah. Bagus deh Ni, biar engga di cap PHO alias Perusak Hubungan Orang juga kan, Katya nya aja sih yang ganjen, udah punya cewe, mau tunangan pula malah tebar pesona" Terang Puri yang aku paham punya maksud baik guna menghindari kemungkinan buruk yang akan terjadi. Dan dari penjelasan Puri pun aku jadi mengetahui alasan kenapa selama ini Katya menyembunyikan aku dari status dengan pacarnya yang sudah dijalani selama 5 tahun
"Ternyata dia mau 'TUNANGAN' ya jelas dia engga mau kasihtau aku, takutnya aku malah menjauh. Ya padahal kan sebelum dikasihtau Katya pun aku sudah perlahan menjauh. Oke baiklah" Ujarku dalam hati
"Fahri kayanya anak baik-baik sih engga neko-neko" Tambah Puri lagi
"Engga pecicilan kalo diledekkin senyum doang jadi bikin penasaran. Hahaha" Sambung Martha
"Ya sama gua juga penasaran tapi engga mau sampe orangnya tau. Hoho. Anyway nanti pas Katya balik dari luar kota, gue engga tau sih bakal tetep sedekat ini engga ya sama Fahri"
"Deket aja sih sama Fahri, si Katya aja pacarnya orang kan statusnya" Tegas Martha
"Lagian dekat sama Fahri sebagai sahabat. Rasa-rasa berubah jadi cinta mah biasa Ni, suatu saat bakal normal lagi kalo takdirnya sahabat mah" Sambung Puri
"Ya semua dimulai dari Fahri. Jika dia tetep ramah sama gue, gue pun akan melakukan hal yang sama" Tanggapku penuh harap Fahri akan tetap menjadi penyemangatku
.
21 Juni 2018
"Ni, makan yuk" Ajak Martha via telepon line kantor di jam istirahat
"Mau makan apa?" Tanyaku
"Resto Padang yuk" Usulnya

Setiba di Resto Padang, kami bertemu Fahri yang baru selesai memesan kemudian duduk dibangku yang tersedia
"Ni, sini duduk sini" Ujar Fahri sambil menggeser bangku disebelahnya kemudian mempersilahkan Tania untuk duduk disana, sementara Martha sudah lebih dulu duduk didepan bangku mereka
"Iya sebentar, mau cuci tangan dulu" Ujarku menuju wastafel lalu tersenyum atas sikap Fahri barusan seolah aku berfikir ini masih mimpi apa memang kenyataan, karena baru sekali ini aku mendapat perlakuan dari Fahri yang diluar dugaanku
"Woy lu berdua seriusan mau makan pakai tangan. Engga pakai sendok? Ini kan di Resto loh banyak orang yang juga makan disini" Protes Martha pelan yang kini duduk di hadapan aku dan Fahri ketika sedang mengaduk-adukan nasi lauk dengan tangan
"Ya gapapa kan. Selama bukan di pantry kantor mah bebas. Lagi juga lebih enakan pakai tangan sih. Hehe" Tanggap Fahri
"Iya juga sih. Yaudah kalo gitu gua juga pake tangan ah" Ujar Martha kemudian berlalu menuju wastafel untuk mencuci tangannya

Dan baru kusadari aku dan Fahri sama-sama memesan menu makanan Nasi + Ayam Bakar. Ya se-kebetulan itu, padahal engga janjian~
.
22 Juni 2018
Siang itu aku selesai makan kemudian hendak menuangkan segelas air putih dari dispenser pantry. Tiba-tiba seseorang dari belakang mengagetkanku
"Fahriiii! YaAllah hobi banget ngagetin gue deh" Ucapku dalam hati karena mulutku masih penuh dengan air yang baru saja kuteguk
"Hey udah makan?" Tanya Fahri yang kebetulan mengambil piring untuk dia makan siang
"Udah" Jawabku menelan ludah
"hah apa?" Tanya Fahri lagi sambil mengarahkan wajahnya tepat di hadapanku
"Udah Fahriiii" Jawabku yang justru salah tingkah atas sikap Fahri barusan
"Kenapa akhir-akhir ini Fahri jadi terkesan ngasih kode perasaan ya? Karena yang biasanya setelah basa basi nanya makan gini aku jawab udah makan yaudah selesai obrolannya" Fikirku kemudian
.
02 Juli 2018
Pagi ini aku jenuh. Karena setiap kali Fahri masuk ke ruanganku untuk memperbaiki line telepon Puri, dia bersikap cuek tanpa menyapaku seperti biasa. Berulang kali aku melirik ke arah Fahri setiap kali Fahri memasuki ruangan. Tepat pada kunjungan ketiga kalinya Fahri menyadari tatapanku yang menuju ke arahnya hingga kami salah tingkah.
"Ni sibuk?" Untungnya fahri berhasil menutupi rasa canggungnya dengan cara menyapaku
"Iya"
"Masih lanjut kerjaan yang kemarin?"
"Hehe iya"

Ketika jam istirahat, aku makan siang bersama Puri, Yono dan Fahri di pantry.

Ketika jam pulang aku dan Puri sama-sama menuju ke pantry sebelum akhirnya ke lobby, sementara Fahri meminta tolong padaku untuk ambil kotak makan yang aku rasa Puri lebih bisa mengambil kotak makan tersebut dengan jarak dekat.
"Tapi kenapa dia minta tolong sama aku? Why Fa why?"
"Karena dia merasa lebih akrab dengan kamu makanya dia minta tolongnya sama kamu" Bijak Puri

Prince DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang