Chapter 13

34 5 0
                                    

Sejak itu aku perlahan menjauh dan menghindar dari Katya. Kebenaran saat ini Katya sedang tugas proyek ke luar kota, jadi bisalah sekiranya aku tak mencari-cari Katya selama 1 bulan kedepan. Aku juga berpesan agar dirinya inisiatif Whatsapp pacarnya, karena seperti yang Katya ceritakan padaku dia tidak akan Whatsapp sebelum pacarnya duluan yang Whatsapp. Entahlah, aku melakukan itu karena aku tau bagaimana rasanya dicuekin oleh pacar sendiri. Tentu hal ini mengingatkan tentang perasaanku pada Dean. Seolah aku mendeksripsikan diriku adalah pacarnya Katya sementara Katya adalah Dean. Terus terang aku memang masih mengharapkan Dean. Jadi impas, Katya punya pacar sementara aku punya gebetan.

Malam harinya, Katya Whatsapp aku setelah 3 minggu berlalu aku sengaja tidak memulai komunikasi dan berpura-pura tak mencarinya

"Nii, Apa kabar?"
"Ciye, pasang foto profil sama pacar. Asik. Haha" Balasku malah fokus pada foto profil Whatsapp Katya
"Terpaksa Nii, itu dia yang nyuruh"
"Udah WA an sama pacar?"
"Udah Ni"
"Nah gitu dong. Kapan terakhir WA an hari ini?"
"Tadi pagi"
"WA an lagi dong"
"Nii, jangan bahas dia mulu apa. Kali-kali mesra apa sama Katya. Kan Katya sayangnya sama Nia"

"YaAllah ini anak sudah punya pacar, tapi masih mengharapkanku. Apa sih hebatnya aku? dari sisi wajah tentu lebih cantik pacar kamu, dari sisi kemandirian juga lebih mandiri pacarmu yang bisa mengendarai motor kemana-mana. Tania mah apa atuh" Ujarku tentu dalam hati dan ku bisa bicara seperti itu saat kumelihat foto profil Katya dengannya.

Awalnya aku tak menggubris perasaan yang diungkapkan Katya dengan segala kejujuran dan ketulusannya, tapi semakin lama semakin kesini tindakan Katya dan kata-kata Katya yang terdengar tulus dan jujur semakin membuat aku luluh.

Ya! Aku merasa mulai membukakan pintu hatiku untuknya, namun bukan berarti aku menutup pintu hatiku untuk Dean. Keduanya kuanggap sama. Aku merasa kemakan omonganku sendiri, waktu itu meminta Katya untuk lebih memperhatikan pacarnya, tapi ternyata aku juga yang kena imbasnya.

"Lalu bagaimana dengan pacarnya? Tania tau kan Katya masih menjalin hubungan dengan pacarnya" Ucap suara hati kiriku
"Ya Tania tau, aku dan juga Katya telah siap jika pada akhirnya nanti kami tak berjodoh. Biarlah Katya tetap menjalani hubungan dengan pacarnya, meskipun sebenarnya Katya mau saja jika kusuruh mengakhiri hubungan dengan pacarnya. Namun, hatiku tak sejahat itu karena aku tak mau Katya menyakiti pacarnya begitu juga aku yang ingin menjaga perasaan pacarnya Katya meskipun aku punya perasaan yang lebih pada Katya. Kami hanya menjalani apa yang masih bisa dijalani selama itu masih dalam etiket baik sebut saja menunggu tanpa merebut" Tanggap suara hati kananku

JAHAT MEMANG -_-

"Oh Tuhan, Mengapa aku harus berada diposisi seperti ini, padahal engkau tau ini bukan inginku"

***

1 minggu berlalu,
sore hari dimeja kerja yang penuh dokumen berserakan , duduklah seorang perempuan yang sedang serius menulis post it untuk kemudian ditempel pada langit-langit komputer sebagai pengingat atas agenda yang harus dikerjakan esok hari. Hal itu telah menjadi rutinitas Tania disetiap harinya ketika jam menjelang pulang kantor. Kemudian datanglah seorang lelaki dengan membawa dokumen kemudian menyusuri ke mesin fotokopi yang berada tepat didepan meja Tania.

"Hey!" Sapa Katya menamparku pelan dengan selembaran kertas yang menunggu giliran untuk difotokopi

"Eh, Kat..ya kapan sampai?" Ya Katya sudah pulang dari dinas proyeknya. Jelas aku terkejut tapi senang karena akhirnya dia pulang, juga kecewa karena Katya engga kasih kabar dulu.
"Ah! Memang aku siapanya Katya sampai protes engga dikabari?" Fikirku sadar diri

"Baru sampai nih langsung kesini buat fotokopiin laporan hasil kerja lapangan untuk diserahkan ke SuperBoss. Jadi engga ngabarin kamu tapi langsung nemuin kamu disini. Hehe"

"Kok Katya ngerti yaaa? Padahal aku baru saja memikirkan namun belum sempat bertanya dan enggan menanyakannya. Mungkinkah dia diciptakan sebagai lelaki yang mengerti atas kode wanita? Fikirku kali ini ngaco

***

Setiba di Lobby, Katya yang biasanya stand by disana ketika aku tiba, kali ini tidak. Mungkin masih sibuk dengan pekerjaannya. Dan yang biasanya aku pulang bertiga bersama Puri dan Martha, kali ini sendiri. Karena mereka berdua hari ini lembur.

"Nii, benar gapapa nih pulang sendiri?" Tanya Puri hati hati
"Iya gapapa kok" Jawabku yakin
"Ntar lo hilang" Canda Martha
"Ah keong"
Jika anak-anak lain ketika dibully tanggapannya Sue, Anjir, Anjay, Sial, Siaul atau bahasa gaul lainnya. Kita bertiga tanggapannya "Keong"

***

Baru saja kuakan membuka kunci pintu rumah, Katya sudah meneleponku
"Hallo, Nii udah pulang?"
"Udah baru sampai" Ujarku setelah masuk rumah kemudian berniat mengunci kembali pintu
"Oh udah pulang, kok engga ngasitau aku sih?"
"Lah kamu masih di lantai 17. Aku fikir masih sibuk"
"ya WA atuh" Pinta Katya dengan logat Sundanya
"Hehe iya iya maaf"
"Tadi pulang jalan kaki?"
"Iya"
"Jalan kaki sendirian? Kasian"
"Iya. Kok tau?"
"Iya soalnya Puri sama Martha lembur"
"Hehe iya sih"
"Yaudah atuh mandi dulu gih"
"Iya. Katya juga mandi dan jangan lupa sholat ya"
"Iya Sayang"

Setelah menutup telepon, aku fokus pada foto profil yang Katya pasang bersama dengan A..dik perempuannya. Loh kok bukan foto sama pacarnya? Fikirku penasaran namun kubiarkan rasa penasaranku berlalu begitu saja

Malam harinya sekitar jam 7. Aku membukakan pintu untuk Puri dan Martha yang baru saja pulang dari kerja lemburnya. Handphone yang sedari tadi anteng disaku celanaku tiba tiba bergetar hebat, lagi lagi Katya menelepon
"Halo?" Sapaku
"Nii, Aku didepan nih" Info Katya yang mengejutkanku
"What's?" Ujarku yang juga membuat Puri dan Martha terkejut
"Kenapa Nii?" Tanya Puri takut takut
"Katya.. Sebentar ya" Jawabku memberi isyarat pada Puri dan Martha agar pintu jangan ditutup dulu sebelum kukembali, kemudian berlalu meninggalkan Puri dan Martha yang bengong kebingungan. Karena Puri sedari tadi kebelet buang air kecil, jadi Martha yang menungguku didepan pintu.
"Nii. Ini ada Nasi Soto buat makan malam kamu. Buat Puri sama Martha juga ada kok." Ujar Katya santai yang duduk di jok motor bersama dengan Yono
"YaAllah Kat. Kirain ada apa! Makasih yaaa"
"Iya sama-sama. Yaudah atuh jangan lupa dimakan ya!" Katya menghidupkan kembali mesin motornya seolah pamit
"Iya pasti dimakan kok hehe"
"Eh Kat, sebentar dulu, gue kan belum ngomong apa-apa" Cegah Yono sebelum Katya mengegas motornya "Titip salam buat Puri yaa Nii" Pintanya kemudian
"Wakaka. Oke oke Bang Yon.. Katyaa hati-hati yaaa"

***

"Kenapa sih Nii?" Protes Martha sekembalinya aku kerumah dengan pintu yang masih dibiarkan terbuka
"Ini Katya beliin Nasi Soto buat kita" Jawabku sambil menutup kembali pintu dan menyodorkan plastik bungkus Nasi Soto pada Martha
"Wah kebenaran yaa kita kan belum beli makan juga hihihi" Ujar Martha yang tadinya protes kini auranya berubah jadi senang
"Yeu tadi protes, sekarang senang kalau udah denger makanan" Celaku
"Keong. Tapi bodo amat dah yang penting makan doloo" Tanggap Martha kemudian berlalu ke dapur diikuti aku yang berjalan dibelakangnya
"Oh Iya Ri, dapat salam tuh dari Yono" Ujarku ketika melewati bilik kamar mandi yang mana Puri baru keluar sambil menghanduki rambutnya sehabis keramas
"Lah Katya sama Yono kesini?" nganterin Soto?" Tanggap Puri ikut berjalan menuju ke dapur
"Iya Riii, Ciyee dengar nama Yono langsung keluar lo dari kamar mandi. Hahaha" Sembur Martha sembari menyeruput kuah soto yang masih hangat
"Keong dah, gua baru selesai mandi jugaa" Ujar Puri seraya ingin berkata kasar tapi tak bisa karena sudah terbiasa dengan sebutan andalan keongnya

Begitulah kami bertiga kadang suka membully dan dibully satu sama lain, selalu membuat emosinya naik dikala lagi sensitif, tapi selalu membuat tawanya naik karena candaan kami yang memang receh alias terlalu lucu.

***

"si Katya perhatian banget ya Nii sama lu. Fahri kalah nih, padahal dia baik jomblo lagi. Dia ngaku sama gue tadi pagi" Puri membuka suara ketika kami sedang berkumpul diruang tengah menonton televisi sambil menikmati makan malam
"ah dia masih belum move on dari mantannya. Liat aja statusnya aja galau mulu. Anyway mesti banget apa nih disambungin ke Fahri, Riii?"

Akhir-akhir ini memang gosip beredar antara aku dan Fahri gara-gara setiap hari senin sampai jumat kami pakai baju dengan warna samaan. Akupun heran padahal kami tidak janjian memakai warna baju yang sama, mana lagi sikap Fahri yang humble banget padaku jadi makin nyambung deh sama gosip yang beredar. Walau begitu, aku dan Fahri sama-sama sudah saling sepakat tidak akan ada baper diantara kita.

Anyway,
Setiap hari dikantor aku dekat dengan Fahri, ditambah gosip yang baru-baru ini beredar. Katya cemburu engga yaaa? Sejauh ini sih Katya engga pernah kepo dan protes sih.
Mungkin benar Katya tidak cemburu.
Kata orang, cemburu itu tanda cinta. Jadi kalau Katya engga cemburu, berarti engga cinta dong? Hmmmmm.

Prince DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang