"Begin"

124 9 0
                                    

*Park Eun Jin POV

Pagi yang cerah tak lagi indah di mataku. Kelut hati ini ingin turun dari mobil. Appa yang sejak tadi sibuk bertelfon sembari menyetir mobil kini mungkin sudah lupa ada aku di sebelahnya.

"Kamu di rumah Mama Lia aja ya?" ucap appa usai menutup telfon.

"Mama Lia??" tanyaku keheranan. Sejak kapan kata "Mama" itu ada. Mama sudah pergi meninggalkan kami di Australia. Iya Eomma ku sudah bahagia dengan keluarga barunya sejak 3 tahun lalu.

"Mama Lia. Iya masa kamu gak tahu. Yang setiap minggu ke rumah" ucap Appa. Aku mengerutkan alis dan berusaha memutar waktu mengingat wanita mana yang datang setiap minggu ini.

"Sudahlah kamu nanti juga tau, Mama lia karna memang dia meminta kamu memanggilnya begitu" Tambah Appa membuyarkan ingatanku. Aku semakin bingung. Alisku sudah seperti bertemu dititik tengah akibat kerutan kebingungan.

"Hayy, kamu pasti Park Eun jin" ucap wanita 2 tahun lebih muda sepertinya dari appa. Atau seumuran mungkin (?).

"Iya, dia yang namanya Park Eun jin" sahut Appa seusai mengunci mobil.

"Ayo masuk sayang," ucap wanita itu dengan tangan merangkulku.

"Eun jin, Appa akan pulaang besok. Appa akan pergi dengan Mama Lia. Kamu tinggal disini dulu" ucap enteng Appa yang sontak kubalas dengan mata membelalak.

"Appa, kan Park Eun jin bisa di rumah send-

"Kamu harus menyesuaikan, kan kamu usai dari Amerika." tambah Appa. Iya aku sejak SMP sekolah di sana dengan kakek dan nenek. Aku tidak bisa sekolah di Korea karena Appa yang harus berpindah-pindah. Hingga hari ini Appa sudah jadi direktur tetap di Korea.

"Tenang, kamu aman kok disini" ucap wanita itu dengan senyum manis. Aku membalas senyumnya dengan terpaksa.

"Eomma. Aku berangkat!" tiba-tiba sosok laki-laki seumuranku(?) menuruni tangga dengan tas dan jaket hitam di tangannya.

"Aah. Iyaa. Hati-hati. Bin jangan lupa jaga dia ya?" ucap Mama Lia sembari menyentuh bahuku. Sontak aku tersenyum dan sedikit menundukan kepala memberi salam. Namun, dia hanya menatapku dari atas hingga bawah dengan mata sedikit sinis tanpa mengeluarkan kata dan berangkat pergi, bahkan Appaku diabaikan. Tidak sopan.

"Maaf ya,? Dia memang seperti itu" ucap Mama Lia.

"Kalau begitu ayo kita juga berangkat. Nanti kita bisa telat" ucap Appa lantas pergi.

Demi apa. Aku disuruh tinggal di sini. Pemandangan aneh. Aku sangat rinduu rumah Appa. Aku rindu kamarku aku bahkan rindu taman dan kolam renang.
Aku harus apa di rumah kosong ini ? Tidak ada siapa-siapa. Aku juga ingin sekolah. Aku tahu aku belum daftar. Tapi aku lebih yakin Appa sudah mengurus itu.

Me and You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang