Nyonya Park membanting ponselnya ke atas meja, membuat Nyonya Min sedikit terhentak kaget.
"Bisa nggak sih tenang dikit?" kesal Nyonya Min.
Nyonya Min memanyunkan bibirnya. "Ini ulah siapa? Ulah elu, markonah!"
"Please calm down. Jimin cuma bakal ketemu Yoongi bukan dedemit," ucap Nyonya Min santai.
"Jimin nelpon gue barusan, dan dia..." Nyonya Park menarik napas sejenak. "Dia nangis."
Nyonya Min mengerutkan kening. "Nangis? Dia udah ketemu Yoongi ya?"
Nyonya Park mengangguk pelan sementara Nyonya Min dengan perlahan menyesap kopinya. "Nggak nyangka bakal secepat itu mereka ketemu," kata Nyonya Min.
"Itulah kenapa gue nggak setuju kalo Yoongi nyusul Jimin. Apalagi pas lo bilang Yoongi bakal tinggal di apartemen yang dulu kita beli bareng," lirih Nyonya Park. "Gue nggak mau Jimin terluka lagi."
"Mereka udah besar," balas Nyonya Min. "Biarkan Jimin memilih sendiri apa yang dia mau lakukan. Sampai kapan lo mau ada di belakang Jimin dan jadi perisainya?"
🤪🤪🤪
Jimin menekuk lututnya, duduk di lantai samping tempat tidurnya. Ia memiringkan kepalanya, lalu memejamkan mata. Ingus bertebaran diwajahnya, coreng sana sini berasa kayak kucing garong.
Jimin sesenggukkan. Kenapa dia disini?
Author be lyke : BUAT KETEMU ELU, ROSALINDA!!
Bulir air mata mengalir turun, namun dengan sigap Jimin menyeka aliran air di pipinya itu. Ia pun kembali membuka matanya, menatap kosong ke arah balkon dihadapannya.
Kenapa dia datang kesini?
Flashback.
"Ngapain lo disini, Min Yoongi?"
Jimin menahan suaranya sedatar mungkin sementara berusaha menenangkan jantungnya yang berdegup begitu cepat.
Ia tidak ingin goyah.
Jimin tidak bisa berbohong kalau ia terkejut saat mendengar suara Yoongi yang mengumpat di ujung lorong. Ia berharap itu semua hanya halusinasinya.
Terlebih saat wajah pucat Yoongi muncul di hadapannya, membuat Jimin benar-benar kebingungan. Kenapa Yoongi ada disini?
Jimin berharap semua ini hanya mimpi. Sungguh. Ia berharap ini semua hanyalah bentuk kehaluannya yang disebabkan oleh kebucinan tingkat dewa yang dimiliki Jimin pada Yoongi. Jimin tidak siap bertemu Yoongi, karena Jimin tau semua usahanya akan runtuh seketika.
Tapi ketika Yoongi memeluknya, Jimin sadar kalau Yoongi memang ada disana, berada di hadapannya dan merengkuhnya dengan begitu erat, hingga Jimin bisa menghirup aroma tubuh Yoongi yang jujur saja telah ia rindukan.
Jimin hampir goyah. Kerinduan Jimin pada Yoongi tidak perlu dipertanyakan. Tentu saja. Tidak mudah melupakan seseorang yang kita cintai, meskipun seorang tersebut sudah memberikan luka yang begitu dalam pada kita.
Jimin menarik napas, dan memberanikan diri untuk menatap Yoongi tepat di matanya.
"Jimin..." lirih Yoongi memanggil namanya. Jimin merasakan tubuhnya sedikit gemetar tapi ia menahannya. Jimin tidak boleh jatuh sebelum berperang.
"Untuk apa lo kesini?" tanya Jimin lagi. Ia pun perlahan melepaskan tangan Yoongi yang memegang bahunya.
"Gue kesini buat ketemu lo," ucap Yoongi.
Jimin menyeringai tipis. "Mau ngapain ketemu gue?"
Mata Yoongi tidak berhenti memandangi Jimin. Awalnya Jimin merasa goyah, tapi ketika dia mengingat kembali kejadian waktu Yoongi mengusirnya begitu saja, sontak emosi Jimin pun naik.
"Bukannya gue udah bilang, jangan datang kesini?" tanya Jimin dengan nada dingin.
Yoongi menghela napas. "Gue tau tapi," Yoonggi berhenti sejenak lalu mendongak. "Gue kangen sama lo, Jimin."
Tawa sinis Jimin keluar. Yoongi tidak bisa apa-apa selain melihat Jimin dengan bingung. Dia tidak pernah melihat Jimin se-sinis itu.
Jimin menyisir rambutnya ke belakang. "Kangen gue? Kenapa? Nggak ada yang bantu lo ngerjain tugas? Nggak ada orang yang lo kata-katain lagi?"
"Jimin, gue nggak pernah..."
"Terus apa? Ah, gue tau. Nggak ada lagi temen yang bisa lo buang lagi, makanya lo kesini dengan embel-embel 'gue kangen lo'. Sumpah, brengsek!" Emosi Jimin mulai tak terbendung.
"Jim, dengerin gue!"
Suara tinggi Yoongi berhasil menghentikan Jimin. Yoongi memutar bola matanya. "Gue nggak pernah mau ngebuang lo, Jim. Nggak sama sekali. Gue datang kesini karena gue kangen sama lo. Itu bukan omong kosong atau basa-basi."
"Oh ya? Wah, terima kasih banyak ya Min Yoongi, karena udah kangen sama gue. Terharu banget gue," sinis Jimin. "Tapi kalo lo disini, lo kan jadi jauh sama kesayangan lo, si Kim Jennie. Kasian Jennie ditinggal sendiri di sana."
Yoongi mengerang pelan. "Gue nggak peduli sama Jennie."
Jimin mendecakkan lidah. "Yakin? Lah kemarin lo sampe ngusir gue demi Jennie. Masa lupa? Perlu reka ulang biar inget?"
"Gue sayang lo, Jimin."
Emosi Jimin memuncak hingga ia tidak bisa lagi mengontrol gerakan tangannya yang dengan cepat menampar pipi kiri Yoongi.
Hening mengiringi tetes air mata Jimin yang mulai jatuh. "Brengsek," geramnya pelan.
Yoongi hanya diam dan menunduk sementara Jimin menarik napas panjang. "Gue nggak butuh rasa kasihan lo, Min Yoongi."
Yoongi dengan cepat mendongak. "Ini bukan rasa kasihan, Jim. Gue sayang sama lo dan itu bukan bohong. Maaf karena gue baru sadar."
Jimin mendengus kesal. "Lo ngusir gue, Yoongi. Lo ngusir gue karena Jennie. Dan sekarang dengan enaknya lo muncul depan gue dan bilang kalo lo sayang gue. Nggak akan ada orang yang percaya lo bisa berpaling secepat itu dari Jennie."
"Tapi, Jim..."
"Gimana caranya gue bisa percaya? Kasih tau gue gimana caranya gue bisa percaya sama orang yang udah ngebuang gue kayak sampah!" pekik Jimin.
Yoongi terdiam. Ia memandangi wajah Jimin yang merah padam karena amarah. Napas Jimin tersengal-sengal.
Jimin akhirnya berputar membelakangi Yoongi. "Gue mau hidup tenang disini. Gue harap lo ngerti dan pergi dari sini."
Flashback End.
Jimin menarik napas berat. Dadanya terasa perih. Emosinya masih menumpuk namun ia tidak tau bagaimana cara meluapkannya.
Bel pintu yang berbunyi memaksa Jimin untuk bangkit dari lantai. Ia menyeret langkah kakinya menuju pintu dan dengan satu tarikan ia membukanya.
Yoongi berdiri dihadapannya dengan tangan yang langsung menahan pintu apartemen Jimin seolah-olah ia takut Jimin akan menutup pintu itu segera.
"Kenapa..."
"Gue sayang lo."
Jimin langsung menatap nanar pada Yoongi. Namun sebelum ia sempat memberikan respon, Yoongi berkata lagi. "Gue nggak peduli lo mau hina gue, mau tampar gue sebanyak apapun, gue bakal tetap bilang kalau gue sayang lo, Park Jimin. Karena itu alasan gue datang kesini."
"Gue mau lo tau gue sayang sama lo. Terserah gimana lo mau menanggapinya nanti, gue nggak peduli. Gue bakal tetap disini dan nggak bakal berhenti buat nunjukkin rasa sayang gue ke lo."
Yoongi menurunkan tangannya dari pintu apartemen Jimin dan melangkah mundur. Matanya menatap Jimin tepat pada manik hitamnya.
"Sekarang, gue yang bakal berusaha buat dapetin lo, Park Jimin."
🤪🤪🤪
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
dating (hiatus)
Fanfic"Yah, elu mah belum move on dari Jennie. Tuh liat, doi udah ada gebetan baru. Si Taehyung IPA-3," Namjoon ketawa puas banget. Suga kesel. "Anjir. Ngapain gue stuck ama dia? Gue juga udah punya gebetan kali. Eh, pacar deng." "Siapa anjir? Sok ganteng...