Taktik

2K 286 50
                                    

"Bisa nggak sih, sekali aja dalam hidup lu selama di Jepang, kagak nelpon gue?"

Yoongi manyun. "Yailah, Seok! Gue lagi galau banget ini. Bantuin kek."

Hoseok menghela napas. Nggak di Korea, nggak di Jepang, tetep aja si Yoongi nyusahin. "Nyusahin mulu lu. Kenapa lagi?"

Yoongi mendecakkan lidah. "Jimin nolak gue lagi."

"Gue mau ngomong satu hal."

"Apaan?"

"MAMPUS!"

Yoongi melotot. "Anying lu! Bukannya gue ditenangin kek, dihibur kek, malah digituin."

"Gue mah nggak mau muna. Kan emang elu yang salah. Lagian yang nggak gue abis pikir, ngapain juga lo sampe ngusir Jimin? Segitu bucinnya sama Jennie, heh?"

"Ah, kalo curhat sama lo, gue malah dipojokkin," kesal Yoongi.

Hoseok mendengus keras. "Gue mau ketika lo curhat sama gue, lo jadi sadar sama kesalahan yang lo buat. Gue nggak mau jadi temen yang selalu ngebela. Kalo emang lo salah, ya gue bilang salah."

"Terus gue musti gimana, Seok?"

"Ya gimana lagi, bambank? Berjuang dulu! Masa gitu aje nyerah lu? Lenje amat."

Yoongi terdiam dan menghela napas. "Tenang aja. Gue nggak bakal berhenti."

🤪🤪🤪

Jimin menatap kursi Yoongi yang kosong. Laki-laki itu tidak kunjung kembali bahkan setelah istirahat telah berakhir.

Meja Yoongi masih sama seperti saat terakhir kali melihatnya. Yang membedakan hanyalah kertas putih yang Jimin berikan pada Yoongi tidak berada disana.

Selagi pelajaran berlangsung, Jimin tidak bisa fokus. Ia terus memikirkan dimana Yoongi, dan hal itu membuat ia merasa bersalah dengan hal yang sudah ia tulis untuk Yoongi.

Mungkin Jimin terlalu berlebihan. Entahlah. Tapi di sisi lain, Jimin merasa apa yang dia lakukan sudah benar. Yoongi sudah melukainya. Untuk apa kembali pada seseorang yang sudah menghancurkan dirimu hingga berkeping?

Lain Jimin, lain pula yang dilakukan Yoongi kini. Yoongi sibuk memainkan bola basket yang ia temukan di sebuah lapangan basket, tepat di belakang sekolah. Lapangan basket yang lusuh dan tak terawat menjadi tempat Yoongi berpikir apa yang harus ia lakukan.

Yoongi sadar, semua ini berawal dari kesalahannya. Tapi ia tidak bisa memungkiri bahwa ia mulai merasa sakit akan semua penolakan yang diberikan Jimin padanya. Jimin menutup semua kemungkinan untuk Yoongi bisa dekat kembali dengannya.

Yoongi memantulkan bola yang sedikit kempes itu ke tanah, lalu mencoba memasukkannya ke dalam ring. Namun, bola tersebut malah terpantul hingga keluar lapangan.

Tubuh Yoongi berbalik untuk mengambil bola tersebut. Namun, ia malah menemukan seseorang yang tak diduga disana. Tangannya memegang bola basket yang terpantul tadi.

Yoongi mengerutkan kening. Sejak awal pertemuan mereka di kantin sekolah, Yoongi sudah tidak menyukainya. Ia benci melihat kedekatan laki-laki tinggi itu dengan Jimin, seolah-olah menggantikan posisi Yoongi disisi Jimin kini.

"Tembakan yang buruk," kata lelaki itu santai.

Yoongi mendengus. "Lemparkan bolanya," suruhnya.

Laki-laki itu malah merangsek maju dan memantulkan bola tersebut. Tepat diluar garis three point, lelaki itu melompat dan bola berhasil masuk dengan sempurna.

dating (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang