Yoongi jalan mondar-mandir udah kayak setrikaan di dalam kamar. Sebenarnya author mau suruh diem, cuma takut disemprot.
Doi lagi panas soalnya.
Yoongi ngelipat tangan di dada. "Itu orang emang minta gue jambak. Seenaknya bawa lari jodoh gue?! Wah, belum pernah dijahit silitnya.
Jodoh? Pede amat lu, alexandro - author.
Yoongi emang kesel banget sama cowok yang tiba-tiba bawa Jimin pergi tadi siang pas di sekolah. Mana tangannya si Jimin nyantol di lengan si cowok itu, ya tambah panaslah si Yoongi.
Di jepang nggak ada tukang santet - jiwa pendendam myg.
Lama mikir, akhirnya Yoongi memutuskan buat nelpon seseorang.
"Woy, kuda sarap!" kata Yoongi pas teleponnya dijawab.
Hoseok cuma bisa menghela napas di seberang telepon. Yoongi minta dicubit ususnya.
"Ngapa lu nelpon gue? Kangen? Yailah baru juga berapa hari terpisah oleh laut, udah kangen aja lo ama gue," kata Hoseok.
Yoongi mendengus. "Pede sekali dirimu, wahai upil thanos."
"Jadi kenapa nelpon gue?"
"Jadi gini," Yoongi berhenti sebentar, lalu melanjutkan, "Ada cowok yang deket sama Jimin."
"Ya terus urusannya sama lo apa? Lo kan bukan siapa-siapanya Jimin."
Jleb!
Yoongi langsung ngegas. "Heh, napas naga! Gue nelpon elu supaya gue dapet dukungan moral. Lah elu malah tambah jatohin gue!"
Hoseok dengan kesabaran 200 persen pun menjawab. "Dengerin gue ye, juleha. Wajar lah kalo si Jimin punya temen cowok yang deket sama dia. Dia butuh teman buat ngebantu dia ngelupain lo."
"Tapi gue nggak mau dia move on dari gue, Seok," lirih Yoongi.
"Lo udah matahin hati Jimin, tapi tetep ngarep dia buat terus-terusan sayang sama lo? Kalo gitu, lo egois namanya. Jimin udah sayang sama lo dari kalian masih kecil. Dia udah ngebuang bertahun-tahun waktu dia cuma buat sayang orang kayak lo. Disakitin bertahun-tahun, wajar kalo dia pengen berhenti."
"Tapi, gue nggak suka dia deket-deket sama makhluk jangkung itu," kesal Yoongi.
"Ya sekarang lo rasain kan apa yang Jimin rasain pas dia ngeliat lo sama Jennie. Sakit nggak? Perih ga? Kayak disayat gitu kan ya?"
Yoongi menghentakkan kakinya kesal. "Lo mah gitu, Seok. Gue malah makin dibikin jatoh."
"Heh, bambank. Gue begini supaya lo nggak ngelakuin kesalahan kedua. Lo nggak mau kehilangan Jimin lagi kan? Makanya, berhenti jadi orang idiot, dan dengerin kata-kata gue."
"Jadi gue harus gimana, Seok?"
"Jangan paksa Jimin buat ngejauh dari temen cowoknya itu dan lo nggak bisa paksa Jimin untuk nerima lo lagi kayak dulu. Lo yang harus mendekat ke Jimin dan bikin dia yakin buat nerima lo lagi masuk ke hidupnya."
Yoongi langsung duduk lemas di pinggir kasurnya. Mukanya penuh lipatan. Si Hoseok lagian langsung mutusin teleponnya. Padahal si Yoongi belum tau dia musti ngapain.
Otak gue nggak sampe kalo mikirin kek beginian - myg.
Yoongi langsung berdiri tegak. Dia pengen nyari udara segar di luar.
Tapi ternyata pas Yoongi buka pintu, Jimin juga buka pintu. Mereka berdiri berhadapan sebentar sebelum akhirnya Jimin jalan pergi duluan.
"Mau kemana?" tanya Yoongi.
"Kenapa?" tanya Jimin tanpa berhenti berjalan.
Yoongi langsung menyusul di sampingnya. "Jangan jalan sendirian."
Yoongi melirik Jimin yang jalan tanpa bicara sedikitpun. Yoongi menyadari Jimin membawa beberapa kantong sampah.
Tangan Yoongi terjulur untuk mengambil kantong-kantong sampah itu dari Jimin. "Sini, gue bantu."
"Nggak perlu," kata Jimin dengan cepat menepis tangan Yoongi.
Yoongi terdiam sejenak. Ia memandangi punggung Jimin yang bergerak menjauh. Ia merasa sedikit sesak di dadanya. Yoongi seakan melihat sebuah dinding tak kasat mata terbentang diantara dirinya dan Jimin sekarang.
Lo yang harus mendekat ke Jimin dan bikin dia yakin buat nerima lo lagi masuk ke hidupnya.
Kata-kata Hoseok terngiang lagi di kepala Yoongi. Yoongi hanya bisa menarik napas dalam-dalam. Dia sadar, dia nggak bisa berharap Jimin akan bertingkah biasa seperti dulu. Yoongi sadar berapa banyak luka yang sudah ia berikan pada Jimin.
Dengan cepat, Yoongi berlari menyusul Jimin. Ia langsung menghampiri Jimin yang kini mulai memilah sampah untuk dibuang sesuai pada tempatnya.
"Bakal lama kalo lo kerjain sendiri," ucap Yoongi sambil mulai membantu Jimin.
Jimin memandangi Yoongi sejenak, sebelum akhirnya kembali ikut memilah sampah. Jimin memilih untuk tidak bersuara dan menyelesaikan aktivitas membuang sampah ini secepatnya.
Setelah membuang sampah dan mencuci tangan di salah satu wastafel di dekat sana, Jimin mulai berjalan menuju taman kecil. Ia pun merasakan Yoongi mengikutinya dibelakang. Merasa risih, ia membalik badan dan menatap tajam pada Yoongi. "Lo mau apa?"
Yoongi terdiam namun Jimin bisa melihat tatapan Yoongi melembut padanya. "Udah lama kita nggak jalan bareng kayak gini, Chim."
Jimin menyembunyikan tangannya yang bergetar dibalik punggungnya. Ia berusaha mengatur raut wajahnya agar tetap datar. "Gue lagi pengen sendiri."
Tubuh Jimin kembali membelakangi Yoongi dan mulai berjalan menjauh. Jimin melirik ke belakang, dan melihat Yoongi yang terdiam di tempatnya.
Jimin memilih mendudukkan dirinya disalah satu bangku di taman itu. Dengan sangat erat ia memegang pinggir bangku taman itu. Ia mengigit bibirnya, menahan sesak didadanya.
Hari ini begitu sulit bagi Jimin. Bersama Yoongi seharian penuh di sekolah benar-benar membuatnya tersiksa. Jimin tidak ingin jatuh lagi pada Yoongi. Ia tidak ingin lagi menjadi Jimin yang bodoh.
Namun, kedatangan Yoongi benar-benar membuat pertahanannya terasa sia-sia. Semakin ia mengabaikan Yoongi, semakin berat ia menarik napas. Ini seperti Jimin sedang menyakiti dirinya sendiri.
Jimin mengerti ia harus melalui rasa sakit itu untuk bisa melupakan Yoongi. Ia harus bertahan sebentar lagi. Jimin pun yakin, akan datang saatnya Yoongi menyerah dan akhirnya pergi dari hidup Jimin.
Bertahanlah sebentar lagi, Jimin. Ia akan menyerah.
Jimin menegakkan tubuhnya. Mengumpulkan kembali keberaniannya untuk menghadapi Yoongi selama beberapa waktu ke depan. Ia tau Yoongi tidak akan hanya sebentar mengganggunya, tapi ia yakin Yoongi akan menyerah.
Seraya menunduk Jimin berjalan kembali ke apartemennya. Ketika ia mendongakkan kepala, ia tidak bisa menahan ekspresi terkejutnya saat melihat Yoongi masih berdiri di tempat tadi saat Jimin meninggalkannya.
Yoongi menoleh pada Jimin dan tersenyum. "Udah selesai merenungnya? Yuk balik. Udah malam."
Jimin mengerjapkan mata perlahan. "Lo ngapain masih disini?"
"Nungguin lo," jawab Yoongi singkat. "Ini udah malem. Kalo ada apa-apa gimana?"
Jimin terdiam dan menarik napas. "Yoongi."
"Hm?" gumam Yoongi sambil tersenyum kecil.
Jimin mendongakkan kepalanya, menatap Yoongi tepat di manik matanya. "Urusan kita di Jepang cuma masalah sekolah. Gue bakal tanggung jawab tentang urusan sekolah lo disini. Jadi selain di sekolah, lo jangan pernah muncul di hadapan gue."
🤪🤪🤪
TBC.

KAMU SEDANG MEMBACA
dating (hiatus)
Fanfikce"Yah, elu mah belum move on dari Jennie. Tuh liat, doi udah ada gebetan baru. Si Taehyung IPA-3," Namjoon ketawa puas banget. Suga kesel. "Anjir. Ngapain gue stuck ama dia? Gue juga udah punya gebetan kali. Eh, pacar deng." "Siapa anjir? Sok ganteng...