"Harus banget ye ke Mall?" Yoongi langsung protes waktu Jimin bilang kalo dia mau ke Mall nanti selesai makan di rumah.
"Harus," jawab Jimin. "Barangnya Limited Edition soalnya. Entar gue kehabisan."
"Yailah, Jim. Masalahnya, kalo lo ketemu Jennie di Mall, habis hidup lo, pesut," omel Yoongi. Jimin memukul lengan Yoongi.
Yoongi menengok ke arah Jimin. "Dih, gue kasih tau lo. Jangan cari bahaya Jimin."
"Mall 'kan rame. Kalo Jennie mau apa-apain gue, gue bisa teriak."
"Yakin bisa teriak? Lo kan takut sama Jennie."
Jimin diam. Emang sih, Jimin sendiri nggak yakin kalo dia ketemu sama Jennie di Mall, dia bakalan bisa teriak. Dia menarik napas panjang.
"Tunggu."
Yoongi menghentikan motornya di pinggir jalan dan menelepon seseorang.
"No, lo dimana? Sibuk nggak? Kagak, gue mau minta tolong lo temenin Jimin ke Mall. Gapapa? Yaudah oke. Gue tunggu di rumahnya Jimin. Masih inget kan? Yaudah. Thanks."
Motor Yoongi kembali melaju. "Lo pergi sama Mino."
Jimin tidak bisa melawan Yoongi kalau Yoongi sudah mengeluarkan titah seperti itu. Yoongi 'kan bos. Bos di hatinya Jimin, eh.
Ketika sampai di rumah Jimin, mobilnya Mino sudah ada disana. Jimin turun dari motor Yoongi dan langsung mendatangi Mino. "Sorry ya Mino. Gue sebenarnya gapapa sendiri, tapi itu si Yoongi ribet."
Mino tertawa. "Yailah kagak papa kali, Jim. Gue juga kebetulan mau beli sepatu PUMA yang baru keluar."
Jimin tercengang. "Yang Limited Edition itu? Gue juga," Jimin langsung berubah heboh.
"Woy. Bagus lo ye, Jimin. Ada Mino, gue ditinggal," Yoongi berteriak dari belakangnya.
Mino tertawa lagi. "Pacar lo marah-marah mulu, Jimin."
Jimin menoleh ke Yoongi yang mendekat ke mereka. "Apaan sih, Gi?"
"Sorry, No. Gue minta tolong ama lo. Gue gabisa, udah ditungguin rapat persiapan class meeting," kata Yoongi mengacuhkan pertanyaan Jimin.
"Santai," Mino mengangkat bahunya. "Gue juga dari tadi mau ke Mall, cuma nggak ada temen. Untung lo telpon gue."
"Kalo dia kelamaan belanja, lo tinggal ae," Yoongi tertawa dan langsung pamit kembali ke sekolah untuk rapat persiapan acara.
"Lo makan siang dulu di rumah gue, abis itu baru jalan," kata Jimin sambil masuk ke rumah diikuti oleh Mino.
☆☆☆☆☆
Seokjin mengerang kesal di tempat tidur. Dia masih uring-uringan gara-gara Namjoon yang tidak mengantarnya pulang.
Sebenarnya bukan hanya itu. Dari semalam, Seokjin sudah merasa kesal pada Namjoon yang tidak membalas chat-nya. Jangankan dibalas, chat yang dikirim Seokjin semalam sampai sekarang belum dibaca oleh Namjoon.
Mukanya berkerutkeras. Dia masih tidak mengerti kenapa Namjoon tiba-tiba berubah seperti itu.
"Ah elah. Bajingan nih Namjoon," Seokjin memukul bantal. "Kenapa tiba-tiba begitu coba? Yailah."
Seokjin membuka aplikasi LINE dan meng-scroll riwayat percakapannya dengan Namjoon. Seokjin menggigit bibirnya saat menyadari begitu banyaknya obrolan mereka.
Gue kangen Namjoon nge-chat gue.
Seokjin hanya tidak tahu, kalau sebenarnya Namjoon juga uring-uringan dirumahnya karena tangannya ingin sekali men-chat Seokjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
dating (hiatus)
Fanfiction"Yah, elu mah belum move on dari Jennie. Tuh liat, doi udah ada gebetan baru. Si Taehyung IPA-3," Namjoon ketawa puas banget. Suga kesel. "Anjir. Ngapain gue stuck ama dia? Gue juga udah punya gebetan kali. Eh, pacar deng." "Siapa anjir? Sok ganteng...