17 • Interogasi Ayah

980 171 40
                                    

Hari minggu di kediaman Kim kini agak berbeda. Ayah lagi di rumah dan otomatis membuat kelima anak gadisnya jadi rajin bukan main. Pagi tadi Solar udah sibuk di taman untuk menyiram bunga, Wheein lagi mandiin Kkomo, Hwasa lagi menyapu dan Fuyu yang sedang mencuci piring bekas sarapan.

"Rajin ya anak gadis Ayah. 'Kan Ayah jadi senang lihatnya." Begitulah ucapan Ayah pagi tadi, sambil duduk di depan TV yang sedang menayangkan berita dan menyeruput kopi hitamnya.

Tak lama Wheein kembali dari taman belakang. Tampilannya kini seperti pengungsi banjir. Baju dan celananya basah dan digulung sebagian, rambutnya teracak dan tersisa luka cakaran Kkomo di lengannya.

"Ini pengungsi banjir darimana? Kok mirip Wheein?" Kelakar Ayah saat melihat tampang anak ketiganya itu.

"aYaH, iSh! Masa anaknya yang mirip Song Hye Kyo gini dibilang kayak pengungsi banjir, sih?" Ucap Wheein sambil aegyo yang bikin gumoh Kakak-kakaknya.


"HUEKKKK!"


"JIJIQUE AKU TUH."


"Miauw—Grrr... "


Dan pada akhirnya Ayah cuma geleng-geleng kepala melihat tingkah kelima putrinya yang nggak waras. Tapi, tak apa-apa lah, justru keributan dan kegilaan di rumah yang membuat Ayah selalu rindu untuk pulang ke rumah.

----

Tok tok tok~

Kelima Putri Kim beserta Ayah berpaling heran. Iya, heran. Soalnya hari ini adalah quality time mereka, tak ada yang boleh mengusik ketenangan mereka. Bahkan sebelum ini mereka telah merencanakan kalau klien Ayah, kurir JNE, mas Gojek bahkan teman-teman kampus dan semua orang tak boleh datang ke rumah.

"Siapa, Yah?" Tanya Solar yang dibalas gelengan dari Ayah. 

"Eric mungkin. Eric." Ucap Byul yang sedang mengunyah keripik pisang dan dibalas tatapan tajam dari Solar. Ngapain juga harus bawa-bawa mantan?


Saat keempat gadis lainnya mau melempar pertanyaan, suara menggelegar yang terlampau Hwasa kenal terdengar dari luar.



"HALO, ANYBODY HOME? SAYA LOCO. PACARNYA HWASA!"


Mampus.

Hwasa—sekaligus keempat saudaranya menutup mulut rapat-rapat, menolak menubrukkan pandangan pada Ayah yang tengah menatap putrinya bingung, terutama pada Hwasa.


"Itu si Loco, beneran pacar kamu, kak?" Tanya Ayah dan dibalas anggukan pelan dari Hwasa.

Diam-diam Hwasa merasa takut. Ingat nggak pas dia disidang karena keterkejutan saudaranya karena mendapat kekasih jelmaan malaikat seperti Loco, lalu Ayah tiba-tiba pulang.

Di situ Hwasa terpaksa bohong. Bilang Loco itu cuma teman biasa. Karena dia tahu Ayah nggak terlalu suka dengar putrinya—terutama Hwasa pacaran. Karena menurut Ayah, anak-anaknya pantas pacaran kalau studinya sudah selesai. Kalau untuk Hwasa, alasannya agak spesial. Ayah mau Hwasa nggak main-main lagi sama cowok, karena rata-rata mantannya Hwasa itu bad boy semua, nggak punya etika gitu.

Selain itu, karena Hwasa orangnya gampang mengikut arus. Karena lingkar pertemanannya paling luas, Ayah juga makin was-was kalau mendengar Hwasa punya gandengan.

Mamamoo's Fam | ON HOLD.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang