"Anak kambing—sini, ngumpul bentar. "
Malam itu Wheein, Hwasa dan Byul dikejutkan dengan penampakan kakak tertua yang lagi duduk di sofa depan. Raut wajahnya semrawut, tangan kanannya menopang kepala sedangkan tangan kirinya memegang secarik kertas.
"Lo kenapa?" Ucap Byul yang mewakili pertanyaan kedua adiknya.
"Lo hamil, ya?"
"Kambing, emang. " Solar menatap tajam Byul, rasanya hendak mengambil garpu taman lalu mengejar Byul yang sedang tertawa sampai ke luar angkasa. Jengkel banget. Udah dilihat dia lagi pusing gini.
Tanpa basa-basi ketiganya pun duduk dan masih menatap wajah Solar yang sepertinya tak ingin mengganti ekspresinya. Namun dengan tidak sesuai waktu Byul kembali berucap,
"Kalo dilihat-lihat ternyata Solar bulat banget, ya. Macem pentol. "
Solar yang hendak mengumpat sambil mencabik wajah mengesalkan Byul malah dilerai oleh Wheein yang sigap berbicara dengan cepat, "Ada masalah apa, Sol? Fuyu mana?"
"Di kamar, " Jawab Solar singkat. "Dia ngambek. "
"Kenapa?" Tanya ketiga manusia itu serempak.
"Ini," Solar menunjukan kertas yang sedari tadi dipegangnya. Menunjukkan bahwa kertas itu adalah pengumuman dari sekolah. "Besok ada pertemuan sekolah. Terus wajib dihadiri oleh orang tua murid atau wali. "
"Terus? Kenapa Fuyu ngambek gara-gara ini?" Tanya Hwasa yang masih belum konek dengan masalah ini.
Solar menghela napas panjang, "Ya, katanya dia mulu yang mewakili dirinya sendiri tiap ada pertemuan gitu. Guru-guru sama temannya sampai nanya apa Fuyu tuh nggak punya wali, "
"Teman-temannya Fuyu yang nge-kost bahkan diwakili sama Ibu Kost-nya. Jadi Fuyu ngambek, dibilang kalau kita tuh nggak ada yang peduli sama dia. "
Semua diam membuat Solar kembali melanjutkan, "Dia bahkan bawa-bawa Ayah, katanya Ayah terlalu sibuk sampai nggak sadar kalau anaknya juga butuh kasih sayang orang tua, bukan cuma uang bulanan. "
Keempatnya masih memilih untuk diam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing. Tak ada yang hendak menampik semua ucapan Solar. Bahkan Byul tak ingin melempar guyonan mesumnya.
Fakta pun berkata demikian, Ayah memang memilih sibuk dan jarang ada di rumah. Mereka sangat mengerti alasan dibalik itu, tapi sebagai anak pun terkadang kita ingin egois sejenak, egois pada semua kasih sayang darinya.
"Kapan pertemuannya?" Kini Wheein yang membuka atmosfer dingin yang terbangun di ruang keluarga.
"Besok," Ucap Solar singkat. "Tapi sialnya, gue nggak bisa wakilin. Karena besok jadwal revisi skripsi. Kalau kalian gimana?"
Ketiganya saling menatap, seolah memberi pertanyaan lewat telepati. Isi pertanyaannya, tentu saja tentang siapa yang akan dikorbankan untuk menjadi wali dari Fuyu untuk datang ke pertemuan besok.
Ini juga, Pak Guanlin ribet amat bikin peraturan. Ditiadakan kek yang kayak gini-gini. Bikin pusing aja.
"Nggak usah datang, Kak. " Tiba-tiba ada suara yang menginterupsi, keempat gadis itu berbalik dan menemukan Fuyu yang berbalut piyama, menatap tajam pada empat manusia yang dikenalnya sebagai kakak.
"Nanti aku bilang sama Mamanya Ceye biar sekalian jadi wali aku. Atau ga, nyuruh Om Loco kalau dia nggak sibuk." Setelah itu pun kamar ditutup kuat oleh si adik kecil, menandakan bahwa ia tak suka dengan semua keadaan ini. Apalagi saat mendengar sayup-sayup pembicaraan mereka, rasanya pengen nyoret nama sendiri dari KK.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mamamoo's Fam | ON HOLD.
Fanfictionkisah sehari-hari solar, byul, wheein, hwasa dan adik perempuannya, fuyu. •••• (32/50) [Started : 080518]