Chapter 3

829 196 35
                                    

Narda benar-benar bingung dengan sikap teman ceweknya hari ini, tidak jelas apa maunya tiba-tiba muncul di kantin kampus dan langsung meminum jus jambunya hingga tandas. Mana Narda belum meminumnya sedikit pun, mau pesan lagi juga harus mengantri.

"Pesan sendiri napa? Enggak punya duit lo?"

"Pelit!"

"Lo bilang gue pelit tapi jus gue lo habisin semua, begitu yang disebut pelit?"

"Tahu tuh." Begini tipe-tipe teman kurang ajar, seenaknya sendiri berkomentar sambil memanfaatkan situasi. Sebenarnya Narda tidak masalah jika Mahiro meminta sedikit kentang goreng miliknya, tapi wajah sengaknya itu seperti mengajak baku hantam. "Lo kenapa deh Ki? Lagi PMS?"

"Tangan lo woi!" Tidak diindahkan.

"Nih ya, gue kasih tahu. Sebenarnya PMS itu nggak sakit, cewek aja yang lebay."

"Mahiro belum pernah ditempiling malaikat tuh makanya bilang gitu."

"Anjir!"

Terbukti, makhluk paling rewel di muka bumi adalah cewek. Hunus merasakan aura muram yang ditunjukkan Yuki begitu kentara, sebelas dua belas dengan kelakuan Ibunya ketika tahu seisi rumah berantakan. Barang kali mungkin hanya perasaan Hunus saja, hari ini Yuki seakan malas untuk bergurau. Rautnya cemberut, jutek, juga tidak bersahabat. Kebanyakan anak cowok mana mengerti, habisnya mereka menggunakan logika bukan hati. Namun, Hunus mencoba melihat dari sudut pandang lain. Memahami cewek memang susah-susah gampang, tapi semua itu sudah menjadi keharusan bagi cowok. Tanpa disadari Mahiro ataupun Narda, Hunus menyenggol pelan lengan kiri Yuki hingga si empunya menoleh jengkel.

"Apa?" Langsung sewot dia.

"Lo kenapa?"

"Lagi kesel gue, masa minggu depan bokap nyokap langsung ngadain tunangan."

"Wih, siapa tuh yang tunangan?"

Dasarnya Hunus loadingnya lambat tidak ketulungan, Narda dan Mahiro sampai terbahak seketika. "Bego banget."

"Otaknya musti disetrumin dulu itu."

"Lah siapa? Seriusan nggak ngerti gue."

"Diem deh."

Sudah mood sedang buruk, Yuki mendapati kenyataan pahit jika teman-temannya sama sekali tidak bisa diandalkan. Mana satu-satunya cewek selain Yuki di genk mereka sedang absen hari ini.

"Lo seriusan mau nikah Ki?"

"Kata Ibu gue, dicoba saja dulu siapa tahu cocok. Tapi ini kok malah tiba-tiba ngabarin tunangan, kan kesel."

"Jadi yang mau tunangan elo Ki?"

Padahal sedang serius-seriusnya. "Hunus diem deh, gangguin orang ngomong aja."

"Tahu tuh, iklan mulu lo." Baiklah, Hunus diam. Bersikap seperti Mahiro yang dengan tenang menyimak sembari curi-curi kentang goreng milik Narda. "By the way, calon lo ganteng nggak?"

"Banget." Mendadak wajah tampan Ravi melintas di kepala Yuki. Cowok itu lebih terlihat tampan lagi ketika dalam mode serius, tegas dan berwibawa. "Tapi dia jauh di atas gue umurnya."

"Berapa?"

"Dua puluh delapan tahun."

Eh? "Mateng dong?"

"Cie Yuki mau nikah sama Om-om, aduh!" Mulut manisnya, Mahiro tidak pernah bisa mengontrol. Alhasil, pukulan Yuki langsung mendarat di bahu lebarnya. "Sakit nih!"

"Umur segitu tuh bukan mateng, apa lagi dibilang Om-om."

"Terus apa coba?"

"Dewasa."

Become OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang