Chapter 15

514 159 41
                                    

Ada banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk pernikahannya, termasuk segala tetek bengek perawatan tubuh. Dalam hal ini, Nisa yang memberinya rekomendasi spa kecantikan. Jadi selagi masih ada waktu, Yuki menyempatkan diri untuk memanjakan tubuhnya hari ini. Ibunya di rumah sudah mewanti-wanti tidak boleh pulang di atas jam enam malam, maka dari itu Yuki sedari sore sudah berada di tempat. Nisa tidak hanya mengantarnya, cewek itu juga ikutan melakukan perawatan wajah. Beberapa hari ini dia mengeluhkan jerawat di pipinya.

"Terakhir gue ke tempat kayak gini setengah tahun lalu Nis." Berapa waktu yang mereka butuhkan untuk ini? Sepertinya cukup lama. Yuki berjalan keluar dari tempat itu sembari melihat jam arlojinya yang mengarah pukul setengah lima. "Lo sudah beres semua kan? Nggak ada yang ketinggalan?"

"Nggak kok, aman."

"Mau ke McDonald's bentar nggak?"

"Boleh deh, asal gue yang traktir."

"Lah, elo mah."

"Elo kan minggu lalu sudah ngetraktir gue, sekarang gantian." Dia ini. "Ayo deh."

Begini nih, kalau dalam satu genk hanya ada dua cewek. Soal seperti ini menjadikan mereka berdua dekat, kaum cowok jarang paham. Terutama Hunus yang lemotnya sudah ke urat-urat. Lantas, Yuki ikut tertawa. Dia meraih tangan Nisa dan menariknya menuju McDonald's yang tempatnya hanya berjarak beberapa bangunan dari sini. Sampai di sana, Yuki langsung mencari tempat duduk sedangkan Nisa memesan makanan. Sembari menunggu temannya itu, Yuki mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Ia membuka media social, melihat beberapa notif dan juga postingan di Instagram. Tapi, tiba-tiba muncul panggilan masuk dari Ravi yang memenuhi layar. Kaget banget doi!

Yuki mengatur suaranya sejenak sebelum menekan tombol hijau. "Ya, Mas?"

"Kamu lagi ngapain?"

"Ini, lagi di McDonald's sama temanku Nisa."

Suara Ravi di seberang sana selalu terdengar lembut. "Mau dijemput?"

"Nggak perlu Mas." Yuki mencoba mencari topik lain. "Mas Ravi ada apa nelpon?"

"Nggak apa-apa." Kalau kata Mahiro, cowok seharusnya bisa lebih romantis. "Kangen saja pengen dengar suara kamu."

Ini bukan romantis lagi, Yuki mau terbang.

"Mmh, Yuki." Kelihatannya cukup serius. "Mas boleh tanya sesuatu?"

"Ya, Mas Ravi mau tanya apa?"

Yuki deg-degan menanti, membayangkan Ravi ganteng bertanya tentang planning hidup mereka setelah menikah. Berapa anak yang harus ia lahirkan kira-kira? Pikiran Yuki mulai ngadi-ngadi, kata Narda silahkan membeli Bayclin untuk mensucikan diri.

"Yuki habis ketemu sama Stefan ya?" Lah?

Saat itu, Nisa datang dengan nampan di tangan. Wajah penuh tanda tanyanya jelas terlihat ketika ia menemukan Yuki berbicara dengan seseorang di ponsel. Hadohhh ketahuan ketemuan sama mantan! Yuki mengutuk dirinya sendiri berulang kali.

"Iya Mas, cuma ngobrol doang sih bentaran." Ini seperti doi tertangkap basah mencuri.

"Habis itu, langsung pulang?"

"Iya dong, kan ketemuannya juga kemarin sama Nisa. Nggak berduaan doang." Yuki bersyukur bisa menanggapi dengan tenang. "Mas marah?"

Sekali-kali please bilang marah, Yuki ingin mendengarnya. "Enggak kok." Tapi boong.

Nisa geleng-gelang kepala melihat kelakuan Yuki yang memanyunkan bibir. "Mmh."

"Nggak masalah mempererat hubungan pertemanan, Mas fine-fine saja selagi kamu senang." Ya, fine mata kau tuh! Diembat baru tahu rasa. Rasanya Yuki ingin mencibir Ravi. "Mas tutup dulu ya telponnya, kamu pulangnya hati-hati."

Become OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang