Tidak pernah aku merasa sesenang ini sebelum nya. Kini tidak hanya ada suara ku yang menggema dirumah ini. Ada suara chris juga.
Setelah makan malam, kami duduk di ruang tengah. Masih canggung karena--entah karena apa. Aku gugup.
"Um, kudengar dari ibu suara mu bagus, dan sepertinya memang begitu" kataku memecah atmosfir canggung disekitar kami.
"Begitukah? Mau dengar aku bernyanyi?" ujarnya.
Aku mengangguk antusias. Ia mengajak ku mendekati grand piano berwarna putih yang memang ada disana sejak pertama kali aku pindah kesini.
"Piano ini milik mendiang istriku" ujarnya. Kami duduk berdampingan. Ia membuka tutup piano itu dan menekan tuts nya asal.
"Aku tidak bisa main piano, biasanya ia yang selalu mengiringi ku" ujarnya.
Tangan ku terulur menyentuh tangan kokohnya.
"Aku bisa main piano kok, aku akan mengiringi mu" kataku.
Dan malam itu kami memainkan musik bersama. Suara chris benar benar indah. Aku menikmati setiap lirik yang ia nyanyikan.
Sekali lagi, aku merasa beruntung bisa memiliki lelaki seperti chris.
KAMU SEDANG MEMBACA
neowa na | chanjin
Fanficini bukan sekedar sarapan bersama di pagi hari. bukan pula sekedar tidur di ranjang yang sama. ini tentang kita, tentang aku dan kamu.