Hyunjin bukannya ingin ada korban lagi, tapi dia memang menunggu kasus baru dari si pembunuh ini untuk menguatkan dugaannya. Tapi sudah hampir 2 bulan tidak terdengar kasus lagi."Apa dia udah nemuin alasan untuk berhenti?" Gumam hyunjin.
Beberapa minggu lalu ia mendapat info dari woojin jika pembunuh itu berusia sekitar awal dua puluhan. Masih cukup muda.
Dan sahabat nya lee felix jadi sering membawa chan pulang bersama nya. Hyunjin tau bahwa mereka bukan sekedar teman dekat.
Malam itu, ketika chan menginap di apartemen mereka. Waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, dan hyunjin masih berkutat dengan laptop nya membuat artiker tentang serial killer ini. Ia masih belum cukup puas dengan semua data yang ia miliki. Ia butuh lebih dan lebih.
"Kamu jurnalis?" Sapa suara dari arah belakangnya. Itu chan, ia mendudukkan dirinya disebelah hyunjin. Mengamati satu persatu lembaran kertas tentang identitas korban.
"Ah , dia teman ku" kata nya sambil menunjukkan foto seorang wanita.
"Kau tau, hari itu ia pergi dengan memakai hadiah pernikahan dari suami nya, mereka baru merayakan ulang tahun pernikahan saat itu" cerita chan.
"Aku turut berduka" kata hyunjin.
"Tapi kurasa itu karma untuk nya, dia menghianati suami nya dengan tidur dengan pria lain. Jika aku jadi suami nya maka aku tidak akan terlalu sedih" ujar chan sambil merapikan kertas kertas yang berserakan itu juga membersih kan meja yang hyunjin jadi kan meja kerja nya.
"Tidak perlu repot-repot" kata hyunjin.
"No probs. Aku hanya tidak suka melihat sesuatu yang berantakkan"
"Aku tau banyak tentang pembunuh itu" ujar bangchan tiba tiba.
Atensi hyunjin yang tadi hanya fokus pada layar laptop nya kini teralih.
"Dia punya OCD, dan ia membenci orang-orang yang berambut pirang , berwajah manis dan tinggi. Ah kau harus berhati hati hyunjin."
"Dia pembunuh keji yang mematikan korban nya secara perlahan. Luka yang ia tinggalkan bukan lah luka yang bisa langsung membunuh. Tapi korban meninggal karena kehabisan darah"
"Dia senang melihat raut kesakitan korban nya yang berteriak mohon ampunan."
"Alasan di balik kenapa ia merobek mulut korban nya kemudian menjahit nya lagi adalah karena ia benci dengan omongan mereka yang penuh tipu muslihat"
"Sepertinya kau tau banyak" komentar hyunjin.
"Teman ku seorang profiler, dia menceritakan semuanya padaku"
Hyunjin hanya mengangguk paham kemudian melanjutkan kembali pekerjaannya.
"Ah chan , berapa usia mu?" Tanya hyunjin.
"Tahun ini aku 22"
Psikopat itu cerdas, mereka pintar berkata-kata, dan juga narsistik.
-tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
neowa na | chanjin
Fanficini bukan sekedar sarapan bersama di pagi hari. bukan pula sekedar tidur di ranjang yang sama. ini tentang kita, tentang aku dan kamu.