Kamu tau, jika aku memikirkan mu, cukup aku lihat timeline yang kau sematkan di dalam storymu. Itu lebih dari cukup dari pada aku mereka-reka apa yang sedang kamu kerjakan atau bagaimana dengan tugas kuliahmu.
Meskipun barangkali, storymu tidak lebih penting dari pengumuman SNMPTN atau CPNS tahun ini. Tapi aku tau, penting itu memang tergantung setiap individu. Bisa saja kabarmu jauh amat lebih penting, karena yang dikorbankan adalah perasaan dan rasa rindu. Siapapun tidak rela jika rasa rindu nya ditukarkan dengan pertandingan bola atau ceramah agama.
Dan kamu tetaplah disana, tidak pernah tau. Palingan yang kamu tau, bahwa ada namaku di antara orang-orang yang melihat statusmu. Itu cerobohnya aku yang suka mempermainkan perasaanku sendiri. Tapi tunggu. Aku tidak sedang jadi pengecut kepada diriku, tapi sedang berusaha menjadi Hero atasmu.
Kamu lebih baik mengurusi adek kecilmu yang imut itu dari pada berdandan menor melebihi wajarnya. Ya karena memang aku sering melihat perempuan yang alisnya setebal makanan Susi. Parah. Aku harap kamu tidak. Aku sudah sangat merasa cukup atas kecantikanmu yang selama ini aku kagumi.
Sekarang begini, aku pastikan kamu akan tau tentang satu hal. Bahwa aku tidak datang dan pasang badan untuk sekedar basa-basi menanyakan alamat rumah atau urusan kuliah dan semester mu. Jika aku datang untuk itu, tentu aku tidak salah, tapi jika aku datang untuk lebih dari itu, aku mau kamu tau, tau di waktu yang aku mau.
Teras Rumah, 14 Desember 2018
Oleh Mohammad Faiq