Tujuh

15 1 0
                                    

Tadi aku bangun sambil menggerakkan otot leher dan lengan. Bermalas-malasan hanya akan memperhambat peredaran darah di waktu pagi. Aku membuka jendela. Tiba tiba aku tersenyum. Aku melihat mu yang telah sengaja berdiri di luar sana, sambil melambai pelan pelan dengan satu senyuman. Aku tau ini kejutan, bahkan di pagi yang belum  terencana ini.

Oh, ternyata bukan. Ternyata kamu hanya ada di dalam kepalaku. Dibalik jendela itu hanya berdiri pohon besar yang sering dihinggapi burung setiap petang. Aku menyadari setelah aku memandangi cukup lama. Itu hanya ilusi. Kamu tau, pohon itu cukup lapang melewati hari-harinya, pasti ia akan dijadikan tempat tinggal akibat kelapangannya, oleh burung, serangga dan hewan-hewan lain untuk melanjutkan keturunan mereka.

Sedang aku, aku belum cukup tau, selapang apa dadaku, bahkan semenjak kamu sudah tidak lagi menyisakan senyum manismu itu. Tapi aku selalu ingin percaya diri. Aku akan selalu menghibur diriku sendiri. Apa dadaku cukup lapang untuk kamu tinggali esok, atau bahkan tidak sama sekali. Aku memintamu agar  kamu memberiku segala bentuk penderitaan, untuk menguji seberapa lama aku bertahan.

Mentari pagi. Adalah saat dimana tumbuhan merindukannya setelah malam memisahkan. Aku pun demikian, tidur panjangku selama 8 jam, telah memisahkan aku dan kamu. Terkadang mimpi membawa kamu sedang bermain di sela sela waktu tidurku. Mimpi membawa sebuah cerita indah. Bunga dan tanaman yang luas yang didalamnya ada kita. Kita bermain, lari larian sambil sesekali melempari kayu agar masing-masing bisa kesakitan dan tertawa lebar.

Tapi aku tidak tau, apa ada mimpi yang menghampirimu. Seandainya mimpi itu adalah seekor tuyul yang bisa menghilang dan menjalankan perintah tuannya. Aku suruh dia mengintipmu di sela sela malam. Supaya aku tau, tangtop warna apa, posisi tidur seperti apa, dan bahkan jepitan rambut model apa yang sedang kau pakai. Kemudian pelan pelan, aku menyuruh mimpi masuk kedalam tidurmu.

Mimpi yang aku kirim itu, bukan untuk merusak. Mungkin saja kamu sudah dimasuki mimpi lain selain mimpiku. Aku tidak tega memisahkannya. Tapi barangkali mimpi yang aku kirim cukup dewasa. Dia mengerti tentang pilu, rindu dan cinta. Sehingga dia akan membawaku kedalam tidurmu, walau harus mengalahkan mimpimu yang telah singgah sebelumnya.

Aku yakin, mimpi yang aku kirim memenangkannya. Akhirnya, setiap malam mimpi tidak lagi menemani ku dengan cerita-cerita antara aku dan kamu. Dia justru aku kirim untuk masuk ke sela-sela tidurmu. Hingga larut malam, hingga mentari pagi menungundang. Setelah itu, aku selalu hidup didalam sela sela tidurmu.

Teras Rumah, 18 Desember 2018
Oleh Mohammad Faiq

22 Sajak Untuk Rahma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang