Empat

22 0 0
                                    

Cukup menyukai mu dalam jarak. Kusampaikan perasaan ini lewat mentari pagi yang masuk ke sela-sela jendelamu. Meski kamu tidak tau, tapi kamu sudah menginjakkan kakimu didadaku. Seperti tangga-tangga yang kau injakkan setiap hari, hingga aku hafal bekas kaki dan aroma parfum mu.

Aku tidak tau harus berucap apa. Setelah semua nya tiba, aku hanya membiarkan kesenanganku ini, kunikamati tanpa ku bagi-bagi. Bahkan, hampir kesenangan itu menempel di setiap benda-benda di dalam kamarku. Seolah itu kamu yang menjelma menghidupi setiap waktuku.

Aku rela kamu gigit leherku, sebagaimana Drakula kepada mangsanya. Hingga darahku kau hisap dan kamu merasakan, bahwa didalam darah itu, terdapat tulisan atas namamu. Kau melakukan hal bodoh, kau menyakiti dirimu sendiri, Karena di darahku itu, terdapat aliran-aliran mu.

Jika istana dalam dongeng itu benar nyatanya. Aku tetap menginginkan kamu menjadi rumah saja. Istana sering berakhir karena terlalu banyak perang dan pengintai nya. Aku pastikan ini. Bahwa kamu bukan sekedar rumah untuk aku pulang. Tapi kamu adalah tempat untuk aku tetapkan sebagai peti saat aku mati.

Aku berterima kasih kepada jendela dan tangga di dalam rumahmu. Mereka berdua merasakan apa yang aku rasa. Bahkan mereka menyimpan rapat-rapat dari mu. Seandainya aku tidak ditakdirkan menjadi manusia, aku lebih memilih menjadi antara jendela dan tangga di rumahmu, yang selalu hidup dengan injakkan kaki dan aroma parfum wangi mu.

Kafe Kemala, 15 Desember 2018
Oleh Mohammad Faiq

22 Sajak Untuk Rahma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang