Sembilan

17 0 0
                                    

Aku siapa. Aku semakin tau siapa aku setelah aku melihat koleksi photo-photo mu. Pakaian mewah, sepatu hak tinggi, jam tangan cantik dan dikelilingi teman-teman kaya yang cukup percaya diri akibat harta dan gaya hidupnya. Sedangkan aku. Aku hanya orang yang menyedihkan. Tak ada uang, pertemanan yang buruk, penyendiri, pengecut dan hanya hidup bersama tulisan.

Sebenarnya aku kasihan kepada mu. Mengapa kamu dicintai oleh orang seperti aku. Orang yang masih menata, menitih tertatih-tatih. Pantas saja kamu tidak mau menolehku meski sedikit saja. Aku terlalu buruk untuk kehidupan mu yang mapan. Aku bahkan tidak tau bagaimana caranya agar aku dapat terhibur. Apalagi menghiburmu.

Kamu menjadi alasan aku untuk sukses. Aku tau, kamu bukanlah perempuan yang bermata materi. Kamu suci. Kamu ingin masa depan bahagia. Kamu ingin kehidupan mapan. Kamu ingin itu semua. Aku belum memiliki nya. Sehingga cukup masuk akal, mengapa aku takut selama ini. Bahkan hanya mendekat dan bertukar senyum kepadamu. Aku takut.

Kamu menjadi alasan aku untuk masa depanku. Aku hanya akan berusaha sekeras mungkin. Bahwa aku bisa menjadi pria yang kamu butuhkan. Pria yang kamu mau. Aku janji itu. Berikan aku waktu, tiga tahun, dua tahun, dan biarkan kamu melihat perubahan ku dalam waktu sesingkat itu. Karena untuk mendekati perempuan se anggun kamu, tidak cukup hanya dengan kalimat cinta dan buaian asmara.

Kamu menjadi alasan aku untuk maju. Kamu mengajari ku tentang sebuah arti hidup. Tapi kamu harus ingat, besarnya perasaanku kepadamu, tidak sebanding dengan apa yang aku lihat di koleksi photomu itu. Jangan kau bandingkan dengan tas mewah, busana indah, sepatu tinggi dan bahkan lingkungan kelas atas mu. Itu sama sekali tidak sebanding. Perasaan ku kepadamu jauh lebih besar dari itu semua. Dari segala-galanya.

Rumah Irfan, 20 Desember 2018
Oleh Mohammad Faiq

22 Sajak Untuk Rahma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang