Desember. Ada salju yang tiba-tiba turun didepan rumah. Aku keluar mengangkat tangan. Berharap salju nya masih basah dan terasa licin. Aku tersenyum. Tiba-tiba kamu melempari salju dengan satu lemparan tepat di pundak. Pasti kamu sudah menungguku.
Aku tidak yakin jika salju benar-benar turun. Bahkan di tanah Madura ini. Jika terjadi. Kali pertama dalam sejarah, bahwa Madura bersalju dan dua orang kegirangan sedang melempari salju satu sama lain. Dua orang itu, aku dan kamu. Melebihi anak kecil yang baru saja ulang tahun saja.
Ya. Aku pastikan lagi. Salju tidak pernah turun. Dan cerita tentang permainan salju itu, tidak ada. Tidak ada salju. Tidak ada permainan salju. Tidak ada kamu yang melempari tepat di pundak ku. Tidak ada lari-larian. Dan, tidak ada kamu. Yang ada hanya Desember yang sedang kesepian. Desember hanya menjadi jalan terakhir, bukan yang pertama.
Aku membangun cerita. Tiada lain untuk mengobati rindu. Aku ingin membuat aku lebih baik. Meskipun aku tau itu justru membuatku semakin buruk. Aku ingin kamu. Saat ini. Disampingkku. Bercerita tentang bagaimana mempertahankan nilai bagusmu itu. Berbicara tentang liburan mu bersama nenekmu. Bercerita tentang separuh harimu yang kau sisakan saat menemani adek kecilmu itu.
Aku bercermin. Berharap aku tak terlihat sedih. Melatih senyum. Berpura-pura senang. Dan membentuk huruf U dibagian mulutku. Ya, aku lakukan itu. Hingga aku sadar. Bahwa Desember bukanlah satu-satunya. Dia tidak sendirian. Ada dua mahluk yang sama-sama kesepian.
Aku kembali ke tempat tidur dengan memandangi photo dan senyuman mu. Busana warna ungu yang membuatmu terlihat lebih anggun dan berwibawa itu, menunjukkan bahwa kamu adalah wanita perfeksionis. Aku beruntung meletakkan photomu di kamarku. Semenjak ada photomu. Jendela semakin sering tertutup dan terbuka, karena angin sangat berharap masuk dan mencuri senyummu.
Tentu aku biarkan dia mencuri senyuman itu. Aku menyadari. Jendela dan angin sedang dalam satu tim untuk menghiburku. Mereka membuat suara-suara. Mereka masuk dan mengayunkan benda-benda.
Mereka mengganggu pohon hingga ia marah. Hanya agar aku memperhatikan mereka. Ya mereka sudah mendapatkan perhatianku. Mereka menemani ku. Bahkan disaat yang tersisa hanya aku bersama photomu.Berkat kamu. Berkat rasa rindu. Aku berteman dengan mereka. Angin dan Jendela. Dan sebentar lagi, akan ada teman baru. Dia adalah Desember. Angin, Jendela, dan Desember sedang disini. Kita akan berpetualang dan membangun cerita. Cerita tentang kamu.
Rumah Irfan, 22 Desember 2018
Oleh Mohammad Faiq
