Kamu tau, setiap waktu aku selalu memikirkan mu. Bahkan, jika aku tidak kuat menanggung nya sendirian, aku tidak tau harus berselisih dengan siapa. Apakah kepada waktu, yang dulu mempertemukan kita, atau kepada aku sendiri. Tapi yang jelas aku tidak akan memperselisihkan kamu, karena kamu berarti bagiku.
Tapi justru aku terheran-heran kepadaku sendiri, aku melibatkanmu didalam hidupku meski tanpa kamu tau sedikitpun. Aku bukannya tidak berani untuk menyatakan rasa ini kepadamu, tapi aku masih menyoal aku sendiri. Jangan-jangan ini hanya semu. Atau sekedar mimpi, atau bahkan kamu hanya aku ciptakan sebagai sebuah ilusi.
Tapi yang jelas, aku selalu menyebut namamu di setiap jengkal waktuku.Jika suatu saat kamu tetap tidak tau apa yang aku simpan rapat tentang mu, aku ingin angin membawa semua tulisan ini untukmu. Aku ingin dia bercerita apa yang telah membuatku tergila-gila karenamu. Agar kamu tau, dan agar kamu merasakan betapa berharganya dirimu lewat tulisan tulisanku.
Atau, jika suatu saat tidak ada garis Tuhan antara aku dan kamu, Aku ingin, ketika kamu mencintai orang lain, seperti bagaimana cara aku mencintaimu. Selalu berusaha memberikan hujan dan bunga di sela sela waktumu, berharap bertemu meski diantara padatnya rutinitasmu. Kemudian kamu menulisnya, membuat catatan kecil, hingga angin tersenyum ketika mengintip lembaran-lembaran indah dalam tulisan mu.
Kamu tau, berkat kamu, aku hidup didalam tulisan bersama mu. Berkat itu, angin mendatangiku mengelus dadaku seolah ia mengerti apa yang aku rasakan. Namun, ia juga memberikanku semangat demi sebuah kejujuran rasa. Aku berkatmu mengerti satu hal, bahwa mencintai itu tidak untuk memilikinya, mengasihi itu tidak untuk mendapatkan hatinya, meskipun hatimu tidak untukku, bukan berarti mencintai dan mengasihimu hilang didalam dadaku.
Teras Rumah, 16 Desember 2018
Oleh Mohammad Faiq
