Duapuluh Dua

14 0 0
                                    

Barangkali aku lelah. Apakah ada beberapa orang. Untuk menghilangkan dahaga dan menawarkanku air. Beberapa orang hanya memandangi dan melemparkan muka. Aku sesekali duduk di sudut lorong, berjejeran dengan tukang ngemis jalanan. Hingga aku tak mengerti isi dunia. Hingga ingin aku mati saja.

Tapi disaat aku memiliki kesempatan untuk putus asa. Tiba-tiba ada sesuatu yang mendekat. Ia berbisik tepat ditelinga bagian kiri. Ia berucap, bahwa hidup itu memang pahit. Hanya orang yang berhenti di tengah jalan, yang akan mati dalam kepahitan. Tiba-tiba saja aku berdiri, beranjak, melanjutkan perjalanan.

Aku harus berjalan. Kadang rasa haus itu menghilang, tiba tiba kepala ku sesak dengan cara-cara untuk bertahan. Aku akan melewati susahnya perjalanan hingga sampai final. Sampai orang yang tadinya melemparkan muka, menengadah dan melihatku sebagai manusia semula.

Kau tau. Aku menggambarkan kamu sebagai tujuan akhirku. Jalan yang aku ceritakan di atas adalah perjuanganku. Dan haus yang aku sebutkan adalah penderitaanku. Aku menggambarkanmu sebagai sosok perempuan yang untuk memiliki nya, harus melewati banyak hal. Karena kamu hanya ingin mengajarinya arti kesungguhan.

Sudah selama ini. Aku cuma berdiri di depan cermin dan mencari cara cara baru. Apakah aku sudah bisa membuatmu nyaman, atau malah semakin membuat suasana terasa formal. Aku selalu tidak pintar, untuk urusan membangun suasana bersama mu.

Kadang aku berpikir, apa yang terjadi jika aku berhenti di tengah jalan. Apakah aku bisa melupakanmu. Atau aku bisa berbalik arah dan mengerjakan hal lain. Aku tidak yakin. Jika aku berhenti di tengah jalan, ini akan berkahir dengan kepahitan. Aku harus tiba dimana, sesuatu telah berhasil kusampaikan, meski aku harus pulang tanpa apa-apa.

Kafe Melati, 15 Januari 2019
Oleh Mohammad Faiq

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

22 Sajak Untuk Rahma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang