Malam harinya acara tahlilan. Rumah Dimas terbuka bagi siapa saja yang datang. Tak hanya warga sekitar rumah namun juga anak-anak dari panti asuhan amih juga di undang. Tante Ina dan suaminya pun datang ke rumah Dimas tak lupa membawa si kecil Tsabit yang kini sudah bertumbuh tinggi.
Zia dan Anna membantu mbak Tami di dapur, menyiapkan sajian makanan dan minuman bagi tamu. Athar berada di depan teras bersama jamaah lain. Sedangkan Dimas berada di tengah rumah, Yudith ikut mendampingi. Sedangkan Athalla duduk di samping Rayyan yang memaksa ikut pengajian. Athalla merangkul lengan kiri Rayyan. Kepala kakaknya di sadarkan di bahunya. Masih terasa panas. Namun sudah tak sepanas tadi siang.
"Lo tidur?" Athalla menggoyangkan lengan kakaknya.
"Ga, cuma pusing dikit. Kalau di mulai kasih tahu ya."
"Lebih baik lo tiduran aja sana di kamar."
"Aaaww.." ringis Athalla saat pahanya di cubit.
"Berisik kodok. Gue cuma pusing dikit, ga usah lebay deh." Athalla mendengus. Dia tak enak juga di lihatin terus sama pak ustadz kompleks yang akan memimpin doa untuk eyang kakung dan eyang uti si kakak manisnya.
"Bangun..pak ustadz udah mulai noh." Rayyan dengan sedikit menyatukan kedua alisnya berusaha duduk tegak. Namun tetap saja pandangannya selalu berbayang. Rayyan menghembusakan nafas panjangnya berusaha tenang. Namun Athalla tetap memperhatikannya.
***
"Om..om.." Tsabit bocah kecil yang gembil menarik-narik lengan koko yang di pakai Rayyan. Wajah bocah itu menggemaskan di mata siapapun yang lihat.
"Om?" Rayyan nampak acuh. Dia tak memperdulikan sepupunya itu.
"Ihhh, om adik nakal. Tsabit mau main."
"Tsabit, udah malam ih...adik mau tidur" Rayyan naik tangga lantai duanya. Namun bocah itu tetap mengikuti Rayyan dari belakang.
"Om adik, Tsabit nginep. Tidur sama om ya!" Tsabit bersemangat sekali bicara seperti itu.
"Haduhhh...eh bocah gendut, om sekarang udah ada temen buat tidur. Jadi Tsabit tidur sana sendiri. Ajak om Athalla aja. Dia kan jomblo." Namun Tsabit tak gentar dia ikut masuk kekamar Rayyan.
"Ahhhh" Anna sedikit berteriak saat dirinya keluar dari kamar mandi tanpa kerudung.
"Ihh ini lagi, ngapain sih teriak." Rayyan duduk di kasur empuknya. Melihat Anna yang kesana kemari seperti setrikaan.
"Cari kerudung" ucapnya dengan kedua tangan masih memegangi rambut sebahunya yang nampak basah.
"Kenapa cari kerudung? Kita kan udah suami istri?" Rayyan membuka baju kokonya sontak Anna memejamkan kedua matanya.
"Ckckck, lebay ih. Pakai dalaman nih." Anna tak menggubris ucapan suaminya. Dia langsung memakai kerudung dan merapikan penampilannya.
"An, pijitin dong. Kepala aku sakit nih." Anna langsung duduk disamping suaminya. Memeriksa sebentar.
"Masih demam. Cek leb yuk. Kamu udah dua hari panas terus." Rayyan meletakkan kepalanya di kedua pangkuan istrinya. Berbaring sembari menatap wajah istrinya yang nampak cantik.
"Ga usah. Kayanya mau flu deh." Anna hanya diam. Kedua tangannya masih memijit kepala Rayyan dengan perlahan.
"OM!!!!" Rayyan lupa jika bocah gendut itu ikut ke kamarnya.
"Tsabit, main sendiri ya. Tuh kotak mainan ada di sana." Tunjuk Rayyan ke arah lemari besar berisi semua helm kesayangannya.
"Yeayyyy!!" Anna tersenyum melihat anak sulung tante Ina yang tumbuh sehat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REAL LOVE ✓(End)
Teen Fiction-lanjutan World Light- Di saat kebahagiaan di rasakan dua orang yang terikat oleh syariatNya. Maka di situ pula kan di uji olehNya berbagai permasalahan. Di saat itulah kita bisa tahu jika kita saling mencintai sesungguhnya atau mencintai semu. Cove...