RL 16

1.2K 146 15
                                    

Hari minggu subuh, kediaman Dimas Hamizan terdengar ricuh. Keramaian yang dadakan itu membuat semua penghuni rumah terbangun. Tokoh utama si pembuat onar adalah Anna. Dokter cantik dengan postur tubuh mungil itu terlihat sibuk di dapur. Mbak Tami yang berniat mengeloni putra semata wayangnya pun di batalkan karena tak enak hati dengan menantu majikannya itu.

"Buat apa mbak??" Tanya mbak Tami. Anna yang di tanya hanya tersenyum cengengesan.

"Bekal mbak." Jawab Anna yang kini sudah mengoleskan margarin ke atas roti.

"Jangan buat bekel, denger ga?" Itu Rayyan. Suaminya sudah rapi dengan jacket boomber berwarna hitam, celana jins belel berwarna sama dan beanie berwarna senada. Ransel dengan satu tali sudah di slempangkan di bahunya. Bahkan helm full face si cincau kini sudah di tentengnya.

"Lho, buat kita makan?" Tanya Anna.

"Emang di sana ga ada warung?" Rayyan menuangkan air putih ke dalam gelas bening yang ada di tangannya.

"Lebih hemat, lagian kamu harus makan makanan yang sehat." Anna masih saja berusaha membujuk suaminya.

"Ribet deh. Heh! kita kumpul jam lima lewat sepuluh menit. Ayo, lima menit lagi. Mau ikut ga? Kalau ga mau yaudah aku tinggal." Rayyan memakai sepatu yang aman bagi kaki palsunya. Khawatir lecet jika bergesekan nanti. Maklumi saja, kakinya sangat mahal.

"Tunggu! Aku ikut!" Anna berjalan cepat ke arah kamarnya berganti pakaian yang sudah semalam di siapkan. Rencanya dirinya ingin memakai pakaian yang senada dengan suaminya.

"Jangan lari ihhh, itu ada dede utun." Teriak Rayyan yang melihat istrinya berjalan cepat dengan sedikit berlari.

"Adik berisik amat sih" tegur sang mama yang masih mengenakan mukena. Nadine duduk di sofa ruang tamu memperhatikan penampilan putra manisnya itu.

"Jadi SUNMORI? kemana?"

"Lembang. Sekalian baksos." Jawab Rayyan yang kini sudah merebahkan dirinya di pangkuan sang mama. Rayyan menikmati usapan lembut di kepalanya yang di tutupi oleh beannie hitam.

"SUNMORI, sama bang Jay?" Rayyan menganggukkan kepalanya.

"Mau nitip peuyeum? Kalau ga salah Denis buat peuyeum banyak di rumahnya. Sekalian nengokin neneknya Denis lagi sakit." Rayyan bangun dari posisi rebahannya. Namun menyandarkan kepalanya di bahu sang mama.

"Titip salam saja ya. Kalau bisa kamu beliin sesuatu buat neneknya Denis." Rayyan mengangguk.

"Anna ikut?" Tanya Nadine. Rayyan kembali mengangguk.

"Ingat jangan pakai si tomo, si mordy, si lexy atau motor sport lainnya. Lebih baik pakai si prince aja. Lebih nyaman buat Anna. Bagaimana pun ada darah daging kamu tuh di rahimnya Anna. Masih rawan kalau di usia trisemester awal. Bawa motornya juga harus pelan. Jangan bringas." Rayyan hanya menganggukkan kepalanya. Dia juga tak mau jika istrinya kenapa-kenapa. Terlebih janinnya.

"Siap bu komandan." Rayyan menegakkan badannya. Ketika suara langkah Anna terdengar. Istrinya itu terlihat mengenakan jilbab hitam simple dengan kerudung lebar berwarna senada namun dengan motif bunga-bunga kecil. Tak lupa jacket boomber yang di belinya semalam.

"Udah? Bawa dompet ga?" Tanya Rayyan.

"Semuanya yang di siapin malem udah di masukin ke sini." Tunjuk Anna ke arah ransel kecil yang di kenakan di punggungnya.

"Oke. Ma berangkat dulu ya." Rayyan mencium tangan Nadine begitupun Anna.

"Hati-hati ya."

***

Motor matic yang di beri nama prince sudah di siapkan dari semalam. Nadine sangat cerewet mendengar dirinya akan SUNMORI bersama teman-temannya yang lain. Terlebih SUNMORI kali ini sangat special, karena statusnya di KTP berubah jadi kawin, selain itu istrinya juga ikut dan yang terlebih special dede utun hadiah allah untuknya. Jadi perjalanan ini sangat special.

REAL LOVE ✓(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang