RL 5

1.7K 184 94
                                    

Anna merasa malu luar biasa. Setelah acara sarapan yang di tertawakan keluarga suaminya, kini Anna di ajak oleh Rayyan keluar rumah. Anna menggenggam tangan Rayyan yang berjalan di depannya dengan santai bahkan sesekali bershalawat.

Srekkkk..

Pintu gerbang di buka. Anna melongo dengan apa yang baru saja di lihatnya. Rayyan tersenyum sombong. Wajah Anna  yang takjub itu sangat langka. Maka dengan singkat padat cepat, Rayyan mempotret wajah Anna yang masih mode melongo dengan handphone miliknya.

"Ihhh." Anna memukul bahu Rayyan dengan keras.

"Ya allah dokcan, masa suaminya di aniaya mulu sih. Ga cubit, mukul. Hah harus di laporin nih" Anna melotot tak suka dengan kata yang keluar dari suaminya.

"Kamu tuh, big boss. Bikin malu, istrinya di rendahin malah semakin ngerendahin bukanya di belain. Mana tahu kan si fera yang onoh" tunjuk Anna pada mobil ferarri yang berjejer di barisan pertama.

Rayyan tertawa renyah dan jujur itu tawa yang di sukai istrinya. Meski wajah suaminya terlampau manis, namun sikapnya tidak ada manis-manisnya menurut Anna. Rayyan berjalan-jalan menyusuri barisan motard yang menjadi miliknya meski dari uang sang papa.

"Hahh kalo si pepa masih ada, mungkin dia akan seneng. Secara dia yang sering kena kejahilan kamu kan." Rayyan duduk di supermotto berwarna hijau, siapa lagi kalau bukan si Tomo. Anna berdiri di samping Rayyan. Dia mengamati wajah serius suaminya yang nampak sedikit pucat.

"Iya, dulu kan. Big boss ga mau kalau si pepa di naikin siapa-siapa, kecuali trio kurcaci. Ingat ga, pas si Amel minta tumpangan sama kamu?" Rayyan berpose berfikir.

"Ga inget. Udah lupa juga. Si amel yang mana sih?" Rayyan menatap Anna.

"Itu, Amel anaknya bu Fitri. Dia kan ngebet banget sama kamu. Pengen jadiin mantu. Pas hari itu bu Fitri meminta kamu buat nganterin Amel pulang."

"Ohh..yaelah, itu mah ga penting. Secantik apapun kalah sama si pepa mah." Anna memincingkan matanya.

"Yakin? Kalau aku?"

"Kamu? Di bandingin si pepa?" Anna menganggukkan kepalanya saking semangatnya membuat Rayyan ingin tertawa.

"Ya..jauh lah dokcan. Kamu mah ga ada apa-apanya. Kalau si pepa mah udah ga ada tandingannya. Dan poin plusnya adalah.."  Rayyan mengerakkan jari telunjuknya memberi isyarat untuk Anna supaya maju.

Rayyan berbisik dengan pelan yang sontak membuat Anna malu sekaligus kesal.

"Aduhhhh...."

"Big boss kalau ngomong tuh di filter dong. Hahh emosi deh" Rayyan tertawa melihat istrinya kesal.

"Yaudah kita jalan yuk, mumpung masih pagi. Ambil helm, minta mbak Tami buat tunjukin si white sama pasangannya." Anna menghela nafas panjang. Lagi dan lagi, si nama barang-barang yang belum di hafalnya. Anna rasa dirinya harus membuat list untuk nama barang-barang suaminya.

Rayyan mencium tangan Nadine dan oma, meminta izin keluar sebentar. Di rumah pasti membosankan, terlebih acara pengajian akan tetap di laksanakan sampai tujuh harinya. Tak ada salahnya kan mereka berdua rehat sebentar.

"Ada si whitenya?" Tanya Rayyan saat melihat Anna memegang dua helmet di kedua tangannya. Mbak Tami mengikutinya dari belakang.

"Hati-hati bawa motornya, ingat dik, sekarang ada couple boncengannya. Biasanya sama mama terus."

"Iya ma, ga usah khawatir. Kalau lupa kan dokcan bisa pulang sendiri."

"Heh, anak pak dokter jangan di tinggal dong dik, ntar ada yang bawa pulang baru deh nyesel." Kini oma menimpali.

REAL LOVE ✓(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang