Rose kembali menginjakkan kakinya di kota New York. Dengan status baru sebagai Sekretaris di kantor barunya. Mengikuti kemanapun sang Atasan pergi. Termasuk ke gedung pertelevisian New York.
Axvorld Net Media.
Tentu sudah bisa di tebak siapa pemiliknya. Tuan Axvorld. Atau lebih tepatnya Adonis.
Rose sebenarnya tidak ingin kembali di pertemukan oleh Pria itu. Mengingat sifatnya yang senonoh dan seenaknya sendiri, membuatnya menghela napas ketika dirinya tak bisa berbuat apapun untuk tak bertemu dengan Pria bernama Adonis tersebut.
Memang sial. Namun Rose tetap bersikap profesional dengan tidak menunjukkan kemuakannya akan Pria itu. Tetap menjaga attitude meski ia tahu itu sulit, karena Rose bukanlah gadis munafik yang selalu bisa menyembunyikan rasa tidak sukanya terhadap Pria itu.
Bahkan sekarang pun, Rose menjaga sangat kesabarannya karena terus di tatap oleh Adonis setiap kali ada kesempatan. Dan Adonis merasa berkuasa lantaran pertemuannya ada di gedung miliknya. Lalu Rose? Apa yang bisa ia lakukan selain diam dan menerima segala perlakuan Adonis melalui tatapan itu?
Rose duduk di belakang layar monitor dengan memperhatikan Sims Collin sang atasan. Memangku beberapa catatan untuk Sims. Sementara atasannya tengah di interview, ia begitu teliti mendengarkan semua pertanyaan dan jawaban dari Sims sendiri untuk kemudian ia cerna. Jika ada pertanyaan mengenai Perusahaan, yang mana pertanyaan itu mungkin akan memberikan masukan maka ia akan mencatatnya. Memberitahukan pada Sims akan pertanyaan itu. Namun pekerjaannya tak semulus yang di bayangkan Rose. Perempuan itu berpikir akan lebih tenang berada di ruangan interview. Namun nyatanya kesempatan itu di gunakan sosok Adonis untuk mengganggunya kembali.
Demi Tuhan, Pria itu tidaklah semuda waktu masih berada di sekolah menengah. Tapi kelakuannya sangat menyebalkan.
"Bisa berhenti untuk menggangguku? Aku sedang bekerja."
Adonis tertawa pelan. Mengambil kursi yang tidak di pakai dan mensejajarkannya pada kursi yang di duduki Rose.
"Lakukan saja pekerjaanmu."
Gadis itu mendengus. Kembali fokus pada pekerjaannya dan berusaha tak terusik oleh Adonis.
Rose berusaha keras agar tak terpancing emosi. Sebisa mungkin ia mengabaikan keberadaan Pria itu. Mendengarkan percakapan antara Sims juga beberapa pembawa berita di hadapannya.
"Kami dengar perusahaan Anda akan mengeluarkan cabang baru di Prancis dan LA? Hanya ingin memastikan saja. Karena ini masih rumor."
Rose memperhatikan ekspresi Sims yang terlihat tenang dengan senyum wibawanya. Menunduk ketika tersenyum begitu mendengar pertanyaan itu terlontar.
"Maka dari itu kami mengundang Anda ke acara kami. Untuk mengklarifikasi langsung."
Rose tersenyum kecil ketika melihat Sims menatapnya. Sedikit rasa heran membuat kernyitan halus di dahi Rose.
"Uhm.. Maybe."
Kedua pembawa acara bergender laki-laki dan perempuan itu tertawa. Melempar canda pada Sims yang hanya menanggapinya dengan santai.
"Belum di pastikan sepenuhnya. Karena kami masih harus melakukan beberapa rencana untuk cabang-cabang yang lain."
Sims menjawab dengan tersenyum.
"Tetapi tidak menutup kemungkinan juga kami akan mendirikan cabang di sana." Lanjutnya kemudian.
Beberapa menit kemudian acaranya selesai. Rose berdiri dan berjalan ke arah Sims ketika Pria itu menatapnya. Memberikan catatan yang telah ia buat dan memberikan beberapa kritik serta masukan tentang wawancara tadi. Apa yang perlu dan tidak perlu untuk di lakukan Sims agar perusahaannya tetap maju dan semakin kokoh. Setidaknya yang ia tangkap hari ini dapat membuat pekerjaannya terlihat berguna. Dari pada harus mengikuti kemanapun Sims pergi namun tak melakukan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adonis Lover
RomancePesta yang mempertemukan sebuah kata takdir. Nathelie Rose Anderson. Gadis berparas cantik dengan tubuh proposional yang mampu meluluhkan pria manapun. Anak dari seorang pengusaha terkenal. Kekayaannya sudah di kenal publik. Namun, Rose bukanlah gad...