Adonis ( part 15 ) - What are We???

1.8K 202 14
                                    

Gelak tawa terdengar begitu candaan absurd Adonis keluar dengan spontan. Rose sama sekali tak mengontrol suara tawanya yang keras dan terpingkal. Wanita itu berkali-kali menggelengkan kepala dan menyeka sudut matanya yang basah. Sungguh siapapun pasti akan bereaksi serupa jika menyaksikan dan mendengar sendiri apa yang Adonis katakan.

Bagaimana bisa seekor merpati mampu memakan dirinya hidup-hidup hanya karena ia tidak memberikan cinta pada burung itu? Astaga... Rose tidak tahu jika Adonis juga bisa konyol seperti ini.

Masih dengan tawa meledaknya, Rose melemparkan biji-bijian ke arah segerombolan merpati yang berada di hadapannya sembari mengomentari celetukan Adonis.

"Konyol sekali! Itu tidak ada hubungannya, Ad. Mereka juga tidak akan tahu kau mencintai mereka."

Adonis menatap Rose lekat. Tersenyum kecil menyaksikan senyum lepas wanita itu.
Lalu ia mengalihkan tatapan dari wajah Rose. Mengambil biji-bijian di dalam toples dan berjalan pelan - menyamakan posisi dengan Rose. Ia pun ikut melemparkan biji-bijian itu dan menggeleng mendengar Rose mengeluarkan pendapatnya.

"Tapi jika aku mencintaimu, kau pastinya akan tahu itu 'kan?"

Tawa Rose memelan seiring otaknya merespons apa yang baru saja Adonis katakan. Tangannya berhenti menebar biji-bijian sementara kepalanya menoleh ke arah Adonis.

"Iya jika kau tidak menyembunyikannya.." Lalu tanpa ragu Rose menjawab. Memerhatikan ekspresi Adonis yang berubah-ubah.

Pria itu berhenti memberikan burung merpati makanannya. Menyerongkan tubuh guna menatap Rose lebih intens.

"Apa selama kita bersama aku terlihat menyembunyikan perasaanku, Rose?"

Tangan Rose terulur menanggapi burung merpati yang hendak hinggap di tangannya mendadak terurai kembali. Senyuman lagi-lagi sirna dalam bibirnya. Merasa Adonis menatap, ia menoleh.

"Tidak." Jawabnya pelan.

Adonis melembutkan tatapannya pada Rose. Menghela napas dan tersenyum kecil. Dengan perlahan tangannya menarik tangan Rose. Memberikan biji-bijian pada wanita itu dan menepuk punggung tangannya.

Rose memerhatikan perlakuan Adonis padanya. Menggigit bibir bawahnya dan mendesis tatkala Pria itu kembali menatapnya lekat.

"Seharusnya kau sudah tahu di saat kau menjawab pertanyaanku dengan kata 'tidak'."

Rose mengernyitkan dahi bingung. Namun Adonis justru memalingkan wajah dan kembali menghadapkan tubuhnya pada merpati-merpati di sana.

Ia berdecak. "Mereka pasti tahu jika kita mencintainya. Mom pernah bilang padaku sewaktu kecil. Hewan jenis apapun pastinya mengerti akan kasih sayang yang kita berikan. Mereka bisa merasakan dari perlakuan kita terhadapnya."

Rose kini menunduk menatap biji-bijian di tangannya. Tersenyum kecil merasa canggung akan suasana kali ini. Adonis sudah beberapa kali memerlihatkan sifat kerapuhannya jika mengingat sosok Ibunya yang sudah meninggal. Tatapan tajam Adonis melembut, dan bahkan terlihat berkaca-kaca. Juga tak jarang Pria itu mengeraskan rahang, membuat Rose mengerti jika ia merindukan Ibunya.

Rose membuang napas keras. Melemparkan biji-bijian dengan hempasan kuat sebelum akhirnya kepakan sayap burung-burung merpati itu memenuhi gendang telinganya. Hal itu juga di lakukannya untuk mengusir rasa kecanggungan.

"Sepertinya cukup. Kita pergi ke tempat lain."

Adonis berujar lalu berbalik, menatap Rose sebentar dan berjalan meninggalkannya.

Rose berjalan cepat ingin menyamakan langkah mereka. Namun kaki panjang Adonis membuatnya kewalahan. Dirinya sudah tertinggal jauh oleh Adonis. Dan Pria itu sama sekali tak memerdulikannya. Sungguh! Membuat Rose berdecak kesal.

Adonis LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang