Hei.. Adonis update!!!
Yang nungguin mana ini?
.
.
.Bagai sebuah martil yang dengan kurang ajarnya memukul kepala Rose.
Pengakuan Adonis bukanlah hal yang buruk sehingga dirinya harus membeku dengan bibir terbuka di hadapan Pria itu.
Ayolahh.. Rose Anderson! Adonis hanya menggodamu saja. Bisik setan di telinganya.
Ya. Seharusnya memang seperti itu. Rose harus mempercayai jika Adonis hanyalah menggodanya. Pria itu pasti bercanda. Meskipun terlepas dari wajah serius dan sorotan mata yang terlihat bersungguh-sungguh?
Astaga.. Rose! Jangan gila. Wanita itu menganggap Adonis bercanda. Dia tidak tahu jika menyimpan perasaan itu merupakan tekanan untuknya.
"Tidak. Lupakan pembicaraan--"
Lalu ketika Rose mengalihkan wajah dan mengibaskan tangannya, Adonis mencekal lengan Rose. Menariknya hingga membuat wanita itu menghadap padanya.
"Kau pikir aku bercanda? Lihat wajahku baik-baik, Rose."
Rose pun dengan keterdiamannya mengendikkan tatapan pada Adonis.
Iya, Rose tahu. Rose mengerti jika wajah Adonis memang terlihat serius ketika mengatakan perasaannya. Tapi Adonis itu terlalu sering mempermainkan perasaan Rose. Haruskah Rose percaya?
"Ku bilang lupakan--"
Dan ketika Rose lagi dan lagi mengelak kata hatinya, Adonis menarik tangan yang masih di genggamnya. Mendorong kepala belakang Rose dan menciumnya. Adonis tidak tahan untuk sekedar mendengar kekeras kepalaan Rose yang selalu membuatnya jengah. Ia ingin wanita itu percaya.
"Aku serius. Aku menantikan saat dimana kau mengakui perasaanmu sendiri. Dan untuk itu aku diam."
Adonis menoyor kepala Rose setelah mengakhiri ciumannya. Berdecak dan kembali menyandarkan tubuhnya.
"Kepalamu itu terbuat dari apa? Mengakui perasaan saja tidak mau." Dengusnya kemudian.
Rose yang masih sedikit kaget langsung menggigit bibirnya. Berdehem kecil untuk mengenyahkan rasa berdebarnya hingga membuat dirinya salah tingkah.
Adonis menoleh. "Apakah sangat sulit mengatakan kebenaran hatimu sendiri, Rosie?"
Rose menarik napas dalam. Sepertinya ia butuh pasokan udara lebih banyak lagi. Mengingat tatapan Adonis yang siap menghujam dengan tajam. Membuat Rose was-was ketika dengan tiba-tiba Adonis menarik tubuhnya. Memeluknya dan mencium puncak kepala Rose.
"Ad.."
Adonis bergumam rendah menjawab panggilan Rose yang mencicit.
"Apa aku bisa mempercayaimu?"
"Kenapa tidak?"
Rose terdiam cukup lama. Kedua tangannya mengepal. Ingin balas memeluk Adonis, namun keraguannya masih terlalu besar.
"Kau bisa tanyakan pada nenek tentangku. Kau wanita pertama yang ku perlakukan seperti ini."
Kedua alis Rose mengernyit. Mendongak menatap Adonis yang terlihat tegas. "Berarti ada berapa banyak wanita di hidupmu? Tentunya sebelum aku." Tanyanya dengan nada sedikit ketus.
Adonis terkekeh lalu menunduk. Membalas menatap Rose dengan mata jenakanya.
"Sungguh, Rose.. Kenapa tidak kau akui saja perasaanmu?"
Rose berdecak keras. Mencubit perut Adonis hingga membuat Pria itu berjengit kaget. Namun pelukan yang di terimanya justru lebih kuat dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adonis Lover
RomancePesta yang mempertemukan sebuah kata takdir. Nathelie Rose Anderson. Gadis berparas cantik dengan tubuh proposional yang mampu meluluhkan pria manapun. Anak dari seorang pengusaha terkenal. Kekayaannya sudah di kenal publik. Namun, Rose bukanlah gad...