Rose mendorong keras tubuh Adonis untuk keluar dari kamar hotelnya. Memegang pinggiran pintu hendak menutupnya ketika sudah tak berada di dalam. Akan tetapi tangannya terhenti ketika suara laki-laki mengalihkan atensinya.
"Apa yang kau lakukan, Kak?"
Rose mengernyit saat mengingat wajah lelaki itu. Dia Pemuda yang tadi sempat di lihatnya. Pemuda yang bergandengan tangan dengan seorang gadis, membawanya masuk ke dalam salah satu kamar hotel. Dan jika di lihat dengan jarak sedekat itu, wajahnya hampir mirip dengan Adonis-- Rose berpikir.
Adonis menegakkan tubuhnya dan menatap Pemuda itu. Memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Kau tidak jauh beda dariku. Bahkan kau lebih berbahaya. Masuk ke dalam kamar seorang Perempuan begitu saja." Lanjut Pemuda itu terdengar sinis.
Rose masih berdiri di ambang pintu dengan tangan yang memegangi pintu tersebut. Membalas tatapan Adonis ketika Pria itu menatapnya.
"Kau jelas tahu perbedaannya, Jullian." Adonis berucap lirih.
Rose menatap Pemuda yang di panggil Adonis dengan sebutan Jullian. Lalu kembali menatap Adonis bingung.
"Sama saja, Kak! Dia kekasihku dan Prempuan ini kekasihmu."
Rose sempat membelalak sejenak. Otaknya dengan cepat menangkap ucapan Adonis tentang Pemuda yang di panggilnya Jullian. Jadi, yang di bawa oleh Pemuda itu adalah kekasihnya? Dan mereka bukan suami-isteri?
"Kau belum cukup umur untuk membawa seorang gadis masuk ke dalam kamar hotel."
"Sedang kau sudah cukup umur, begitu? Itu kenapa kau keluar dari kamar kekasihmu?"
Jullian memandangi Rose dengan tatapan menilai. Membuat Rose melepaskan tangannya dari pintu dan menatap horror Jullian.
"Kalian habis bercinta?"
Rose membulatkan matanya terkejut. Membuka bibirnya lebar menatap bergantian Adonis dan Jullian. Berharap jika Adonis akan membantahnya untuk membuat Pemuda itu berhenti menatapnya dengan menilai.
"Begitu jelas terlihat, ya?"
Namun balasannya justru sebuah pertanyaan balik yang menyiratkan jawaban 'iya'.
Rose memejamkan mata mencoba untuk bersabar. Mengingat anggapan Pemuda di hadapan Adonis mengenai dirinya. Kemudian, ketika otaknya kembali berfungsi dengan normal ia memajukan tubuhnya. Menatap Pemuda bernama Jullian itu dengan tegas.
"Dengar. Aku bukan kekasih atau temannya. Dan kami juga tidak melakukan apa yang ada di pikiranmu."
Jullian mengerutkan kening heran. Menatap Adonis dengan bingung.
"Perempuan memang seperti itu, Jull."
Jullian mengangguk percaya. Namun bukan percaya pada ucapan Rose, ia justru percaya akan ucapan Adonis.
"Sudahlah! Jangan urusi urusanku, Jull. Kau kembali saja ke kamarmu. Tapi, jangan gauli kekasihmu! Jika aku mendengar gadis itu sampai hamil, kau tunggu apa yang akan aku lakukan."
Selalu tak terbantahkan. Bukan dengan Rose saja Adonis bersikap demikian. Pada Pemuda bernama Jullian yang Rose tak ketahui identitasnya pun juga sama.
Setelah kepergian Pemuda itu, Rose dan Adonis kembali bertukar pandang.
"Dia, siapa?" Rose bertanya dengan suara kecil.
Ia sadar, bukan haknya mengetahui siapa Pemuda itu di hidup Adonis. Namun ia sangat penasaran. Itulah mengapa ia lebih memilih bertanya dari pada menendang pergi Adonis. Pengusirannya akan ia lakukan nanti, jika ia sudah mendapatkan jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adonis Lover
RomansaPesta yang mempertemukan sebuah kata takdir. Nathelie Rose Anderson. Gadis berparas cantik dengan tubuh proposional yang mampu meluluhkan pria manapun. Anak dari seorang pengusaha terkenal. Kekayaannya sudah di kenal publik. Namun, Rose bukanlah gad...