Adonis ( Part 21 ) - Sims Collin

1.3K 152 11
                                    

Satu kata untuk kecurigaan Adonis.

'Tepat'

Siapa sangka jika atasan Rose sungguh mengatakan perasaannya?

Setelah pertemuan keluaraga Axvorld dan Anderson beberapa hari yang lalu, Rose memutuskan untuk kembali ke Milan. Kembali ke kantor Sims untuk bekerja. Namun yang tak di sangkanya adalah sang atasan sendiri.

Bagaimana dengan terang-terangannya Sims mengatakan keinginan terpendam kepada Rose. Berbicara dengan serius khas Sims Collin. Wajah datar dan tatapan dalam yang membuat Rose merinding.

Demi Tuhan, Rose bahkan dengan sengaja memperlihatkan cincin di jari manisnya agar Sims paham, jika dirinya sudah menjatuhkan hati untuk Pria lain. Tapi Sims hanya melirik tak peduli kemudian kembali mengatakan keinginannya dengan arogansi yang begitu tinggi.

"Aku tidak akan bilang jika ada cinta untukmu. Aku hanya ingin kau menjadi mikikku."

Sims Collin itu tampan. Pandai dan licik dalam mempermainkan perasannya. Dia tinggi - mungkin hanya berbeda sepuluh senti dengan Adonis. Jika Rose berdiri berdampingan dengan tunangannya itu, kepalanya hanya sampai bahu Adonis saja. Tapi kalau Rose dengan Sims mereka hampir menjadi dua Pria dan Wanita yang sempurna. Namun bukankah hati tidak bisa berbohong? Rose mencintai Adonis. Meski Sims Collin tampan dengan aura misterius yang dominan itu mampu membuat pikiran wanita kacau, Rose tetap pada pilihannya.

"Saya sudah bertunangan, mr. Sims..."

"Pria konyol yang ke kantorku waktu itu? Tunanganmu?"

Rose tidak mengerti kenapa Sims tiba-tiba seserius ini. Rose juga tidak tahu apa yang terjadi pada atasannya tersebut.

Pria pendiam memang selalu membuat hati berdebar waspada.

Andai saja Adonis ikut Rose ke Milan. Mungkin semua ini tidak akan terjadi. Terkutuklah jadwal padat Adonis!

"Ya.. Yang konyol itu, dia tunanganku."

Yang Rose pikirkan sedari tadi adalah tanggapan Sims ketika Rose bilang Adonis adalah tunangannya. Namun alih-alih mendapatkan jawaban yang di inginkannya, Rose justru harus menyabarkan pikirannya agar tak termakan emosi.

Sims Collin lagi-lagi hanya melirik cincin di jari manis Rose dan mengendikkan bahu. Seperti acuh tak acuh.

"Aku hanya menginginkan kau, bukan meminta jawaban darimu."

Rose tahu, masih ada kata lagi yang akan keluar ketika melihat tatapan Sims. Atasannya itu memasukkan kedua tangan ke dalam saku dan sedikit mengangkat dagu menatapnya.

"Menikah saja dengannya. Tapi aku tetap akan memilikimu."

Rose tertawa hambar. "Pikiran macam apa itu, mr? Apakah itu salah satu yang di namakan pemikiran seorang psikopat?"

Dari nada bicara Rose, wanita itu sudah mulai tidak bisa bersabar diri. Menurutnya, Sims Collin sudah kelewat batas.

"Seseorang pasti memiliki jiwa psikopat, Rose.. Tapi bukan berarti kau bisa mengklaim diriku seperti itu."

Rose gelisah dalam berdirinya. Berkali-kali ia menatap pintu di belakangnya - ingin segera keluar dari ruangan Sims.

"Cukup, mr. Sims.... Ini cincin pemberian dari tunanganku. Aku sudah di miliki. Dan aku tidak mau di miliki oleh lebih dari satu Pria. Maaf.... Jika pun kau tidak ingin mengakui ada cinta, tetap aku akan menolaknya."

Rose berbalik, keluar dari ruangan Sims dan membuang napas lega.

"Hai!"

Tubuh Rose terlonjak ketika dengan tiba-tiba suara Adonis menyapanya. Wanita itu sedikit mengernyit begitu Pria itu muncul dengan satu buket bunga besar yang di sodorkan padanya.

Adonis LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang