Rose turun dari tangga dengan tergesa. Dengan napas yang memburu karena kejadian di balkon hampir saja membuat jantungnya melompat karena tak tahan dengan perbuatan gila Adonis.
Brengsek!
Adonis mungkin saja sudah memperkosanya jika ia tak menggigit dengan keras bibir Pria itu.
Benar-benar bajingan ulung.
Ia akan pulang sekarang. Tidak peduli dengan tatapan penasaran Tracy yang mengikutinya. Juga raut keheranan Jessie dan Max yang nampak terkejut. Namun tidak dengan sang Adik bungsu di keluarga Axvorld.
Jullian sangat membuat Rose frustasi karena terus menghalangi jalannya di depan pintu utama mansion.
"Apa yang kau lakukan?" Geramnya berusaha agar tidak terdengar oleh Tracy.
Jullian berkacak pinggang. "Ada apa? Kau mau kemana?"
Rose membuang muka jengah. Kemudian kembali menatap Jullian dengan kesal.
"Tolong minggir. Pintu besar itu terhalangi olehmu."
Jullian menoleh ke belakang kemudian mengangkat bahu acuh sembari menatap Rose kembali.
"Biarkan saja dia pergi, Jul. Untuk apa kau menahannya."
Rose memejamkan mata ketika suara berat Adonis terdengar di telinganya. Ia merasakan pergerakan kecil di belakang tubuhnya, yang tak lain pasti adalah Adonis. Akan tetapi ia enggan untuk menoleh.
"Kalian bertengkar, ya?" Jullian menajamkan tatapannya pada Rose. Perempuan itu mengernyit.
"Aa.. Aku tahu." Menjeda kalimatnya, Jullian mendekatkan wajahnya pada Rose.
"Kau menolak untuk tidur dengan Adonis. Benar, bukan?"
Kesabaran Rose sudah tidak bisa di permainkan lagi. Sudah cukup kesalah pahaman yang Adonis lakukan pada dirinya.
"Sudah ku katakan berkali-kali jika aku ini bukan siapa-siapa Adonis. Dia! Kakakmu ini mengarang cerita bodoh, dan lebih tololnya lagi kau percaya!"
Mungkin Rose keterlaluan, berkata kasar di hadapan Pemuda dari keluarga kaya bahkan di rumah Pemuda itu. Sekali pun Tracy menegur, atau menghinanya tidak masalah. Yang ia pikirkan hanya tentang melarikan diri dari Adonis.
"Rose.. Kenapa kau berkata kasar seperti itu?"
Dan benar saja. Tracy bahkan sudah berada di hadapannya. Menatap dirinya dengan terheran.
"Maaf sebelumnya, Nyonya. Sifat saya memang seperti ini. Maafkan saya jika telah membuat Anda merasa terhina."
Setelah mengucapkan kalimat itu, Rose menatap Jessie yang tengah menatapnya dengan mengernyit. Tapi dengan segera Rose mengalihkannya. Ia sungguh lelah dengan kebohongan Adonis.
"Tolong bilang pada cucu tertua Anda, untuk tidak mengganggu hidup Saya lagi. Saya ing---"
Ucapan Rose terputus ketika tangannya di tarik kasar oleh Adonis. Pria itu membawanya keluar, bahkan tidak peduli meski ia sempat menyenggol keras tubuh Jullian.
Rose tahu Adonis mungkin marah besar. Tapi siapa peduli?
"Lepaskan, Brengsek!"
Rose menghempaskan tangannya dari genggaman Adonis. Memegang pergelangannya yang terasa perih sembari membalas tatapan tajam Adonis dengan memicing.
"Kau boleh membeciku karena aku menginginkanmu. Tapi jangan sekali lagi kau membuat Nenekku terhina karena ucapan kasarmu!"
Rose memalingkan wajah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adonis Lover
RomancePesta yang mempertemukan sebuah kata takdir. Nathelie Rose Anderson. Gadis berparas cantik dengan tubuh proposional yang mampu meluluhkan pria manapun. Anak dari seorang pengusaha terkenal. Kekayaannya sudah di kenal publik. Namun, Rose bukanlah gad...