●●●
Rose memaki Adonis ketika tubuhnya di seret paksa dari dalam mobil yang ia juga atasannya tumpangi. Pria itu benar-benar lancang. Dengan terang-terangan dia mengatakan pada atasan Rose jika dia adalah kekasihnya. Bahkan ketika Sims mengernyit dan mengeluarkan segala pertanyaannya, tak tanggung-tanggung Adonis menjawab.
"Dia calon tunanganku!"
Sungguh, menghadapi Pria adonis seperti dia sangat membuatnya frustasi. Terlebih ketika ia menemukan wajah cabulnya. Ingin rasanya Rose mencabik-cabik muka sialan Adonis.
"Ayo, Rose."
Rose merunduk ke dalam mobil. Menemukan ekspresi Sims yang terlihat datar menatapnya.
"Nanti akan Saya atur ulang jadwal-nya Mr. Untuk saat ini mohon pengertian Anda. Saya harus mengurus masalah tidak jelas ini."
Wajah Sims tetap datar tak mengeluarkan ekspresi apapun. Akan tetapi ketika atasannya itu memalingkan wajah, Rose tahu. Sims memberinya ijin untuk mengurus masalahnya dengan Adonis.
Maka ia mengucapkan terimakasih pada Sims. Memutar tubuh menghadap Adonis lalu menghempaskan tangannya yang di pegang erat oleh Pria itu. Rose menatapnya jengkel.
"Apa aku harus tertawa karena tindakanmu, huh?"
Adonis mengangkat satu alisnya menanggapi ucapan Rose. Menatap Sims yang keluar dari dalam mobil dan bersitatap. Adonis mengeraskan rahang samar. Dari awal ia sudah menebaknya, jika Sims memiliki perasaan lain yang terpancar dari matanya terhadap Rose. Dan terbukti ketika ia mengatakan Rose adalah kekasihnya, air muka Sims keruh seketika. Datar dan menatap Adonis dengan bengis. Adonis bahkan menebak, Sims bukanlah Pria baik yang akan merelakan begitu saja Perempuan yang sudah merasuki hatinya di ambil oleh Pria lain. Mungkin juga tak segan untuk membunuhnya jika pun itu di perlukan.
"Maafkan aku sebelumnya, Tuan Sims. Bukan maksudku untuk menggagalkan jadwal keberangkatanmu ke Milan. Namun ini benar-benar di luar dugaan."
Adonis mengalihkan pikiran Sims yang sempat meradang karena perbuatannya. Sedikit senyuman mungkin akan membuat Sims terlihat lebih murka. Dan Adonis suka melakukan permainan yang menantang. Maka ia melakukannya tanpa rasa dosa. Sehingga Sims tanpa mengindahkan ucapan Adonis pergi begitu saja. Masuk kembali ke dalam hotel.
"Kau memang gila." Rose berujar lirih.
Adonis mengalihkan tatapannya pada Rose. Tersenyum simpul dan mengangkat tangan Rose. Mengusap punggung tangannya dengan masih tersenyum samar.
"Seandainya memang benar jika saat ini kau adalah calon tunanganku, Rose.." Adonis menggumam.
Rose menarik tangannya dengan kuat. Membalas tatapan Adonis dengan sengit.
"Itu tidak akan pernah ada dalam hidupmu!" Serunya penuh dengan penekanan.
Adonis terkekeh kecil. "Kau bisa meyakinkanku akan itu?" Balas Adonis.
"Aku tidak akan pernah tertarik denganmu! Tidak akan pernah terjatuh olehmu! Ingat itu dengan baik."
Adonis tersenyum miring. "Kita akan membuktikannya nanti, Nona Anderson."
...
Sama sekali tidak ada dalam pikiran Rose. Duduk dengan segala kecanggungan di hadapan keluarga Axvorld. Saat ini Jessie bahkan hadir. Menatapnya penuh tanda tanya yang siap menuntut penjelasan. Sementara Jullian menatap penuh kesinisan. Lalu wanita paruh baya yang di ketahuinya adalah Nenek dari ketiga laki-laki penerus Axvorld tersenyum memperhatikan dirinya. Wanita itu bernama Tracy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adonis Lover
RomancePesta yang mempertemukan sebuah kata takdir. Nathelie Rose Anderson. Gadis berparas cantik dengan tubuh proposional yang mampu meluluhkan pria manapun. Anak dari seorang pengusaha terkenal. Kekayaannya sudah di kenal publik. Namun, Rose bukanlah gad...