Sebelumnya jam 10.00 WIB Tama datang ke kantorku untuk bertemu, namun ternyata jam 12.00 WIB istirahat siangku kali ini di temani oleh Yogi yang sudah menungguku di depan gerbang depan gedung kantor. Dia membawa dua kotak makan MC DUNEL yang sengaja ia beli di jalan untuk kita santap berdua, mungkin dia sudah bosen makan di cafe, atau emang Yogi udah bosen minum kopi mulu ya. Kemudian kita duduk berdua di kursi taman yang tak jauh dari lokasi kerjaku, ditemani dengan roti lapis burger keju dan minuman soft drink kita berdua menyantap makan siang ini lebih berbeda dari biasanya.
"Pemotretannya udah selesai?" sambil mengunyah burger aku mulai bertanya, keliatannya dia memiliki mood yang bagus sekarang. Wajahnya sumringah gitu tapi tetep kalem sikapnya seperti biasa.
Yogi menenggak air putih sebelum menjawab, "Jam 1 siang aku lanjut lagi nanti. Oh iya, nanti pulang kerja kamu jam berapa? Biar aku prepare, nanti kalau ada jam foto biar aku keep dulu buat nganterin kamu pulang." nah kan, Yogi udah menjawab gitu aja, malah sekalian nanya aku pulang jam berapa, padahal aku mau bilang supaya dia nggak nganterin aku pulang kerja nanti, soalnya ada Tama yang mau nganterin.
Aku diam sejenak, masih memandang seorang anak kecil yang sedang bermain perosotan di tengah taman. "Pulang sekitar jam 7 malam kayaknya, eh tapi..." aku berhenti sejenak. Dan saat itu juga Yogi menatap ke arahku sambil menunggu lanjutannya.
"Kenapa?" tanya pria itu sambil masih mengunyah burger.
Jujur aja kali ya sama dia, "Gini loh, tadi jam 10 barusan Tama ke kantor, dia katanya mau ketemu aku. Terus dia cerita soal hubungan sama pacarnya nggak berlangsung baik. Padahal aku kira dia dan ceweknya bakalan bahagia, toh pacar dia kan sahabat aku juga..." aku mulai menjelaskan pelan-pelan, mulai keringatan deh aku.
Eh tiba-tiba wajah dan ekspresi Yogi berubah. Dia menghela nafasnya yang berat itu. "Terus kenapa?" dia malah bertanya gitu lagi, ekspresinya beneran bikin takut, ngeri gitu deh.
Aku menundukkan kepalaku, "Ya katanya Tama mau nganterin aku pulang kerja nanti. Aku mau bilang kalau bakalan ada yang jemput tapi..."
"Ya seharusnya kamu bilang kalau aku yang bakalan jemput kamu. Kok susah bilang begitu aja." tuh kan, Yogi sepertinya mulai kesal. Meski tidak berlebihan tapi logat dan penekanan kata dari mulutnya membuatku takut.
Sambil bergetar mulutku sekarang, "Y, ya maunya bilang begitu. Tapi aku nggak enak, soalnya dia kan baru disini dan kita baru ketemu lagi sejak 5 tahun pisah."
Yogi membuang burgernya ke tong sampah, padahal masih banyak. Aku yakin dia beneran marah deh. "Pisah? Kamu ada hubungan sama dia? Kan cuman temen."
"Ya temen, tapi dulu aku pernah deket sama dia. Tapi itu dulu, sebelum ada kamu kok." aduh~ kok kayak dimarahin pacar beneran deh ini. Meskipun memamg awalnya Yogi tidak mengecap status apa-apa denganku tapi perasaan dan kejujuran dia menyatakan kalau kita berdua memang sudah ada hubungan dekat. Tapi gimana? Posisinya aku juga nggak enakan sama Tama.
Yogi kemudian berdiri dari duduknya, dia kemudian mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya dengan pemantik. "Yaudah buruan abisin burgernya. Aku anter kamu ke kantor lagi, abis itu aku mau balik ke studio." tuh kan, berenan deh dia kalau lagi marah galak banget.
Aku tarik batang rokoknya dan aku buang ke sembarang arah. "Hish! Jangan ngerokok sih, kan masih ada aku disini." lirihku padanya.
Yogi menyeringai seperti setan, "Ya kamu hargain aku nggak disini?" mampus kan, dia balikin lagi kata-kata aku.
"Ya maaf sih~ kan lagian aku sama Tama cuman temen." timpalku bermaksud untuk membela diri, masih tetap membela meski keadaan sudah takut begini.
Yogi berjalan menuju mobilnya, "Cepet itu makan abisin burgernya, aku tunggu di mobil." kemudian dia pergi sambil kembali mengeluarkan sebatang rokok untuk dia nikmati, cuman dengan jarak jauh dariku. Heran deh, kalau lagi marah nggak bisa ngalah sedikit gitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEGAJUL - Boyxboy
Short StoryDia seorang fotografer yang pertamakali membuat diriku nyaman...