Empat belas

7.9K 473 74
                                    

Mentari pagi membuat tubuhku bergeliat keluar dari ranjang tidur, menapik diriku dan melepas rasa malas yang ada dalam diri untuk segera membersihkan diriku. Sebagai lelaki yang doyan banget perawatan, tidak lupa aku meluluri tubuhku dengan wewangian bunga khas Bali, produknya cukup membuat diriku rilex ketika berada di dalam bath tub, wajahku terasa ringan ketika butiran air hangat menerpa seluruh kulit. Terdengar suara cicitan burung di pagi ini, ya aku baru ingat kalau pagi ini aku baru bergegas ke bandara, palingan sebentar lagi Yogi akan datang menjemputku. Aku tidak menyangka kalau diriku bakalan cepat menikah nantinya dengan pria itu.

Selepas aku mandi, aku bereskan barang secukupnya ke dalam koper, ibu membantuku membereskan sedikit bekal dan camilan. Sekitar jam enam pagi Yogi tiba di rumahku dengan pakaian santai dan mobilnya yang sudah terparkir di halaman, sedikit aku melihat raut wajah ayah yang yang haru sekaligus senang melihatku yang akan terbang landas ke Brazil. Ya, aku dan Yogi lebih dulu terbang ke sana, sedangkan orangtua kami berdua bakalan terbang esok harinya dengan pesawat juga. Aku dan Yogi harus sampai lebih dulu karena harus mempersiapkan pakaian dan segalanya saat hari H di negara asing tersebut.

"Kau sudah besar, anakku." ayahku tiba-tiba memelukku dengan erat, tangis beliau pecah yang membuat diriku ikut meneteskan air mata. Begitu juga dengan ibu yang langsung memeluk kami berdua. "Yogi, tolong jaga anakku. Berjanjilah akan selalu melindunginya." lanjut ucapan Ayahku untuk Yogi.

Yogi sebagai pria sejati langsung menganggukkan kepalanya seraya mengiyakan ucapan ayahku barusan dengan percaya diri, "Pasti!" seru pria itu dan sekarang ayah memeluk bangga Yogi tanda beliau percaya dengan calonku tersebut.

Hinggaplah tangan kekar Yogi memegang jemariku untuk segera keluar dari rumah, ayah dan ibuku berdiri sejajar melihat kepergian diriku dengan Yogi yang mulai memasuki mobil di halaman rumah. "Nanti kita akan bertemu lagi. Ayah, ibu." aku melambaikan tangan pada kedua orangtuaku itu, tak terbayang betapa terenyuh hatiku melihat wajah-wajah beliau yang terharu dengan moment bahagia ini. Belum terlaksana memang, tapi hatiku mengatakan kalau ibu dan ayah berharap banyak pada kami berdua agar berhasil di hari pernikahan nantinya.

"Obat kamu nggak lupa dibawa kan?" Yogi sampai di kursi kemudi dan bertanya soal obat.

Aku tersenyum, "Sudah, tas semuanya sudah di bagasi kan?"

"Siap." jawabnya yang langsung menyalakan mesin mobil dan mulai mengendarai mobil untuk segera menuju bandara.

"Jaga dirimu nak!" aku mendengar suara ibu, dari jendela mobil aku lambaikan tanganku lagi pada ibuku. Air mata masih menetes aku lihat dari kantung mata beliau.

Sedih memang, tapi bukan hal yang harus aku ratapi karena ini adalah moment bahagia aku dan Yogi, tapi kayaknya Yogi lebih terlihat santai dibanding aku yang malah gugup banget. Dan ini juga bakalan jadi perjalanan pertamaku dengan pesawat menuju negara asing, Brazil.

•••
•••
•••

Memiliki Asisten First Class yang akan mengurus semua hal, mulai dari membawa bagasi, proses imigrasi hingga mengantar ke dalam pesawat. Bisa menikmati First Class Lounge dengan berbagai fasilitas kelas atas yang bisa digunakan sembari menunggu penerbangan. Saat boarding tidak perlu mengantri karena ada jalur khusus untuk penumpang first class. Kursi ergonomis dengan panjang 82 inci dan lebar 22 inci dan bisa menjadi tempat tidur datar lengkap dengan matras, selimut, bantal dan juga ottoman.

Ya begitulah, aku saja sampai kaget kalau ternyata Yogi menggunakan fasilitas first class alias kelas satu saat terbang landas menggunakan pesawat. Kursinya nyaman dan menu makanan yang bisa dibilang cukup membuat air liurku naik turun hehe~ ya namanya juga bergaya ala orang kaya, padahal mohon maaf ini aku cuman numpang di biayai oleh Yogi. Bahkan penumpang di dalam sini wah! Bisa dibilang, bahkan menggunakan bahasa inggris gitu deh, daritadi aja Yogi yang bicara sama pramugari dan pramugaranya, sedangkan aku hanya diam celingak-celinguk nggak ngerti. Lucu sih, tapi sepertinya aku harus banyak belajar juga dari Yogi.

BEGAJUL - BoyxboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang