Delapan belas

5.7K 386 32
                                    

Benar juga, rumah tetangga sebelah yang sebelumnya kedapatan kasus bunuh diri keluarga malah cepat terjual. Meski dengan harga yang murah, anehnya kenapa ya Bu Juminten dan keluarga mau membeli rumah itu? Emang nggak takut kena sial ya. Ah! Itu pemikiran orang paranoid aja sih, tapi yang aku pikirkan adalah semoga nasib sial tidak terjadi oleh Bu Juminten dan keluarganya di rumah tersebut. Bahkan setelah hampir seminggu Bu Juminten tinggal disana belum ada cerita buruk, bahkan beberapa hari ini aku dan Bu Juminten sering bertemu di mini market dan saling menyapa, tidak ada yang aneh dan semuanya berjalan normal saja.

Suatu pagi aku pergi ke rumah sakit biasanya bersama dengan suamiku, Yogi. Kami berdua ingin mengecek isi kandungan yang ada di dalam perutku, dan bersyukur semuanya masih sehat dan aman. Sudah berjalan sekitar lima bulan lebih ini meski banyak kesulitan seperti mual dan nafsu makan yang menurun tapi Pak Yuan dokter biasa yang mengecek kandunganku bilang kalau setidaknya aku harus mengonsumsi buah yang banyak, sayur, dan jangan lupa olahraga ringan seperti menggerakkan kaki atau tangan pagi hari agar bayi dan diriku tetap sehat. Jangan berlebihan, takutnya kandungan bisa turun atau lebih parahnya janin bisa keluar dan itu tandanya keguguran. Mengerikan! Semoga tidak terjadi apa-apa dengan kandunganku.

Setelah mengecek kandungan, aku dan suami kembali ke rumah lebih awal karena kita memutuskan untuk makan di rumah dan tidak mampir di luar. Kayaknya makan masakan rumah lebih Yogi sukai, banyak makanan favorit yang digemarinya seperti tempe orek, ayam bumbu kecap, tumis kangkung, dan masih banyak lagi. Tidak terlalu spesifik dia sukanya apa, tapi yang keluar dari mulut gombalnya adalah semua masakan yang aku masak untuk dia semuanya enak, katanya.

"Sayang, haruskah kita liburan?" Yogi bertanya, dia duduk di kursi makan dan mulai menyendok nasi.

Aku membantu suamiku itu menyendok lauk yang sudah aku hangatkan sebelumnya, "Liburan kemana?" tanyaku, bersyukurnya aku sudah menyiapkan semuanya tadi pagi sebelum ke rumah sakit. Jadinya sekarang tinggal menghangatkan makanannya lagi lalu hidangkan.

Eh, lagi asik-asik mengobrol dengan Yogi sambil bersiap menikmati makan siang, tiba-tiba bel rumah berbunyi dan suara pintu menggedor dengan kencang mulai terdengar. "Arill.... Tolong.... Cepat...!!!" aku bisa mendengar suara itu dari dalam rumah meski agak jauh dari arah pintu, seperti suara Bu Juminten. Sontak aku dan suamiku itu berlari keluar untuk memeriksa, aneh sekali, tumben banget Bu Juminten sampai begitu memencet bel rumah dan bahkan mengetuk pintu dengan sangat kencang.

"Rill... Tolong itu! tolong!" Dengan kondisi wajah pucat dan penuh dengan keringat, Bu Juminten terlihat bergitu kacau dan tergesa-gesa banget, sampai buat bicara aja terlihat susah.

Aku memegang tangan beliau berusaha menenangkan, "Bu Jumi, kenapa bu?! Tenang dulu tenang. Ada apa?" sampai aku bahkan memeluk sebentar Bu Juminten saking paniknya beliau.

"Fino, itu Fino! Dia tiba-tiba kejang-kejang dan berbicara aneh..." Hah? Aku sampai tidak mengerti maksud dari Bu Juminten itu, kenapa dengan Fino, anaknya itu kenapa?!

Tanpa berlama-lama lagi aku, Bu Juminten, dan Yogi langsung berlari menuju rumah sebelah yaitu rumah kediaman keluarga Bu Juminten. Dan ternyata sudah ada beberapa orang yang berbondong-bondong berlari menuju rumah kediaman beliau juga, entah ada apa aku masih belum paham.

Kemudian, "Astagfirullah, Bu. Itu kenapa si Fino? Kok bisa jadi begitu." aku sampai di kamar anak yaitu kamar khusus untuk Fino, pemandangan seram mulai aku lihat sekarang. Mata anak itu memerah, keluar lendir aneh dari dalam mulutnya dan anak itu berteriak meraung-raung tidak jelas mengucapkan sesuatu yang aneh. Bahkan beberapa orang yang ikut menyaksikan juga hanya dapat melihat dan tidak bertindak apa-apa, kondisi Fino untungnya sudah diikat oleh tali bahan pada bagian kedua tangan dan kedua kaki, kasian juga anak kecil begitu harus diikat seperti itu di atas kasur.

BEGAJUL - BoyxboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang