Saat diperjalanan menuju kantor, seperti biasa Yogi yang mengantarkanku mulai sekarang. Entah karena memang kita mulai begitu dekat atau memang aku sekarang malah takut kalau menolak apapun dari Yogi. Semua terjadi begitu saja, mungkin memang Yogi juga sudah mulai terbiasa dengan diriku yang sedikit bawel namun mudah diatur.
"Udah sarapan?" sambil mengendarai mobil, Yogi bertanya padaku. Dia belum tau karena tadi saat dia datang ke rumah, aku sudah siap di depan gerbang, jadi dia masuk kedalam rumahku cuman buat pamit sama ibuku doang.
'Udah." jawabku singkat.
Selepas itu Yogi diam, ya diam bener-bener diam sampai aku mulai mengeluarkan sebotol yogurt dari dalam tas untuk meminumnya dengan sedotan. Segar banget deh, suka banget sama rasa asam yogurt namun terasa manis saat sampai ditenggorokan, percayalah terkadang yogurt menggambarkan hidupku yang terkadang tidak enak dirasakan namun manis kedepannya. Eh tapi, tidak untuk saat ini, ketika Yogi datang dalam hidupku malah sedikit hidupku jadi banyak aturan, semua sesuai kehendak dia, ditambah ibuku malah terus memberi lampu hijau untuk Yogi agar selalu ada disisiku.
"Akhir pekan ini temanku di Bandung bakalan melangsungkan pernikahan, di undangan tertulis Yogi & partner di tempat." akhirnya setelah diam dia mulai bicara lagi, aku mendengarkan sambil terus menyeruput yogurt.
Sambil sedikit melirik aku menanggapi, "Yaudah kamu dateng sana ke Bandung sama partner kamulah."
Di depan lampu merah, Yogi mulai menengok ke arahku. "Yaudah nanti satu hari sebelum hari H aku jemput kamu. Bawa baju secukupnya ya." lho, dia malah ngira kalau partnernya aku?
"Aku?" kagetnya aku.
"Yaialah, siapa lagi. Kita kan lebih dari partner malah bisa dibilang." percaya diri banget Yogi bilang begitu.
"Kok aku sih? Ya ajak pacar atau pasangan kamu lah."
"Ya kamu pacar dan pasangan aku, Ril." timpal Yogi lagi. "Nanti kita nginep di hotel daerah Bandung. Sekalian liburan, seru kan?" lanjutnya lagi.
Duh~ kebetulan banget, pengen juga sih aku liburan. Tapi kenapa harus sama Yogi? Eh tapi ini kesempatan sih. Lumayan juga. "Yakin nggak apa-apa? Nanti tanggapan temen-temen kamu soal hubungan kita gimana?" kekhawatiran ini malah bikin Yogi tertawa.
Masih tergoreskan senyum Yogi menjawab, "Ketika aku serius dengan seseorang, kenapa harus aku tutupi, lagipula semua teman dan kerabatku juga sudah tau soal orientasi seksualku. Yang jelas mereka juga tau kalau aku tidak memilih lelaki sembarangan, setidaknya sekarang aku memilih pasangan lelaki yang tepat." katanya yang kembali mengendarai mobil karena lampu merahnya mulai berubah hijau.
Setelahnya aku hanya terdiam, entah kenapa ucapan dan kata-kata yang keluar dari mulut Yogi itu tidak pernah sembarangan. Tatapan, caranya, dan segala sesuatu dalam diri Yogi itu memang tidak sembarangan. Meskipun tato banyak menghiasi tubuhnya namun karakter hangat dan kalem Yogi itu yang terkadang membuatku nyaman.
•••
•••
•••=[Hai Aril, begitu lama aku memendam rindu dan kangen sebagai sahabat disini. Saat aku kembali dan melihatmu, aku pikir hal yang dulu pernah kita lakukan bersama akan terulang kembali. Maaf karena bicara lewat surat seperti ini, bahkan melihatmu saja aku sampai tidak sanggup dan malu, aku sangat malu tentang kejadian preman waktu di jalan itu. Intinya aku berharap kita bisa bertemu lagi suatu hari nanti ketika aku berubah menjadi lelaki yang bisa melindungimu, oh iya, tentang pria bersamamu yang bernama Yogi sepertinya dia pria baik dan jika dia yang akan membuat dirimu nyaman dan aman maka aku rela, semoga kalian berdua bahagia selalu. Aku akan kembali ke Singapura, jaga dirimu. Salam dari sahabatmu, TAMA.]=
KAMU SEDANG MEMBACA
BEGAJUL - Boyxboy
Short StoryDia seorang fotografer yang pertamakali membuat diriku nyaman...