Kemudian hari kembali berlalu begitu saja, kekuatan diriku untuk hanya sekedar diam saja mungkin akan aku lawan. Di rumah juga aku mulai sering sendirian ketika pagi hari karena Yogi sering ada urusan mendesak yang mengharuskan dirinya pergi ke studio, maklum dia kan memang dari dulu sibuk banget kerja sebagai fotografer. Nah, saat siang harinya aku biasanya menyibukkan diri dengan ngepel lantai, nyapu-nyapu rumah, beresin kamar. Terkadang kalau lagi capek banget perut aku sering kontraksi, beruntung tidak pernah terjadi hal buruk karena Pak Yuan alias dokter khusus kandungan diriku menyarankan agar tidak lupa meminum obat racikan yang beliau kasih.
Kalau aku lihat di internet sih ketika ibu mengandung memang tidak boleh capek-capek, tapi berbeda dengan diriku yang mungkin memiliki stamina lebih kuat makanya kandungan di dalam perutku ini masih utuh dan sehat, bahkan sampai saat ini usianya sudah 12 minggu atau 3 bulan bisa dibilang. Masih ada waktu sekitar 6 bulan lagi aku harus menahan semuanya, tapi Pak Yuan pernah bilang kalau biasanya orang yang menggunakan teknik Ovumoocyte atau tanam sel biasanya diusia kandungan yang kurang dari 37 minggu pun sudah ada yang berhasil keluar alias bayi prematur, meskipun begitu tidak menutup kemungkinan pasangan tersebut bisa tetap memiliki bayi yang sehat meski prematur.
Dan lagi-lagi,
Aku kembali dibuat kesal dengan tetangga sebelah yang tak kunjung akur, ada saja yang diributkan oleh mereka. Terkadang membuat balitanya menangis dan membuat diriku pastinya khawatir, hebatnya lagi sering terdengar suara baku hantam yang entah apa yang mereka lempar lagi ke sisi dinding rumah mereka. Takut sih, tapi aku lebih takut lagi kalau sampai ikut campur dan malah jadi salah ambil sikap. Toh, tetangga yang lain atau warga lain tidak pernah ambil pusing soal mereka yang ribut itu, tapi yang membuat hatiku tergerak adalah mereka memiliki anak kecil yang seharusnya mereka sayangi dan mereka urus layaknya orangtua kepada anak, tapi apa yang balita itu dapat setiap harinya adalah keributan dari orangtuanya.
Mulai dari terdengar suara bentakan di pagi hari, lalu kembali sunyi beberapa jam kemudian, lalu kembali lagi terdengar kekerasan dalam rumah tangga tersebut siang harinya bahkan pernah sampai sore. Entah apa yang sebenarnya keluarga itu ributkan sampai sekarang pun aku dan warga sekitar juga tidak tau, bahkan tidak ada yang ingin tau.
•••
•••
•••Sampai suatu ketika di malam hari aku sedang menyiapkan hidangan makan malam untuk Yogi, kita berdua mendengar suara ambulan yang sangat dekat dari arah rumah. Dengan berjalan cepat aku dan Yogi keluar dari rumah untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi, pantas saja, ternyata suara ambulan tersebut tepat berada di sebelah rumah kita dan para petugas ambulan sedang sibuk mengangkat beberapa jenazah. Sebentar aku menelaah lebih dalam, terdiam aku sejenak, dan baru tersadar kalau itu adalah rumah tetangga sebelah yang sering berisik dengan kekerasan keluarga mereka. Nyatanya sekarang sungguh miris, mereka sekeluarga ditemukan tidak bernyawa. Bahkan aku juga mulai melihat warga yang mulai berdatangan demi melihat mayat yang sudah terbungkus kain, banyak yang berbisik, banyak yang heboh bertanya-tanya perihal kematian keluarga tersebut.
Berdiri aku masih menyaksikan dengan sangat miris menusuk jantung, ketika aku melihat jasad balita kecil dengan wajah yang pucat dibawa oleh petugas ambulan untuk diamankan ke dalam kantung jasad. Kakiku lemas seketika, beruntung ada Yogi yang sempat memapahku dari sebelah. Sungguh pemandangan yang sangat tidak ingin aku saksikan sebenarnya, sebagai tetangga ternyata aku tidak bisa apa-apa untuk hanya sekedar menyelamatkan seorang nyawa balita yang tidak bersalah.
Yogi kembali membawaku untuk masuk ke dalam rumah, nafasku masih naik turun ketika suamiku itu mulai membantuku untuk duduk di atas sofa ruang tengah. "Kamu nggak apa-apa Sayang?" dia bertanya padaku sambil terus mengelus keningku, terlihat begitu khawatir tapi aku hanya masih terdiam lemas melihat pemandangan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEGAJUL - Boyxboy
Storie breviDia seorang fotografer yang pertamakali membuat diriku nyaman...