Lima belas

7.4K 439 59
                                    

Senyumnya merekah, sorakan ramai dari berbagai golongan manusia dan kerabat membuat diriku dengan bangga merangkul lengan kokoh pria yang sekarang telah resmi menjadi kekasihku. Wajah haru terlihat jelas di wajah Yogi meski dia tidak meneteskan airmatanya. Berbeda dengan diriku yang daritadi tak kunjung berhenti meneteskan airmata, bagaimana tidak, ayah dan ibuku datang jauh ke Brazil demi melihat anaknya bersanding dengan kekasih di atas pelaminan ini. Hatiku agak sedih ketika tau bahwa nantinya aku bakalan hidup dengan Yogi dan bukan dengan ayah dan ibu lagi dalam satu rumah. Namun aku yakin pernikahan ini bukan penghalang bagiku untuk tetap menjadi anak yang baik bagi ayah dan ibuku selamanya.

Ibu dan ayah mertuaku juga bangga memeluk diriku, seolah berbisik dan menepuk hati penuh harap agar aku bisa menjadi kekasih bagi putra kebanggaan mereka yaitu Yogi. Kemudian sorak dan tepuk tangan ramai terdengar lebih jelas di telingaku ketika Yogi mulai mencium bibirku dengan lembut di hamparan karpet merah dan hujan bunga berwarna merah mengguyur sekitar kita. Moment sakral ini menjadi saksi keseriusan hubungan diriku dengan Yogi yang akan menjalani hidup suka duka bersama nantinya, kesiapan serta hati yang mantap membuat diriku percaya bahwa Yogi akan menjadi pemimpin yang baik bagi diriku dan keluarga kecilku kelak dalam tangis dan tawa, sakit ataupun sehat, dari hidup sampai maut memisahkan kita.

Kemudian semua berlalu begitu hangat, detik demi detik kebahagiaan selalu terasa membangkitkan jiwaku. Ucapan selamat dan doa bahagia kami berdua dapat dari semua tamu undangan. Termasuk Jennifer, Arman, Evan, Tiffany, serta Pak Yuan yang rela datang jauh-jauh dari Indonesia untuk memberikan kita berdua selamat atas pernikahan ini. Hatiku tersenyum bahagia, wajahku sampai bingung harus berekspresi seperti apa di depan mereka karena aku saking bahagianya. Genggaman tangan erat Yogi tak lepas selama acara, dia selalu mengiringi diriku selama pesta itu berlangsung. Kemeriahan pesta berlanjut sampai petang, tidak sampai malam hari karena aku dan Yogi malam hari harus segera bersiap kembali untuk terbang balik ke Indonesia. Benar, tanah air lebih menyenangkan dan terasa tidak asing. Bayangkan saja kalau harus berlama-lama di Brazil aku bakalan makin tidak mengerti dengan bahasa yang orang sekitar gunakan.

"Obatnya sudah kamu terima dari Pak Yuan?" Yogi baru saja selesai mengganti pakaian nikah dengan kaos oblong malam ini. Lega rasanya acara dan segalanya berlalu dengan lancar tanpa kendala. Tapi semakin terlihat bahwa wajah lelah Yogi sekarang berubah menjadi senyum bahagia.

Aku sedang siap membenahi baju-baju yang aku taruh kembali ke dalam tas. "Sudah. Obat sebelumnya juga udah tinggal sedikit. Makasih ya," timpalku dengan tidak lupa membawa kembali obat yang sengaja Yogi minta dari Pak Yuan untukku. Kemudian, selesai beresin baju, aku berjalan mendekati Yogi yang sekarang dia sedang menenggak segelas air putih.

"Kenapa?" tanya Yogi dengan heran karena melihat diriku yang tiba-tiba mendekatinya.

Dengan sengaja aku mulai semakin berdekatan dengan kekasihku itu, dengan agak berjinjit untuk menyamakan tinggi badan Yogi aku mulai mengecup bibir pria itu. "Makasih ya, makasih untuk segalanya." kataku lagi. Namun dengan cepat ternyata Yogi langsung menggendongku dan menduduki diriku di atas kasur tidur yang sudah aku benahi.

Terukir senyuman nakal dari bibir Yogi dan dia mulai mengelus bagian dadaku, "Sekali ya? Kali ini aku lakukan dengan cepat kok. Ya, Sayang." dia mulai dengan aksi menjilati leherku dan mendorong diriku perlahan untuk merebahkan diri di atas kasur.

Sambil tertawa pelan aku menahan aksi nakal Yogi, "Jangan ah, aku baru selesai minum obat. Perutku juga masih kontraksi terus." aku kembali mengecup pipi dia kali ini, perlahan tubuhku kembali bangkit dan keluar dari dekapan kekasihku itu. "Ayo bergegas, satu jam lagi kita berangkat ke bandara kan." lanjutku dan malah Yogi kembali menarik diriku untuk kembali dalam dekapannya.

Aksi Yogi semakin racau, dia meracau dengan meremas bagian bokongku, "Sebentar saja. Aku janji kali ini nggak lama kok. Aku percepat." lagi-lagi dia memohon, sepertinya nafsu Yogi sudah diujung. Karena merasa tidak enak hati, aku melayaninya dengan mencium dan melumat bibir kekasihku itu cukup lama. Kami tumpang tindih di atas ranjang sekarang dan gerakan tangan Yogi mulai ke bagian pahaku.

BEGAJUL - BoyxboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang